Gunung Tangkuban Parahu Semburkan Uap Panas, Ada Potensi Erupsi? Petugas BPBD Disiagakan

Gunung Tangkubanparahu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami peningkatan intensitas aktivitas vulkanik.

Editor: dedy herdiana
Tribun Jabar/Hilman
Gunung Tangkuban Parahu. Foto diambil pada Kamis (10/10/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG BARAT - Gunung Tangkubanparahu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami peningkatan intensitas aktivitas vulkanik.

Peningkatan intensitas aktivitas itu berupa embusan gas dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu.

Seorang relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) Ciater, Subang, Teten Lesmana, mengatakan, berdasarkan informasi petugas pemantauan, sempat ada semburan uap panas atau gas, tapi dalam skala yang lebih kecil.

"Sebelumnya ada cuma kan semburannya kecil-kecil."

"Mungkin yang sekarang lubangnya itu lebih besar, jadi uapnya terfokus ke satu titik ini dan kebetulan terlihat," katanya.

Kondisi Gunung Tangkubanparahu
Kondisi Gunung Tangkubanparahu (Tribun Jabar/Hilman)

Ia mengatakan, sebagian pedagang juga masih ada yang berjualan di area wisata.

Namun pihaknya mengimbau agar pengunjung tak terlalu dekat dengan bibir kawah.

"Setelah dapat info, kami langsung memantau juga kondisinya."

"Kami imbau juga untuk informasi yang dibagikan itu enggak asal dan tidak menebar hoaks juga," ucap Teten.

Meski ada peningkatan aktivitas vulkanik, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu masih dibuka bagi wisatawan.

Kendati demikian, wisatawan yang berkunjung ke objek wisata gunung api tersebut diminta untuk mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG).

"Aktivitas wisata masih dibuka. Pengunjung diminta senantiasa berhati-hati dan memperhatikan arahan dari Badan Geologi maupun pengelola objek wisata," ujar Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat, Duddy Prabowo, saat dihubungi, Minggu (13/2/2022).

Memasuki libur tahun baru 2021, masyarakat asal Jabotabek yang berwisata ke Gunung Tangkuban Parahu, Ciater, Kabupaten Subang menurun
Ilustrasi: Memasuki libur tahun baru 2021, masyarakat asal Jabotabek yang berwisata ke Gunung Tangkuban Parahu, Ciater, Kabupaten Subang menurun (Istimewa/Tribunjabar.id-Irvan Maulana)

Menurut Duddy, objek wisata Tangkubanparahu tersebut masih tetap dibuka karena berdasarkan pemantauan visual dan instrumental di pos pantau, potensi bahayanya masih terlokalisasi.

Potensi erupsi besar, kata Duddy, hingga saat ini masih belum teramati.

"Hasil koordinasi kami dengan petugas pos pantau juga bahwa Gunung Tangkubanparahu saat ini tingkat aktivitasnya berada pada Level I atau normal," katanya.

Terkait antisipasi, pihaknya juga sudah menyiagakan petugas BPBD untuk memantau kondisi terbaru terkait aktivitas vulkanik yang terjadi di Kawah Ratu.

"Sampai saat ini, petugas kami terus memonitor di Gunung Tangkubanparahu untuk mengetahui kondisi yang terbaru," ucap Duddy.  

Sempat Panik

Pedagang di sekitar Gunung Tangkuban Parahu sempat panik dengan adanya peningkatan intensitas aktivitas berupa embusan gas dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu, Sabtu (10/2/2022).

Ketua Paguyuban Pedagang, Isak Jerry mengatakan, sejumlah pedagang yang memiliki kios di sekitar Kawah Ratu itu memang sempat panik.

Namun mereka tidak sampai berhamburan menyelamatkan diri seperti saat erupsi.

"Kalau panik sih ada, ya, tapi tidak terlalu karena kondisi seperti itu sudah biasa, apalagi sudah ada antisipasi dan penjelasan dari PVMBG bahwa statusnya masih normal," ujarnya saat dihubungi, Minggu (13/2/2022).

Ia mengatakan, kondisi seperti itu sempat terjadi pada tahun 2013.

Saat itu kondisi di Gunung Tangkuban Parahu tetap juga tetap baik-baik saja dan tidak sampai ada masalah.

Meski status Gunung Tangkuban Parahu masih normal, Isak belum bisa memastikan, apakah semua pedagang akan tetap berjualan atau tidak karena ada rekomendasi untuk tidak mendekati atau beraktivitas di sekitar kawah.

"Tapi kemungkinan tetap berjualan, hanya saja pedagang harus waspada saja dan tinggal mengikuti arahan dari pihak berwenang, kalau begitu pasti aman," kata Isak.

Hingga saat ini, kata dia, aktivitas pedagang di sekitar Gunung Tangkuban Parahu masih tetap normal karena pihaknya belum menerima surat edaran terkait larangan untuk tidak berjualan.

"Iya, masih normal karena informasi dari PVMBG juga sudah enggak ada masalah, jadi kemungkinan pasti tetap berjualan," ucapnya.

Kondisi Gunung Tangkuban Parahu pada Sabtu (12/2/2022).
Kondisi Gunung Tangkuban Parahu pada Sabtu (12/2/2022). (magma.esdm.go.id)

Sebelumnya diberitakan, embusan gas dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu itu teramati berwarna putih dengan tekanan sedang dan tinggi sekitar 100 meter dari dasar kawah. 

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono, mengatakan, embusan gas tersebut diduga akibat adanya air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan yang terpanaskan oleh batuan panas di bagian dangkal atau di bawah permukaan kawah.

"Lalu membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi, sehingga terjadi over pressure dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa embusan yang cukup kuat. Embusan berwarna putih mengindikasikan didominasi oleh uap air," ujar Eko Budi Lelono melalui keterangan tertulisnya.

Menurut Eko, dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.

"Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman, sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi atau penguapan," katanya.

Ia mengatakan, kegempaan Gunung Tangkuban Parahu selama 1 Januari-11 Februari 2022 ditandai dengan terekamnya dua kali gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa frekuensi rendah, serta 80 kali gempa embusan.

Dominasi gempa embusan selama periode tersebut, kata Eko, menunjukkan adanya aktivitas hydrothermal di bawah tubuh gunung api dengan energi gempa yang dicerminkan oleh grafik real-time seismic amplitude measurement (RSAM) fluktuatif dan tidak menunjukkan adanya pola kenaikan pada akhir periode pengamatan. 

"Pengamatan deformasi dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) tidak menunjukkan adanya gejala inflasi (penggembungan akibat kenaikan fluida) pada tubuh gunung api," ucapnya.

Kendati demikian, Eko menilai ada potensi bahaya dari aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini, yakni berupa erupsi freatik yang bersifat tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang jelas, menghasilkan material piroklastik serta gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah. 

"Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin," ujar Eko.

Ia mengatakan, jika mengacu pada data pemantauan visual dan instrumental itu, maka potensi bahaya Gunungapi Tangkuban Parahu, saat ini masih terlokalisasi, sedangkan potensi erupsi besar, hingga saat ini masih belum teramati.

Saat ini tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu ditetapkan pada Level I (Normal), dengan rekomendasi agar masyarakat tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan tidak mendekati atau beraktivitas di sekitar kawah- kawah aktif lain.

"Tingkat aktivitas ini akan dievaluasi kembali selama dua hingga tiga hari ke depan untuk antisipasi jika terjadi gejala pengingkatan aktivitas vulkanik yang signifikan," katanya.

Dengan adanya peningkatan aktivitas ini, masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta tidak terpancing oleh berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Tangkuban Parahu.

"Kemudian masyarakat harus mengikuti arahan dari instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan K/L,Pemda, dan instansi terkait lainnya," ujar Eko.

Baca juga: Gunung Tangkuban Parahu- Semeru Disebut Memiliki Kesamaan, Begini Upaya Mitigasi BPBD Bandung Barat

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved