VIRAL Bentrok TNI dengan Petani, Kepala Desa Seituan Sebut 3 Anak Dipijak, Begini Kata Mayor Masniar

" Tolong....tolong kami. Tuhan Tolong kami masyarakat dipukuli," ucap pemilik akun Facebook tersebut sembari menayangkan video siaran langsung.

Editor: dedy herdiana
TRIBUN MEDAN/HO
Tangkap layar kericuhan terjadi di area lahan persawahan antara petani dari Desa Seituan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deliserdang dengan Personil TNI Angkatan Darat Selasa (4/1/2022). 

TRIBUNCIREBON.COM, DELISERDANG - Terjadi bentrokan di area lahan persawahan antara petani dari Desa Seituan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deliserdang dengan Personel TNI Angkatan Darat Selasa, (4/1/2022).

Kericuhan bentrok TNI AD dengan petani itu direkam, diunggah dan langsung viral di media sosial karena sempat disiarkan secara langsung oleh salah satu petani yang memiliki akun Facebook bernama "Samarya Uyee Samarya Parbellakk".

Baca juga: INI Foto Saefudin saat Ketemu Oknum TNI AD Yang Ingin Ditendangnya, Berikut Foto-foto Rekonstruksi

Baca juga: INI Kisah Tirwan Penemu Jasad Korban Laka Nagreg di Sungai Serayu, Ternyata Bakal Menggegerkan TNI

Informasi yang dihimpun seperti dilansir Tribuncirebon.com dari Tribun-Medan.com, keributan terjadi karena saat itu pihak TNI AD melakukan pemasangan plang di lokasi tersebut.

Saat itu pihak TNI kembali mengklaim bahwa lahan persawahan yang dikuasai oleh masyarakat adalah milik Pusat Koperasi Angkatan Darat ( Puskopad) A Dam I/BB.

Kericuhan yang awalnya terjadi di jalan desa lama kelamaan sampai memasuki area persawahan.

Beberapa personel TNI terlihat berlumpur karena terlibat keributan dengan masyarakat di area persawahan yang baru beberapa hari ditanami.

" Tolong....tolong kami. Tuhan Tolong kami masyarakat dipukuli," ucap pemilik akun Facebook tersebut sembari menayangkan video siaran langsung.

Konflik yang terjadi ini ternyata sudah lama terjadi dan sampai saat ini kedua belah pihak masih mengklaim masing-masing kepemilikan.

Kepala Desa Seituan, Parningotan Marbun menyebut pihak Puskopad sudah lama meminta agar warga mengosongkan lahan pertanian seluas 65 hektare.

Disebut masyarakat tidak mau bergeser lantaran lahan sudah dikuasai dari zaman kakek neneknya.

"Sesudah jadi bandara ini mereka ngaku-ngaku HGU nya ini. Dulu-dulu nggak pernah diperdebatkan dijaman kakek saya. Semenjak ada bandara ininya seperti ini," ucap Parningotan Marbun.

Ia mengaku sangat menyayangkan kericuhan yang terjadi pada Selasa pagi.

Disebut dalam kejadian itu tiga anak-anak juga menjadi korban.

Ia menyebut karena dipijak oknum TNI korban pun harus dibawa berobat.

"Anak-anak masih SMP dan 13 tahun jadi korban. Karena masyarakat saya dipijak ya saya juga nggak terima. Ini kita mau ngadu ke Komnas Perlindungan Anak juga ini supaya tahu Bapak Aris Merdeka Sirait. Ya saya nggak tahu kenapa bisa sampai gitunya kali, ya mungkin emosi TNI nya," kata Parningotan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved