Warga Eretan Wetan Datangi DPRD Indramayu, Protes Minta Pemkab Tak Anggap Biasa Banjir Rob
Tri Utomo Rubiyanto mengatakan, dirinya mewakili pemuda Desa Eretan Wetan ingin stigma banjir rob sebagai bencana biasa ini segera bisa dihilangkan.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mumu Mujahidin
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Sejumlah warga di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur berbondong-bondong mendatangi gedung DPRD Kabupaten Indramayu, Selasa (21/12/2021).
Mereka ingin, persoalan bencana banjir rob yang melanda desa setempat disikapi secara serius.
Pasalnya, selama ini, bencana langganan tersebut justru dianggap biasa oleh pemerintah sehingga tidak adanya penanganan apapun.
Salah seorang warga, Tri Utomo Rubiyanto (29) mengatakan, dirinya mewakili pemuda Desa Eretan Wetan ingin stigma banjir rob sebagai bencana biasa ini segera bisa dihilangkan.

"Karena banjir rob ini berdampak pada rusaknya infrastruktur dan lingkungan serta berdampak juga pada persoalan ekonomi, kesehatan, sosial, hingga pendidikan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com seusai melakukan audiensi di Gedung DPRD Kabupaten Indramayu.
Disampaikan Tri Utomo Rubiyanto, pihaknya sudah mengkaji bagaimana solusi kongkrit yang bisa dilakukan dalam upaya pencegahan.
Seperti pembangunan senderan sungai, breakwater, pembenahan drainase, hingga pembuatan alat pemecah ombak (APO), dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, dengan adanya audiensi tersebut, masyarakat berharap bisa disikapi serius oleh pemerintah.
Mengingat bencana banjir rob ini yang melanda desa setempat selama bertahun-tahun dan belakangan ini kondisinya semakin parah.
Baca juga: BMKG Beri Peringatan, Ada 23 Wilayah Berpotensi Terdampak Banjir Rob pada 18-22 Desember 2021
"Sekarang ini banjir bahkan bisa sampai ketinggian 90 centimeter, padahal tahun-tahun sebelumnya hanya 30 centimeter, dan ini belum ada penanganan serius," ujar dia.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Indramayu, Syaefudin mengatakan, kondisi yang dialami warga di sana membuat pihaknya prihatin.
Setiap pagi, mereka harus merasakan datangnya banjir hingga mengakibatkan sekolah terendam dan membuat anak-anak tidak bisa bersekolah.
Termasuk saat siang hari ketika banjir rob surut, warga di sana harus membersihkan lumpur karena banjir, kondisi itu selalu mereka hadapi setiap hari.
"Langkah kongkritnya, kita akan merekomendasikan persoalan ini kepada komisi, komisi lalu kepada pemerintah daerah dalam rangka untuk upaya serius penanganan," ujar dia.