Cerita 2 PSK di Jabar, Ngaku Capek Layani Pria Hidung Belang Hingga Tak Sengaja Main Dengan Tetangga
Berikut dua kisah wanita di Jawa Barat yang terpaksa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk biaya hidup.
Penulis: Mutiara Suci Erlanti | Editor: Mutiara Suci Erlanti
TRIBUNCIREBON.COM- Berikut dua kisah wanita di Jawa Barat yang terpaksa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk biaya hidup.
Sejumlah wanita terpaksa terjun ke dunia malam lantaran berbagai kondisi yang dihadapi.
Masalah finansial dan lapangan pekerjaan sering menjadi alasan sejumlah wanita memutuskan diri menjadi wanita penghibur.
Baca juga: Kisah PSK Usia 16 Tahun, Mengaku Dirudapaksa 400 Pria, Kini Gadis India Ini Lagi Hamil 2 Bulan
Seperti yang dicurahkan seorang janda beranak satu asal Pangandaran, dia terpaksa menjadi PSK demi menghidupi keluarganya.
Sebut saja Vera (26) asal Ciamis yang bekerja di satu warung remang-remang yang berada di Kabupaten Pangandaran.
Hampir setiap malam, dirinya bekerja mencari uang di dunia malam.
Selain menjadi PSK, Ia juga melayani tamu yang datang ke tempat kerjanya.
"Kalau tidak kerja seperti ini, mau kerja apa. Kalau kerja di counter (kios pulsa dan jual-beli handphone) atau rumah makan memang gajinya berapa? Emang cukup buat biaya saya, anak saya, dan ibu Saya," ujar Vera dilansir dari Tribun Jabar, Sabtu (13/11/2021) malam.
Baca juga: PSK di Tasik Dihampiri Sejumlah Pria, Dikira Pria yang Mau Booking Ternyata Polisi, Langsung Kabur
Sedangkan untuk kebutuhan anaknya yang berusia 5 tahun, per hari menghabiskan uang sekitar Rp 50 ribu.
"Anak Saya gak suka makan nasi atau mie instan. Makannya, cemilan dari warung terus, belum lainnya, mendingan kalau mantan suami inget sama anaknya. Ini, boro-boro," katanya.
"Terus orang tua, hanya tinggal ibu Saya, bapa sudah meninggal. Makanya saya cari uang seperti ini (PSK dan melayani tamu), ya lumayan daripada di counter."
Memang Ia mengakui, masuk di dunia malam itu sudah sejak tahun 2011 akhir. Sebelum Ia, menikah dengan pria asal Kalimantan.
"Saya menikah dengan orang Kalimantan sekitar tahun 2014, dan tak lama cerai. Tapi Saya sudah punya anak, yang sekarang sudah berusia 5 tahun."
"Dulu, saya cerai karena mantan suami selingkuh, makanya saya balik ke kampung (Ciamis) lagi," ucap Vera.
Karena tidak ingin menambah beban orang tuanya, kemudian Ia melampiaskannya terhadap tindakan negatif untuk dirinya sendiri.
"Ya seperti bikin gambar di badan (tato), dan minum - minum (Miras). Malah dulu, saya sempat bekerja di club' di Surabaya. Kalau disini (tempat kerjanya), mendingan sudah jarang minum," ujarnya.
Semenjak kerja, ungkap Vera, setiap tiga atau empat hari, Ia pulang menengok anak yang bersama ibunya.
"Ya, kalau gak dapet uang lebih baik gak pulang. Misalnya disini (tempat kerjanya), kalau gak dapet (uang), ya gak pulang," kata Ia.

Sebenarnya, Vera sudah tidak menginginkan lagi hidup di dunia malam dan menjadi PSK.
"Ya sebenarnya sudah capek, Saya ingin hidup normal, punya suami, terus kalau ada modal Saya ingin berdagang, terutama ingin selalu dekat dengan anak dan ibu Saya."
"Karena kasihan anak saya, kadang kalau ditanya keluarga kerja dimana? Jawabnya bingung, mereka tahunya jaga warung kopi," ucap sedihnya, sambil matanya berkaca kaca."
Tak hanya Itu cerita Vera, V (25) terpaksa menjadi penghibur pria hidung belang.
Dia merupakan warga Kiaracondong, Kota Bandung, yang saat ini tinggal di rumah kos di daerah Jalancagak Kabupaten Subang.
Uniknya dia dahulu merupakan seorang pemandu karaoke di wilayah Kota Bandung, karaoke yang akrab dengan dunia malam tersebut kemudian menjadi media bagi Vera untuk terjun ke dunia prostitusi online.
Ketika ditemui di salah satu vila di kawasan Sari Ater pada Selasa (25/5/2021) dini hari, dia yang hendak menunggu ojek online usai melayani pria hidung belang mengungkap, dirinya sudah mendapatkan dua pelanggan pada malam ini.
Baca juga: Cerita Maya Janda Anak Satu di Bandung, Order PSK Mulai Sepi: Maksimal 2 Pelanggan Semalam
Baca juga: PENGAKUAN Janda 21 Tahun Ini Jadi PSK, Pasang Tarif Rp 600 Ribu Short Time, Tamu Order Via Online
"Barusan udah beres, sekarang saya lagi cari ojek online mau pulang ke kosan," ujar V dilansir dari Tribun Jabar.
Sembari menghisap sebatang rokok, V lalu duduk santai di bangku salah satu warung parkiran bus kawasan Sari Ater. Seolah tanpa beban Vlangsung, menawarkan diri.
"Mas nginep dimana? Kalau mau aku masih open," imbuhnya.
Saat itu harga yang ditawarkan Vera terbilang cukup mahal.
"Long time mas cukup Rp 1,2 juta. Kalau mau sekali main Rp 400 ribu juga gapapa," kata dia.
Dijelaskannya Long time adalah istilah disewa dengan waktu cukup panjang, dari malam hingga pagi.

"Kalau long time yah sampe chek out tapi nanti pagi aku minta dianterin pulang," ujarnya.
Namun, meski menerima panggilan long time V tetap membatasi tiga kali main hingga pagi.
Wanita satu ini terbilang cukup piawai, hari kemarin saja dari sore hingga dini hari dia sudah menerima dua panggilan pria hidung belang.
"Baru dapet satu juta, pada pelit gak mau kasih uang tips padahal aku juga butuh ongkos grab," kata dia.
Dia menjalani profesi tersebut sudah sekitar 4 tahun, semenjak ia merantau di wilayah Jalancagak Subang.
"Kalau saya sengaja di luar daerah biar gak banyak orang yang dikenal tau," ujarnya.
Baca juga: Anies Baswedan Difitnah Dapat Rumah Mewah Fee dari Pengembang, Ini Fakta dan Penampakan Rumahnya
Baca juga: Seorang Suami Kerap Datangi Makam Istrinya Setiap Jumat Viral di TikTok, Sang Anak Ungkap Alasannya
Kendati demikian, ia seringkali mendapat pelanggan seorang pria hidung belang yang ia kenal seperti tetangga.
"Aku pernah sama tetangga aku dari Kiaracondong, namanya pake MiChat foto yang ada di profil bukan foto asli. Begitupun pelanggan yang pesen, mau tua mau muda, mau kenal atau enggak dia pesen ya disamperin," katanya.
Selain pernah menerima pelanggan yang seorang tetangganya, V juga pernah mendapat pelanggan seorang teman karibnya.
"Teman tongkrongan juga pernah, tapi itu pas aku di Lembang, dia temen nongkrong di kosan, tarif mah tetap sama sesuai kesepakatan di MiChat," kata dia.
V yang hingga kini memang belum berumah tangga juga menjadi sebab kenapa ia bisa laris manis.
"Rata-rata nanyain janda apa enggak, kalau bilang gadis pasti senang dan aku emang belum menikah," imbuhnya.
Dulu ketika ia bekerja sebagai pemandu karaoke (LC) di wilayah Kiaracondong ia tak pernah menerima tawaran kencan.
"Pas jadi LC saya gak mau, karena itu deket daerah tempat tinggal saya tapi saya mulai open pun pas pindah merantau ke Subang," pungkasnya. (Tribun Jabar)