Batik Paoman Indramayu Pernah Nyaris Punah, Kini Bisa Kembali Berjaya hingga Dikenal Banyak Kalangan
Kini Batik Paoman yang menjadi ciri khas Kabupaten Indramayu itu sudah banyak dikenal publik hingga mampu bersaing di pasar global.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mumu Mujahidin
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu menjadi sentral produksi batik wilayah Pantura Jabar tersebut.
Kini batik yang menjadi ciri khas Kabupaten Indramayu itu sudah banyak dikenal publik hingga mampu bersaing di pasar global.
Namun dibalik itu, Batik Paoman rupanya pernah nyaris punah namun berhasil dibangkitkan kembali.
Pemilik Batik Paoman Art, Siti Ruminah Sudiono mengatakan, saat itu banyak masyarakat di Kelurahan Paoman yang berhenti membuat batik dan memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan.
"Yang tadinya hampir kolev kita coba bangkitkan lagi," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Rabu (20/10/2021).
 
Siti Ruminah Sudiono menceritakan, sejak nenek moyang dahulu, warga di Kelurahan Paoman memang dikenal dengan pengrajin batik.
Nyaris di setiap rumah warga, masyarakatnya lihat membuat batik tulis.
Akan tetapi kebiasaan tersebut, sedikit demi sedikit banyak yang meninggalkan.
Sejak saat itu, Siti Ruminah Sudiono mencoba untuk memfasilitasi para pengrajin batik agar Batik Paoman dapat terus dilestarikan.
Ia mendirikan Batik Paoman Art dan menjadikan para emak-emak di wilayah Kelurahan Paoman menjadi mitra produksi batik.
Sekarang, ada sebanyak 60 emak-emak yang dijadikan mitra pembuatan batik lukis di galeri miliknya.
Baca juga: Tak Mau Menyerah Pada Covid-19, Batik Paoman Indramayu Makin Melejit Setelah Dijual Secara Online
Siti Ruminah Sudiono juga memfasilitasi alat-alat melukis batik dan menampung semua batik yang dikerjakan para emak-emak tersebut.
Tidak hanya itu, ia juga berupaya dengan mengusulkan ke pemerintah daerah agar Batik Paoman jangan sampai punah.
"Tahun 90-an itu saya usul, bagaimana kalau setiap hari besar diadakan lomba busana batik," ujar dia.
Upaya tersebut rupanya membuahkan hasil, emak-emak yang tadinya berhenti membuat batik tulis, sekarang sudah mulai menggeluti kembali.
Terbaru, Siti Ruminah Sudiono menerima sebanyak 12 helai batik tulis produksi emak-emak dalam kurun waktu 2 minggu terakhir untuk diolah kembali dan siap dijual.
"Jadi mereka buatnya di rumah terus disetorkan ke sini," ujarnya.
Harga dari batik tulis sendiri cukup mahal, rata-rata berkisar Rp 400 ribu dan paling mahal bisa mencapai Rp 2 juta.
Tergantung kerumitan motif yang dibuat dan kain batik yang digunakan.
Baca juga: Bupati Kuningan Kenalkan Batik Khas Kuningan Kepada Para Pelajar, Siap Dipasarkan di Toko Modern
Siti Ruminah Sudiono pun bersyukur sampai dengan saat ini, Batik Paoman bisa tetap eksis dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan.
Salah satu yang menjadi primadona adalah motif kapal kandas, dan motif-motif lainnya.
Lanjut Siti Ruminah Sudiono, sekarang ada sebanyak 50 motif batik Paoman dari sebanyak 164 motif yang telah dipatenkan melalui Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
"Iya masih banyak yang belum dipatenkan, karena untuk mematenkan motif batik ini harus digali dulu bagaimana sejarahnya, bagaimana filosofinya dan kemudian nanti diumumkan ke seluruh dunia apakah ada yang mengklaim atau tidak," ucapnya.


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			