Kecelakaan Maut
Firasat Korban Selamat Kecelakaan Maut Tol Cipali KM 72 Sudah Ingatkan Ini Pada Sopir Minibus
Muhammad Raditia Putera termasuk salah satu korban dalam insiden kecelakaan maut tersebut yang menumpang mobil minibus XL.
"Saya kebetulan duduk di seat dua, belakang sopir, jadi saya liat dia ngantuk gitu, sempet minta istirahat, kata saya mending telat pulang lanjut besok," katanya.
Baca juga: Cerita Tanjakan Maut Jalan Antar Desa Parung – Karanganyar di Kecamatan Darma Rawan Kecelakaan
Tak lama kemudian insiden nahas tersebut terjadi.
"Saya mulai ngerasain ban belakang itu emang kurang angin, mobil juga rasanya goyang. Gak lama setelah itu meledak, oleng ke kiri semua teriak, yang saya lihat terkahir di depan itu bak truck setelah itu saya gk liat apa-apa lagi," ujar Raditia.
Setelah beberapa saat ia kemudian tersadar dari pingsannya, lalu ia memanggil saudaranya yang lain dan merangkak naik ke jendela kedua.
"Kaca emamg udah pecah, saya naik untungnya badan gak kejepit, terus dobrak kaca keluar lewat kaca, terus saya tarik-tarikin sodara yang masih sadar di dalam," kata dia.
Ia tak sanggup menolongnya sendiri, lalu ia sempat meminta bantuan menyetop kendaraan di sekitar tol, namun tak ada yang berhenti.
"Setelah itu gak lama datang pak polisi, saya di ambilin tandu yang lain juga dikeluarin," ucapnya.
Bayi 8 Bulan Wafat
Cerita Ambar Prabowo (35) ayah sang bayi 8 bulan yang meninggal dalam kecelakaan maut minibus Tol Cipali KM 72 Kabupaten Purwakarta, pada Rabu (22/9/2021).
Ambar sangat terpukul telah kehilangan puteri kecil kesayangannya, ketika ditemui di kamar Jenazah RS Abdul Radjak Kabupaten Purwakarta, Ambar tak kuasa menahan tangis melihat jasad puterinya terbungkus kain kapan.
Ia tak ikut dalam rombongan keluarga tersebut karena ia masih kerja di Pabrik, perjalanan satu keluarga tersebut ternyata sudah direncanakan jauh-jauh hari.
"Niatnya kesana itu mau kondangan ke sodara, ada pernikahan di Purwodadi Jawa Tengah, setelah kondangan baru liburan ke Yogyakarta, awalnya justru saya niat ikut karena pas libur kerja, tapi ada pengunduran acara pernikahan karena PPKM. Jadi keberangkatan juga diundur," ujar Ambar kepada Tribun.

Jadwal pernikahan yang seharusnya bulan Juni diundur menjadi September, Ambar pun tak bisa ikut karena tak kebagian jadwal libur kerja.
"Yang ikut itu cuma istri saya sma anak yang paling kecil, sopirnya itu mertua saya," kata dibģa.
Ambar mengizinkan sang istri ikut dengan syarat membawa bayinya, karena ia yang tinggal dirumah harus kerja tak mungkin mengurusi istri.