Human Interest Story

Sejak SD Sudah Digerogoti Kanker, Kisah Mahasiswi Uniga Ini Mengharukan Hingga Bisa Lulus Cumlaude

Berjuang melawan kanker sejak duduk di sekolah dasar mahasiswi Universitas Garut berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan predikat cumlaude.

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Shidqi Al Ghifari
Rosidah Avifah Nurzannah, mahasiswi Universitas Garut yang menderita kanker sejak SD, lulus Cumlaude. 

Laporan Kontributor Garut, Shidqi Al Ghifari

TRIBUNCIREBON.COM, GARUT -  Berjuang melawan kanker sejak duduk di sekolah dasar,  mahasiswi Fakultas Komunikasi dan Informasi (FKominfo) Universitas Garut (Uniga) berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan predikat cumlaude.

Ia adalah Rosidah Avifah Nurzannah yang telah resmi menyandang gelas S.I Kom dan menjadi lulusan terbaik pada sidang kelulusan yang diselenggarakan Universitas Garut, Sabtu (18/9/2021).

"Kanker ini dari 2008, atau tiga belas tahun yang lalu pada saya kelas 4 SD, dan aku sudah dua kali operasi, setelah  operasi yang kedua aku kuliah pakai kursi roda selama satu semester," ujarnya.

Avif mengakui dirinya tidak akan pernah berhasil menyelesaikan pendidikannya tanpa dorongan dan dukungan dari  teman-teman kuliahnya yang dengan sukarela membantunya dalam proses perkuliahan.

Menurutnya. teman dan dosen kerap membantunya menaiki tangga dengan cara mengangkat kursi roda yang ia 
kenakan.

Baca juga: Tanda-tanda Kanker Serviks, Wanita Harus Waspada Ya Karena Stadium Awal Tak Ada Gejala Apapun

Baca juga: Bukan Sembarang Tanaman, Daun Dewa Bisa Jadi Obat Alami Diabetes Hingga Kanker, Ini Hasil Risetnya

"Dengan keadaan itu aku ingin memberikan apresiasi terbesar untuk teman-teman dan dosen, karena memang 
sangat support, apalagi kan di Fikom belum ada lift jadi pake tangga dan you know lah ya pake kursi roda melewati  tangga dengan keadaan badan saya yang gak kecil," ungkapnya.

Ia menjelaskan mampu bertahan melalui proses pendidikan bukan dengan cara yang sangat mudah namun 
melewati banyak jalan terjal termasuk sulitnya berdamai dengan keadaan yang ia alami.

Menurut Avif, hal-hal yang membuatnya tertekan dan hampir putus asa itu seketika sirna karena banyaknya dukungan  dari teman-temannya.

"Bisa dibayangkan, kalo tidak ada keluarga, teman-teman, saya dari gerbang utama  ke Fikom atau ke kelas itu kalo  tidak ada mereka tidak akan sampai. Selain menjadi teman atau sahabat mereka benar-benar menjadi langkah  saya," ucapnya.

Pencapaian yang Avif alami hingga saat ini merupakan proses yang panjang. Ia pun pernah mencapai titik ingin menyerah yang membuatnya sering marah dengan keadaan.

Namun ia pun terus merangkak melanjutkan hidup dengan tetap bisa bertahan dalam kondisi apapun hingga 
akhirnya ia mendapat banyak hal-hal besar dari Tuhan.

"Aku pernah mengalami titik-titik mati rasa, marah kepada Allah kenapa ini sampainya pada diri aku, namun pada 
akhirnya semua itu ketika sudah dilewati dan ternyata banyak hal-hal besar yang telah Allah berikan," ungkap Avif.

Istilah 'Setelah Hujan Badai, Pasti Ada Pelangi' merupakan istilah yang selama ini ia pegang erat dalam setiap 
langkah dan  menjadi penguat dalam keadaan  yang membuatnya berada di titik ingin menyerah.

Bahkan saat ia duduk di kelas 5 sekolah dasar, ia sempat divonis  usianya hanya akan bertahan dalam waktu 27 hari  lagi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved