Kronologi Keributan Anak Buah Jenderal Andika dengan Warga Desa Sidetapa yang Menolak Tes Usap

Tiba-tiba ada warga yang memukul Dandim Buleleng, Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto, keributan dengan warga pun tak bisa dihindari.

Editor: Machmud Mubarok
Ratu Ayu Astri Desiani
Tim Swaber Kodim 1609/Buleleng saat menggelar rapid antigen acak di Desa Sidetapa, Buleleng, Bali pada Senin 23 Agustus 2021. 

Sementara yang reaktif, dipisahkan ke salah satu tempat, lalu diberi edukasi dan dibawa ke isoter. 

Dandim 1609/Buleleng, Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto mengatakan, pihaknya menerima pengakuan dari para tokoh masyarakat Desa Sidetapa yang menyebut bahwa banyak warga di desa tersebut yang mengalami anosmia atau kehilangan indra penciuman.

Informasi itu diperoleh saat dirinya bersama Kapolres Buleleng mendatangi desa tersebut pada Minggu kemarin untuk membagikan sembako. 

Mendapat pengakuan tersebut, Windra pun mengambil langkah untuk melaksanakan rapid antigen acak di Desa Sidetapa.

Rapid antigen ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi agar virus tidak menyebar lebih luas.

"Jadi dengan rapid ini kita bisa tau apakah ada yang terpapar Covid atau tidak. Kalau tidak terpapar ya syukur, kalau positif kan tinggal isolasi di isoter, jadi virus tidak menyebar lebih luas," ucapnya. 

Selain di Desa Sidetapa, Windra menyebut rapid antigen acak ini juga akan dilakukan oleh pihaknya di desa-desa yang terindikasi banyak terjadi penularan Covid-19.

"Strategi dari pemerintah memang sangat tepat. Testing dan tracing memang harus maksimal dilakukan. Yang positif dibawa ke isoter, sehingga kasus penularan bisa ditekan. Kegiatan yang kami lakukan ini untuk mengamankan rakyat sendiri," ungkapnya. 

Sementara Camat Banjar, I Gede Arya Suardana tidak memungkiri tingkat disiplin masyarakat Desa Sidetapa terkait penerapan protokol kesehatan masih sangat kurang.

Bahkan, dari sekian desa yang ada di Kecamatan Banjar, hanya Desa Sidetapalah yang tingkat vaksinasinya masih rendah.

Dimana realisasi vaksinasi dosis pertama di Desa Sidetapa baru mencapai 66 persen.

Sementara vaksinasi dosis  ke dua baru 2.5 persen. 

Hal ini kata Suardana terjadi lantaran sebagian besar masyarakat di Desa Sidetapa percaya dengan teori konspirasi, sehingga tidak percaya dengan adanya Covid-19.

Untuk itu pihaknya berupaya mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan peraturan berupa tidak melayani administrasi pemerintahan termasuk penundaan pemberian bantuan sosial bagi warga yang belum divaksin. 

"90 persen masyarakat Desa Sidetapa memang tidak taat dengan prokes Covid. Satgas sudah berulang kali turun ke desa ini, tapi susah, selalu diabaikan. Isoter juga sempat bermasalah, karena warga merasa seperti dipenjara. Ini karena warga termakan isu hoaks. Dan memang dari dulu masyarakatnya meboya. Jadi karena kondisi masyarakat seperti itu, Satgas pun  mengambil langkah rapid antigen acak ini yang positif langsung diisoter," jelasnya. (*)

Sumber: Kompas TV
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved