Human Interest Story
Emak-emak 3 Anak Berjihad Jadi Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19, Begini Reaksi Keluarga
Tidak ada raut kesedihan di wajah Juliati dalam pengukuhan relawan pemulasaraan jenazah Covid-19 di halaman kantor Bupati Gresik.
TRIBUNCIREBON.COM - Tak banyak orang yang mau berurusan dengan jenazah Covid-19.
Selain berisiko tertular virus corona, profesi menjadi tim pemulasaraan jenazah Covid-19 saat ini juga sangat padat seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19.
Namun berbeda dengan emak-emak di Gresik Jawa Timur ini.
Tidak ada raut kesedihan di wajah Juliati dalam pengukuhan relawan pemulasaraan jenazah Covid-19 di halaman kantor Bupati Gresik.
Dia berdiri di depan mewakili kaum perempuan secara simbolis mengenakan jaket bertulis relawan.
Wanita berusia 49 tahun ini adalah seorang ibu rumah tangga yang tiga orang anak dan cucu yang tinggal di kawasan Perum Permata Suci, Desa Suci, Kecamatan Manyar.
Dia terpanggil melihat angka kasus kematian Covid-19 tinggi.
Banyak tenaga kesehatan kewalahan.
Pasalnya sebelum pandemi Covid-19, dia adalah petugas pemulasaraan jenazah di tempat tinggalnya.
Kala itu ia menjalankan tugasnya tanpa mengenakan peralatan lengkap.
Hal itu berbeda dari yang didapatnya sekarang.
Baca juga: Dibuka Loker Cirebon Ini Persyaratan Umum dan Khusus Relawan Penanganan Covid-19 di Cirebon
"Saya tidak punya APD selama ini. Saya berpikir bagaimana mengamalkan ilmu saya, selama setahun. Karena merasa rugi, punya pengetahuan dan keahlian tapi tidak bisa mengaplikasikan karena tidak punya APD. Tidak ikut membantu," kata dia.
Ketika Pemkab Gresik membuka pendaftaran melalui media sosial, perempuan berhijab ini langsung terpanggil.
Dia meminta restu ke anak-anaknya.
Penolakan keras datang dari anak kedua.
Melarang keras, karena lebih sayang dengan kondisinya sebagai seorang ibu.
Wanita berkacamata ini berusaha memberikan pemahaman dari hati ke hati, suami dan tiga anaknya menyetujui.
“Saya katakan pada anak, suami dan anak saya yang sudah berkeluarga. Ibu butuh amalan, bekal kepada Allah. Kalian boleh tidak mengizinkan ibu karena sayang. Tapi yang menentukan sakit semua Allah.
Meskipun kita tidak mati karena Covid-19, karena setiap orang hidup pasti akan mati. Akhirnya kemantapan saya, suami, dan anak-anak kemudian menyetujui. Demi amal saleh saya semasa hidup bekal di akhirat ,” tegas Yulianti dengan mata berkaca-kaca.
Ia begitu mantap mengamalkan ilmu dan pengetahuan karena pemerintah Kabupaten Gresik memberikan fasilitas, mulai dari alat pelindung diri hingga kesehatan mendapatkan perhatian termasuk insentif.
Dalam sepekan, para relawan bekerja selama lima hari.
Setiap tiga hari mereka menjalani swab antigen.
Baca juga: Myanmar Diprediksi Jadi Negara Penyebar Covid-19 Tercepat, Relawan Jemput Mayat dari Rumah ke Rumah