Dedi Mulyadi Beberkan Obat Herbal Probiotik untuk Covid-19
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi membeberkan identitas obat herbal yang diklaimnya bisa membantu pengobatan pasien Covid-19.
Jika terdapat patogen di dalam organ tersebut maka HQN1 akan mengikat virus/bakteri tersebut, untuk dikeluarkan melalui lendir, urine atau feces.
“JIka tetap masih ada sisa patogen berupa virus, bakteri dan jamur yang jahat tersebut akan tidak menginfeksi didalam sel tubuh manusia karena sudah inactive,” tuturnya.
Dengan mengkonsumsi HQN1 Probiotix 2-3 kali dalam sehari bisa bisa menghindarkan pengkonsumsinya dari virus bahaya apapun termasuk virus Covid-19. Obat ini sudah banyak dijual di marketplace juga melayani pembelian langsung via order online di situs resminya.
Desak BPOM
Selama pandemi Covid-19, bermunculan banyak obat-obatan tradisional dan suplemen manakan yang digunakan bahkan diproduksi terbatas untuk mendorong kesembuhan pasien Covid-19.
Namun demikian, tidak banyak di antaranya yang sudah mengantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan pihaknya pun mendesak BPOM untuk memberikan ruang dan prosedur lebih sederhana untuk produksi obat-obatan tradisional untuk kasus Covid-19 tersebut. Apalagi, katanya, jika bahan-bahan yang didapat berasal dari dalam negeri.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Untuk Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 12-18 Tahun Dimulai di Jabar
Ia mengatakan sejauh ini terdapat obat tradisional yang berdasarkan pengalaman penggunanya terbukti mampu mendorong kesembuhan warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Obat tersebut juga dirasakan bereaksi dalam waktu cepat dan tanpa efek samping.
Dedi pun menceritakan pengalamannya saat membantu sejumlah rekannya yang terinfeksi Covid-19. Mereka menurutnya juga diminta untuk tidak isolasi di rumah sakit atau tempat rujukan pemerintah karena akan membebani anggaran.
“Saya juga berkirim obat, buatan teman orang Subang, sampai hari ini sudah lebih dari 10 pasien yang sehat, waktunya cuma tiga hari, asal tidak bercampur dengan antibiotik,” katanya melalui siaran digital, Rabu (30/6/2021).
Baca juga: Ada yang Terpapar, Kantor Pelayanan BPJS Kesehatan Majalengka Tutup Sementara 3 Hari ke Depan
Meski terbukti membantu kesembuhan dan minus efek samping, Dedi melihat obat-obatan jenis herbal ini akan menghadapi kendala standardisasi dan menutup harapan bisa diakui oleh lembaga resmi pemerintah.
Kondisi ini dinilai akan membuat upaya penanganan Covid-19 di Indonesia berjalan lambat sementara perang melawan Covid-19 membutuhkan kontribusi dari seluruh lapisan.
“Saya pikir negara hari ini butuh kecerdasan orang untuk berpartisipasi. Saat melawan musuh, peluru habis, berkelahi pakai pisau, tapi kalau pakai katapel apa bisa membunuh, ya tidak masalah kan,” ujarnya.
Baca juga: 11 Daerah di Jabar Jadi Zona Merah, Ridwan Kamil: PPKM Darurat Segera Diberlakukan
Dedi menilai BPOM harus cepat tanggap melakukan analisis dan mengumumkan secara cepat pada masyarakat mengenai sejumlah obat yang diklaim dapat menyembuhkan Covid-19.
“Jadi dengan upaya ini, BPOM juga memberi banyak ruang untuk penyembuhan, dalam situasi ini akan ada juga yang memanfaatkan situasi, artinya BPOM harus tetap selektif,” katanya.