Pilpres 2024
Ini Jawaban Prabowo Subianto saat Ditanya Apakah Siap Jadi Presiden, Hasil Survei Masih Tertinggi
Ternyata, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto masih bersedia menjadi calon presiden (capres) pada ajang Pemilihan Presiden 2024 ( Pilpres 2024).
TRIBUNCIREBON.COM, JAKARTA - Ternyata, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto masih bersedia menjadi calon presiden (capres) pada ajang Pemilihan Presiden 2024 ( Pilpres 2024).
Prabowo Subianto mengatakan bahwa, setiap orang yang cinta tanah air diberi kesempatan maju menjadi calon presiden pasti mau.
Sementara hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), jika Pemilihan Presiden dilakukan hari ini, maka Prabowo Subianto akan terpilih jadi presiden.
.

Baca juga: Prabowo Lakukan Ini Kepada Pendukungnya yang Kecewa Saat Dirinya Setuju Jadi Menteri Jokowi
Baca juga: Megawati Sebut Prabowo Sahabat Dinilai Pengamat Sebagai Sinyal Koalisi: Malah Viral, Pusing Lho!
Baca juga: PRABOWO SUBIANTO Siap Maju di Pilpres 2024, Waketum Partai Gerindra Tunggu Pernyataan Resmi
Hasil survei menempatkan Prabowo teratas mengalahkan ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat.
Pernyataan Prabowo, setiap orang yang cinta tanah air diberi kesempatan maju menjadi calon presiden pasti mau.
Hal itu disampaikannya dalam wawancaranya dengan Deddy Corbuzier yang diunggah di channel Youtube Deddy pada Minggu (13/6).
Dalam wawancara itu mulanya Deddy bertanya kepada Prabowo mengenai kesediaannya maju dalam pesta politik 2024. "Loh kalau untuk mengabdi dan diberi kesempatan dan diberi kepercayaan kenapa tidak?," jawab Prabowo.
Menurut Prabowo, mencalonkan diri sebagai capres merupakan persoalan pengabdian. Meski demikian, terdapat banyak faktor yang menentukan pencalonan. Deddy lantas bertanya lagi yang masih dibutuhkan Prabowo untuk maju sebagai capres.
Menurut Deddy, Prabowo telah memiliki kendaraan politik, dukungan, dan nama.
"Apalagi yang kurang?" tanya Deddy. "Kita kan enggak bisa maju sendiri. Harus ada teman. Harus ada dukungan kiri kanan dan sebagainya. It's not just easy, kita realistis lah," jawab Prabowo.
Prabowo sendiri mengaku tidak mempermasalahkan jumlah calon presiden pada 2024 mendatang.
Ia akan mengikuti kondisi dan sistem pada tahun politik tersebut. Meski demikian, menurutnya akan lebih efisien jika capresnya hanya dua pasang.

Ketika ditanya bahwa banyak pihak yang mempersoalkan dua pasang Capres membuat masyarakat terbelah menjadi dua kelompok, Prabowo mengatakan bahwa pada akhirnya tetap harus ada pilihan.
"Mau tiga atau berapa calon ending-nya juga dua. Belum tentu pasangan yang satu itu bisa langsung dapat mayoritas 50 persen plus 1," ujarnya.
Baca juga: Alasan Prabowo Jarang Tampil di Media Saat Jadi Menhan, Blak-blakan Soal Anggaran Rp 1.700 Triliun
Dalam kesempatan itu Prabowo juga menyampaikan ada berapa hal yang akan dia ubah jika terpilih menjadi presiden. Prabowo mengaku sebetulnya yang dilakukan Presiden Joko Widodo sudah baik, namun ada pihak yang bekerja tidak sesuai seperti yang diharapkan.
"Saya orangnya rasional dan objektif, ya saya kira we are on the right track. Tinggal implementasi. Karena begini, saya lihat Pak Jokowi kan saya sudah ikut hampir 2 tahun. Kehendaknya jelas prorakyat. Tapi memang birokrasi Indonesia ini sulit luar biasa, dan ya Pak Jokowi ini baik hatinya, hatinya baik. Karena saya lihat ada beberapa pejabat yang kadang-kadang di depan iya ya iya gitu ya, di belakang dilambat-lambatin," kata Prabowo.
Prabowo menyebut ada beberapa pejabat yang sengaja melambat-lambatkan pekerjaannya dengan berbagai alasan, meskipun instruksi pemimpin sudah jelas. Dalam hal melaksanakan pekerjaannya secara cepat, kata Prabowo, Cina bisa dicontoh.
"Kalau kita lihat di Tiongkok habis pandemi bisa pulih berapa persen dia bisa pulihkan, bisa beberapa persen pertumbuhan. Yang dilakukan RRT itu dia bisa lakukan dalam waktu 40 tahun kemiskinan kenapa? Cepat, loyal, patuh, ada yang bilang itu negara otoriter, sekarang kemiskinan hilang. Pertumbuhan ada, RRT bangkit, nyalip Amerika gitu.
So, kita harus lihat dong contoh yang berhasil. Bukan kita bilang bahwa kebetulan yang di sana yang berkuasa partai komunis, di sana cocok, mungkin di Indonesia enggak cocok, kita enggak ambil itunya, ideologi kita tidak ambil, kita ambil yang baik. Kita ambil yang baik dari mana saja," ujarnya.
Prabowo juga meminta publik menegurnya jika ada janjinya yang tidak ditepati jika terpilih. "Ya nggak usah dimaki lah, ditegur saja. Lu gimana sih.. Memang gua tukang maki-maki," kata Prabowo.
Elektabilitasnya Masih Paling Tinggi
Manager Program Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, mengatakan Prabowo Subianto masih memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres 2024.
Hasil survei yang mereka lakukan, Mei 2021, ujar Saidiman, menunjukkan bahwa elektabilitas Menhan, yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, itu sebagai capres masih berada di posisi teratas di angka 21,5 persen.
Bahkan, jika pemilihan presiden dilakukan hari, Prabowo akan terpilih menjadi presiden.
Saidiman mengatakan, Prabowo memenangi pertarungan berdasarkan kecenderungan pemilih pada nama-nama yang beredar selama ini untuk menjadi presiden.
Baca juga: PDIP Jabar : Semoga Pertemuan Megawati - Prabowo Bisa Redam Isu Negatif, Tidak Hanya Pilpres 2024
"Yang pertama kami ajukan pertanyaan semi terbuka, kami ajukan daftar nama 42 orang. Lalu kita buka peluang bagi responden untuk nama di luar itu dan kita menemukan Prabowo di urutan pertama dengan perolehan suara 21,5 persen," ujar Saidiman dalam konferensi pers, Minggu (13/6).
Di urutan kedua ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 12,6 persen, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 12 persen, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno 5,5 persen. Kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 4,4 persen, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok 4,3 persen, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 3,2 persen.
Lalu, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini 2,9 persen dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri 2,4 persen.
"Di antara ketua partai Prabowo unggul jauh untuk sementara ini," ujarnya.
Dari pertanyaan semiterbuka, SMRC kemudian melakukan simulasi tertutup dengan membuat daftar 15 nama.
"Pada simulasi tertutup 15 nama, siapa yang akan dipilih responden jika pemilihan dilakukan sekarang? Prabowo di urutan pertama," kata Saidiman.
Prabowo memperoleh 24,4 persen suara responden. Disusul Ganjar 15,7 persen; Anies Baswedan 14,3 persen; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno 7,9 persen; dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 5,3 persen. Kemudian Agus Harimurti Yudhoyono 4,2 persen; Menteri Sosial Tri Rismaharini 4,1 persen. Sisanya, berada di bawah 2 persen.
SMRC juga melakukan simulasi delapan nama. Prabowo lagi-lagi masih moncer dengan perolehan 26 persen responden; Ganjar 16,3 persen; Anies 15,7 persen; dan Sandiaga 8,3 persen. Lalu, Ridwan Kamil 5,6 persen; Tri Rismaharini 5,4 persen; AHY 4,7 persen, dan Ketua DPR Puan Maharani 1,6 persen.
Survei SMRC dilakukan dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 21-28 Mei 2021. Survei dilakukan dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan melibatkan 1.220 responden.
Populasi survei tersebut adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang berusia 17 tahun atau lebih. Sebanyak data 1.072 responden yang diwawancarai dinyatakan valid.
Survei ini memiliki toleransi kesalahan kurang lebih kurang 3,05 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.(tribun network/dns/git/dod)