PMI Asal Majalengka Dituduh Membunuh
Nenah TKW Majalengka Sering Ngeluh Majikannya di Dubai Sangat Galak, Kini Ratapi Nasib di Penjara
Nasib buruk sudah dialami Nenah sejak awal berangkat jadi Pekerja Migran (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Dubai
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Nasib buruk sudah dialami Nenah sejak awal berangkat jadi Pekerja Migran (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Dubai, Uni Emirat Arab pada 2011 lalu.
//
Namun ada alasan kuat mengapa dia tetap bersikukuh bekerja di majikan yang sama.
Kakak kandung Nenah, Nung Aminah (41) mengatakan, sejak awal adiknya sudah mengeluhkan sikap majikan perempuannya.
Sikap kasar jadi alasan Nenah mengeluh.
"Dari awal juga, sudah cerita kalau majikan perempuannya itu galak. Gaji aja nggak jelas. Dari 2011 sampai 2014 hanya bisa beli tanah harga Rp 9 juta. Itu juga karena belinya di kakek sendiri. Sampai sekarang belum diapa-apakan, bikin Pondasi juga belum," ujar Nung saat berbincang dengan media, Selasa (25/5/2021).
Baca juga: Sudah 6 Tahun TKW Asal Majalengka Dipenjara di Arab, Pemkab Baru akan Telusuri Berkas Aduan Nenah
Kendati mengeluhkan sikap majikan perempuan, tetapi Nenah tidak mau pindah majikan.
Setelah sempat pulang pada 2014 lalu, dia kembali ke UEA ke majikan yang sama.
"Yang penting majikan laki-lakinya nggak cunihin (genit). Kebanyakan kan ada kasus yang mau diperkosa majikan laki-laki, ini mah nggak. Majikan laki-lakinya itu jarang ketemu karena suka berangkat pagi-pagi," ucapnya.
Sikap tidak bersahabat majikan perempuan itu tidak hanya kepada adiknya saja.
Hal serupa juga dialami oleh rekan-rekan Nenah, termasuk sopir yang meninggal, yang berujung dihukumnya Nenah.
"Ke semuanya gitu, termasuk ke sopir itu. Katanya gaji untuk sopir juga nggak penuh, hanya dibayar beberapa bulan, tidak sesuai dengan jumlah bulannya," jelas dia.
Baca juga: Nenah TKW Asal Majalengka Dituntut Hukuman Mati, Badan Nenah pun Kurus Kering, Sering Disiksa di Sel
Namun 'keikhlasan' Nenah menerima perlakuan majikan perempuan itu berujung petaka.
Kini dia menjalani hukuman setelah dituduh membunuh sopir majikannya dengan cara meracuni.
"Hanya sekitar 2 bulan sejak pulang kampung pada 2014 lalu, dia kena kasus ini. Dia dituduh menaruh racun di makanan sopir, padahal katanya makanan sopir itu masih utuh," katanya.
Sementara itu, Nung mengaku terakhir kali komunikasi dengan Nung pada H+3 lebaran kemarin.
Nenah bisa curi-curi waktu menelpon ketika ada temannya yang menjenguk ke tahanan.
"Dia ditahan di daerah Dubai. Teman-temannya juga suka nelepon. Ada yang dari Cirebon, Indramayu dan lain-lain. Nelepon paling 3 sampai 5 menit. Nggak pernah SMS, nelepon terus," ujarnya.
Sempat berminat buka Rumah Makan masakan Arab di kampung, Nung Sering mimpikan Nenah pulang.
Sebelum terjerat masalah hukum dan terancam hukuman mati, pihal keluarga sempat merekomendasikan Nenah agar tidak kembali ke luar negeri.
Hal itu setelah Nenah kerap cerita majikannya galak.
Sebagai gantinya, keluarga berencana untuk mengajak Nenah membuka rumah makan khas Arab.
Kemampuan Nenah meracik masakan Arab jadi modal besar untuk membuka usaha kuliner di kampung halaman.
"Dia mah pinter mempelajari resep-resep. Meskipun lulusan SD, tapi cepat ngerti. Jadi kami sempat menawarkan Nenah untuk nggak usah berangkat lagi. Cukup di sini aja bukan rumah makan masakan Arab," ucap Nung.
Alih-alih keinginannya itu terwujud, Nenah kini justru berurusan dengan hukum.
Bahkan Nenah terancam hukuman mati.
"Sekarang malah kena masalah ini. Kami masih tetap berharap Nenah pulang. Beberapa hari terakhir saya sering mimpikan dia pulang. Mudah-mudahan ini tanda baik," jelas dia.