Cerita 41 Prajurit yang Dikutuk Menjadi Monyet Jadi Daya Tarik Situs Buyut Banjar Indramayu
Menurutnya, kisah 41 monyet di sana menjadi salah satu alasannya dirinya berlibur selain karena tak memerlukan biaya besar untuk berlibur.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mumu Mujahidin
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kisah 41 prajurit yang dikutuk menjadi monyet atau kera di Situs Buyut Banjar Indramayu masih menjadi daya tarik wisatawan.
Objek wisata yang berlokasi di Desa Bulak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu itu selalu ramai setiap kali momen libur lebaran.
Salah seorang wisatawan, Mang Nono (38) mengatakan, sudah menjadi kebiasaan rutin dirinya bersama keluarga berwisata Situs Buyut Banjar Indramayu.
Menurutnya, kisah 41 monyet di sana menjadi salah satu alasannya dirinya berlibur selain karena tak memerlukan biaya besar untuk berlibur.
"Yang menarik itu karena adanya kera atau ketek, anak ngajak pengen liat. Ikon banjar salah satunya itu," ujar Mang Nono yang merupakan warga Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg.
Baca juga: Ratusan Jemaah Islam Aboge di Purbalingga Baru Melaksanakan Salat Idulfitri Hari Ini
Baca juga: INFO Lowongan Kerja BUMN PT KBI Buka Loker untuk Lulusan S1 dengan Berbagai Jurusan, Ada 4 Posisi
Hanya saja, masih disampaikan Mang Nono, sebanyak 41 monyet itu sulit terlihat.
Mereka bersembunyi di pepohonan di areal Tempat Pemakaman Umum (TPU) karena banyaknya pengunjung.
"Ada tadi keliatan di sana, cuma lari kebanyakan orang pada takut," ujar dia.
Sama halnya dengan Siti (46). Ia mengaku berlibur untuk menemani anak liburan.
Ia bersama dua anaknya itu ingin melihat kera atau monyet yang terdapat di Situs Buyut Banjar Indramayu.
"Susah pada ngumpet," ujarnya.
Di balik ramainya pengunjung di Situs Buyut Banjar Indramayu memang menyimpan ceritanya tersendiri.
Menurut salah satu juru kunci Situs Buyut Banjar, Anton (64), cerita yang melegenda di Situs Buyut Banjar adalah kisah 41 prajurit yang dikutuk menjadi monyet.

Jumlahnya pun tak pernah bertambah maupun berkurang.
"Awal mulanya itu salah satu pangeran dari Cirebon bernama Pangeran Surya Negara datang ke sini untuk mengatasi banjir," ujar dia.
Anton menceritakan, nama Situs Buyut Banjar sendiri berasal dari kata banjar atau banjir. Hal ini dikarenakan lokasi setempat dahulunya sering terjadi banjir.
Demi mengatasi persoalan banjir itu Pangeran Surya Negara memerintahkan rakyatnya bekerja membuat Sungai Longgagastina agar banjir tidak meluas ke daerah-daerah lain.
Pangeran Surya Negara lalu mengutus Nyi Ayu Kelir yang berasal dari daerah Kedokan dan diutuslah sebanyak 41 prajurit oleh Nyi Ayu Kelir dari Kedokan.
Para prajurit itu dipimpin oleh seorang bernama Ki Ratim.
Namun bala bantuan tersebut tidak kunjung datang hingga akhirnya Sungai Longgagastina selesai dibuat oleh Pangeran Surya Negara sendirian.
Lanjut Anton, pada suatu hari para prajurit yang dipimpin Ki Ratim ini datang menghadap Pangeran Surya Negara.
Baca juga: Pemotor Menangis Minta Damai Usai Terobos Lampu Merah dan Tabrak Avanza di Pos Penyekatan Padalarang
Baca juga: 4 Ahli Roket Hamas yang Berhasil Tembus Iron Dome Terbunuh, Akibat Gempuran Israel ke Jalur Gaza
Mereka berniat melapor untuk mulai membantu pembuatan sungai. Namun, saat mereka datang Sungai Longgagastina itu sudah rampung dibuat.
"Waktu itu terjadi hari Jumat, mereka juga katanya ketahuan tidak salat oleh Pangeran Surya Negara dan sedang asyik makan buah tenggulun ada juga yang menyebutnya kurma," ujar Anton.
Saat itu, Pangeran Suryanegara marah besar. Ditirukan Anton, Pangeran Surya Negara berkata, “Malas, tak mau mentaati perintah, untuk apa datang kalau Sungai Longgagastina sudah selesai.”
Karena sangat murkanya, Pangeran Surya Negara menyumpahi para prajurit itu dengan kata-kata kasar.
"Empat puluh satu orang ini disumpahi oleh pangeran menjadi monyet. Mereka juga diperintah untuk tetap tinggal di sini selamanya dan makan hanya dari pemberian orang-orang yang melintasi Situs Buyut Banjar," kata Anton.