Profil dan Karomah KH Uci Turtusi, Ulama Karismatik Banten Keturunan Nabi Muhammad SAW

Abuya Uci Turtusi lahir di Pondok Pesantren Al Istiqlaliyah di Kampung Cilongok, Pasar Kemis, Tangerang, Banten, 57 tahun yang lalu. 

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Tangkap Layar Instagram @infobalaraja
Kyai Kharismatik Abuya Uci Turtusi. (Tangkap Layar Instagram @infobalaraja) 

TRIBUNCIREBON.COM - KH Uci Turtusi atau akrab disapa Abuya Uci Turtusi, pemimpin Pondok Pesantren Al Isytiqlaliyah, Cilongok, Tangerang, wafat pada Selasa (6/4/2021) selepas subuh. 

Ribuan orang dari berbagai daerah bertakziyah dan menghadiri pemakaman Abuya Uci Turtusi di kompleks pesantren Al Istiqlaliyah. 

Berikut ini profil lengkap Abuya Uci Turtusi, seorang kiai kharismatik Banten, keturunan Nabi Muhammad SAW.

Abuya Uci Turtusi lahir di Pondok Pesantren Al Istiqlaliyah di Kampung Cilongok, Pasar Kemis, Tangerang, Banten, 57 tahun yang lalu. 

Ia merupakan putra ulama besar Banten, Abuya Dimyati Al Bantani.

Apabila ditelusuri hingga ke akarnya, ternyata nasab KH Uci Turtusi bersambung dengan Nabi Muhammad SAW

Hal silsilah ini pernah diungkapkan oleh Habib Umar dari Pasuruan saat peringatan Haul ke 6 ibunda Abuya Uci, Hj Nihayah binti KH Agrat. Kenudian pernah ditulis juga oleh alfaqihil.blogspot.com  dan ( hasanuddinbunyamin.wordpress.com).

Baca juga: Kapan Pencairan THR dan Gaji ke 13 PNS? Catat Jadwalnya dan Inilah Besaran yang akan Diterima

Baca juga: HARGA HP Oppo April 2021, Mulai Oppo A11K, Oppo A15, Oppo A92 hingga Oppo Reno5, Berikut Spesifikasi

Berikut ini adalah silsilah beliau :

34. K.H. Uci Turtusi (Cilongok Pasar Kemis), putra

33. K.H. Dimyati, putra

32. K.H Romli, putra

31. K.H. Ahmad Khaerun, putra 

30. Raden Cimang, putra

29. Raden Data Saen, putra 

28. Tumenggung Kamil (Wulung Cilik), putra

27. Pangeran Surya Bajra (Pangeran Surya Ningrat), putra

26. Pangeran Yuda Negara, ;utra

25. Sultan Maulana Hasanuddin (Banten), putra

24. Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati - Cirebon), putra

23. Abdullah (Raja Cempa Aceh), putra

22. Ali Nur'alam (Syam), putra

21. Jamaluddin Husein, putra 

20. Ahmad Jalaluddin, putra

19. Abdullah, putra

18. Abdul Malik, putra

17. Alwi (Amil Faqih), putra

16. Muhammad Shohib Marbad, putra

15. Ali Khola' Ghosam, putra

14. Alwi, putra

13. Muhammad, putra

12. Alwi Alawiyyin, putra

11. Ubaidillah, putra

10. Ahmad Al-Muhajir, putra

9. Isa Arumi, putra

8. Muhammad An-Naghieb, putra

7. Ali Uraidy, putra

6. Ja'far Shodiq, putra

5. Muhammad Al-Baghir, putra

4. Ali Zainal Abidin, putra

3. Sayyidina Husein, putra

2. Sayyidati Fatimah Az-Zahro dan Sayyidina Ali Karromallahu wajhah, putra

1. Nabi Muhammad SAW

Baca juga: Persib Bandung Lolos ke Perempat Final Piala Menpora 2021, Robert Alberts Tak Ubah Targetnya

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Kamis 8 April 2021: Bali dan Jateng Potensi Hujan Lebat hingga Angin Kencang

Pendidikan

KH. Uci Turtusi memulai pendidikannya dengan belajar langsung kepada ayahnya, Abuya Dimyathi al-Bantani.

Setelah selesai belajar dengan ayahnya, beliau melanjutkan pendidikannyan dengan belajar kepada 32 orang guru di berbagai pesantren, yang beliau tempuh selama 32 tahun.

Ketika beliau belajar di pesantren, beliau termasuk orang yang sering pindah-pindah. Paling lama waktu belajar, beliau tempuh selama 3 tahun lebih bahkan ada yang hanya 1 hari kemudian beliau pindah lagi.

Hal tersebut dikarenakan ketika pengasuh pesantren mengetahui bahwa beliau adalah anak Abuya Dimyathi al-Bantani, maka kebanyakan para kiai justru tidak berani menerimanya sebagai murid.

Setelah wafat ayahandanya, Abuya Dimyathi al-Bantani, kepengasuhan Pondok Pesantren Salafiyah Al-Istiqlaliyah yang berdiri sejak tahun 1957 M dilanjutkan oleh putra beliau, KH. Uci Turtusi.

Pondok pesantren tersebut berada di kampung Cilongok, Desa Sukamantri, Kecamatan Pasar Kemis, berdiri di atas lahan seluas ± 4,5 ha.

Saat ini, di lingkungan komplesk pesantren terdapat empat masjid, tiga masjid berada di dalam pesantren dan satu lagi berada di luar pesantren.

Dengan berdirinya empat masjid, menjadi hal menarik karena pondok pesantren ini berbeda dari pondok pesantren pada umumnya, yang hanya memilik satu masjid.

Majelis Akbar

Setiap hari Ahad bakda Subuh, Pesantren Salafiyah Al-Istiqlaliyah selalu mengadakan majelis akbar bagi masyarakat luas yang langsung dipimpin oleh Abuya Uci Turtusi.

Tradisi ini telah berlangsung lama sejak masa kepemimpinan Abuya Dimyathi al-Bantani. Jumlah jemaah yang mengikuti pengajian ini pun sangat banyak, tidak kurang dari 5.000 orang datang dari sekitar wilayah Tangerang, Banten, Bogor, Bekasi dan juga Jakarta.

Pada majelis akbar tersebut, materi yang diberikan lebih mengarah kepada bimbingan kerohanian, etika keagamaan dan nasihat-nasihat yang menenangkan bagi masyarakat.

Tidak hanya sekadar untuk mengaji, kehadiran masyarakat pada saat majelis akbar tersebut juga tidak lepas dari kebesaran sosok Abuya Uci sebagai ulama karismatik yang dikenal memiliki kedalaman ilmu agama dan keberkahan sebagai seorang ulama.

Tidak jarang setelah pengajian selesai, para tamu yang hadir meminta keberkahan untuk didoakan dan menyampaikan persoalan-persoalan mereka untuk diberi bimbingan dan jalan keluar oleh Abuya Uci.

Selain acara pengajian mingguan, ada beberapa acara besar yang diselengarakan tahunan, yaitu acara Maulid Nabi, Haul Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.

Acara tersebut dihadiri ribuan orang,  para pejabat, bupati, para ulama di luar pulau Jawa, ulama dari mancanegara, para Habaib dan para tokoh besar lainnya. Bahkan Gus Dur pun pernah hadir.

Almarhum Gus Dur dan Habib Luthfi bin Yahya merupakan sahabat dekat dari KH. Uci Turtusi. Sebelum Gus Dur Meninggal beliau ditanya oleh KH. Uci Turtusi, "Gus apa yang paling diinginkan oleh Gus apa? Baik di kala jadi presiden atau setelah lengser jadi presiden," jawaban Gus Dur "Saya inginkan adalah ketika saya wafat, istri, anak, teman-teman dan sekitarnya mengirimkan Al Fatihah buat saya," kata Abuya menirukan Gus Dur.

Karomah Abuya Uci

KH. Uci Turtusi adalah tokoh ulama besar yang sangat dihormati dan disegani oleh semua kalangan masyarakat. Beliau sangat berjasa besar karena telah mengharumkan bangsa Indonesia terutama Kabupaten Tangerang Banten.

Dengan keistimewaan dan karomah yang diberikan Allah SWT kepada KH. Uci Turtusi, hati umat islam merasa rindu untuk bertemu dan silaturahmi dengan sosok sang ulama ini, dengan kepiawaiannya menyampaikan dan mengajarkan ilmu agama dengan ikhlas, sehingga tausiyah yang disampaikan sangat jelas dan mudah dipahami oleh para jemaah.

Salah satu kesaksian tentang karomah KH Uci Turtusi datang dari Muhammad Sahroni seperti di kolom komentar akun YouTube Ali Ngaji Official.

Sahroni menyebutkan, Abuya Uci itu mampu membaca hati orang. 

"Emang betul karomah Abah luar biasa, dia pun bisa membaca hati orang. Sayalah saksinya ketika dulu sering memijat Abah Uci mulai dr 11 sampai jam 2 . Ketika sedang mijit Abah, saya  tak kuat oleh kencangnya kipas angin yg ditujukan di atas saya oleh mang Azis.

Padahal saya cuma berkata dalam hati "mudah2an Abah nyuruh udahan ngurutnya" tiba2 Abah duduk lalu ngomong "he euh atuh eunggeusan ngurutna" (Iyah atuh udahan mijitnya) padahal saya bicara hanya dlm hati, malu jadinya," tulis Sahroni. 

Dituturkan dalam akun Ali Ngaji Official, dulu ada rombongan santri dari Cilongok ziarah ke Masjid Demak. Mereka bertemu kuncen dan ditanya rombongan dari mana. Dijawab oleh santri, dari pesantren Al Istiqlaliyah Cilongok, Tangerang

Mendengar jawaban santir, kuncen lalu menceritakan bahwa Abuya Uci rutin setiap malam Jumat ziarah di makam Demak ini.

Tentu saja keterangan juru kunci itu membuat kaget rombongan.

Karena santri tahu setiap malam Jumat, Abuya Uci ada pengajian Bukhori Muslim di Majelis Cilongok. Santri merasa aneh Abuya Uci ada di dua tempat berbeda pada jam yang sama.

Cerita lainnya, suatu ketika saat mondok di Abah Yusuf Caringan, sejak pagi, Abuya Uci ngobrol dengan Mang Hadi, anak Abah Yusuf. 

Lalu datang serombongan santri mendatangi Abuya Uci. Santri ini menanyakan kenapa Abuya Uci tidak mengajak mereka sowan ke seorang ulama ahli hikmah di Tangerang.

Abuya Uci menjawab, sejak pagi ia ngobrol dengan Mang Hadi. Tidak keluar dari pesantren.

Santri itu mengatakan, mereka pagi tadi datang silaturahmi ke seorang ulama ahli hikmah. Saat berbincang, ulama itu mengatakan, baru saja ada santri namanya Uci Turtusi silaturahmi dan pulang membawa tiga potong singkong. 

Tentu saja cerita ini mengherankan Uci dan Mang Hadi. Saat diperiksa ke kamar Abuya Uci, Mang Hadi menemukan tiga potong singkong itu ada di kamar. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved