Pemimpin Ajaran Sesat Hakekok yang Gelar Mandi Telanjang Ramai-ramai Mau Tobat, Ini Kata MUI Banten

Lantaran menunggu bertahun-tahun tak ada bukti, mereka pun melakukan mandi bersama untuk membersihkan diri.

Editor: Machmud Mubarok
Ist via Tribun Timur
Tangkapan layar aliran Hakekok diduga sesat di Pandeglang Banten 

TRIBUNCIREBON.COM - Sebanyak 16 orang melakukan ajaran Hakekok yang menghebohkan publik. Mereka beramai-ramai mandi telanjang bersama di Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Banten pada Kamis (11/3/2021).

Rupanya, ritual itu dilakukan untuk menyucikan diri setelah menunggu bertahun-tahun berharap kekayaan namun tidak terkabul.

Pemimpin sudah nyatakan ingin tobat Ketua Majelis Ulama Indonesia Pandeglang Hamdi Ma'ani menuturkan, pemimpin kelompok itu membuat pengakuan mengejutkan.

Dia bercerita, ajaran itu melakukan komitmen dengan Imam Mahdi dan dijanjikan kaya raya. Lantaran menunggu bertahun-tahun tak ada bukti, mereka pun melakukan mandi bersama untuk membersihkan diri.

"Akhirnya setelah melakukan rajaban kemarin, mereka memutuskan untuk menyucikan diri, bebersih dan bubar," kata Hamdi.

Namun, kata Hamdi, pimpinan kelompok itu sudah menyatakan diri ingin bertobat. "Dia merasa bersalah, siap dibenarkan, siap dibimbing dan dibina. Pengen tobat," kata Hamdi.

Baca juga: Audisi LIDA 2021 Indosiar Malam Ini Bakal Loloskan Duta dari 6 Provinsi, Berikut Link Live Streaming

Baca juga: SERBA WAH, Ini Foto-foto Lamaran Aurel-Atta, Harga Busananya Wow, dan Ini Daftar Seserahannya

Baca juga: JADWAL RESMI Persib di Piala Menpora, Siap-siap Rebutan Remote TV, Bentrok dengan Ikatan Cinta

Ini Kata MUI

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten A.M Romly menegaskan, ajaran kelompok Hakekok itu adalah sesat.

Sebab dari sisi cara mereka mandi saja sudah melanggar ajaran agama.

"Jelas kalau mandi ramai-ramai, telanjang kalau di ajaran agama sesat sudah. Kalau ramai-ramai di tempat pemandiang sudah di luar syariah," kata Romly.

Ternyata sudah ada sejak dulu Romly menjelaskan, ternyata ajaran Hakekok ini sudah ada sejak dulu. Namun, jumlah pengikutnya tak banyak.

"Itu bukan sekarang saja, dari dulu ada, di setiap daerah ada, cuma timbul tenggelam tidak banyak pengikutnya," ujar dia.

Faktor ekonomi dan lemahnya pemahaman agama disinyalir menjadi penyebab warga bergabung dengan ajaran sesat ini.

"Bisa jadi (faktor ekonomi). Yang jelas pengetahuan agama kurang. Orang yang berkeyakinan pada ajaran itu berbagai cara untuk cari pengikut dengan iming-iming," jelasnya.

MUI pun akan terjun dengan melakukan pembinaan pada mereka. "Polri menangani ini supaya tidak timbul keresahan, MUI tindak lanjut pembinaan," tandasnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved