Human Interest Strory

Rasminah Ungkap Kasus Perkawinan Dini yang Dialaminya di Indramayu, Pemalsuan Umur hingga Trauma

Ia mengalami trauma berat yang mengubah semua hidupnya setelah dipaksa menikah oleh orang tuanya di usia yang sangat belia, yakni 13 tahun.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Rasminah (34) korban pernikahan dini sekaligus penyandang disabilitas warga Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jumat (12/3/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kisah yang dialami Rasminah (34), mantan korban perkawinan anak sekaligus penyandang disabilitas asal Kabupaten Indramayu ini harus menjadi pembelajaran bagi setiap orang tua.

Ia mengalami trauma berat yang mengubah semua hidupnya setelah dipaksa menikah oleh orang tuanya di usia yang sangat belia, yakni 13 tahun.

Ironisnya saat itu, umur Rasminah dipalsukan menjadi 18 tahun untuk bisa dinikahkan.

Walau kejadian itu terjadi puluhan tahun lalu, Rasminah ingin, tidak ada lagi anak di Indonesia yang mengalami hal serupa seperti dirinya.

Baca juga: Kisah Rasminah Korban Pernikahan Dini Asal Indramayu, Dipaksa Harus Nikah hingga 4 Kali Karena Ini

Baca juga: VIRAL Ada Guru di Sukabumi Dimarahi Aparat Desa hingga Ditunjuk-tunjuk, Gegara Posting Jalan Butut

"Waktu dinikahkan masih muda, saya sangat sedih sekali, sebenarnya saya masih ingin sekolah, masih ingin belajar bersama teman-teman saya," ujar dia kepada Tribuncirebon.com di kediamannya di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jumat (12/3/2021).

Kini, Rasminah sudah menikah sebanyak 4 kali dan dikaruniai 5 orang anak. 

Selama menjalani bahtera rumah tangga berulangkali ia mengalami perceraian.

Perceraian itu dipicu karena sang suami meninggalkan begitu saja dirinya bersama anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan itu.

Rasminah mengaku, hidupnya hancur di saat usianya yang seharusnya diisi dengan mengejar cita-cita justru harus mengurus rumah tangga.

Kepada Tribuncirebon.com, Rasminah mengatakan, dampak yang ia rasakan dari nikah dini ini sangat berat.

Hampir setiap malam ia menangis meratapi nasib, apalagi saat melihat teman-teman sebayanya sibuk belajar dan bermain.

Tapi, hal itu tidak bisa ia rasakan, ia harus mengurus suami, mertua, rumah, hingga pekerjaan yang berat.

Kebahagiaan sebagai seorang istri pun masa sekali tidak ia rasakan, termasuk saat melahirkan anak.

"Saya punya cita-cita jadi guru, saya ingin sekolah, ingin belajar," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved