Berita Politik Lokal

AHY Akan Dikudeta Mantan Petinggi Demokrat dan Orang Istana, Kader PD Kuningan Klaim Solid

Gonjang-ganjing isu kudeta terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, tidak berdampak terhadap pengurus Partai Demokrat

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN – Gonjang-ganjing isu kudeta terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, tidak berdampak terhadap pengurus Partai Demokrat di Kabupaten Kuningan.

“Apapun terjadi di pusat, kami di daerah tetap solid dan mendukung serta menjaga keutuhan partai yang dikomandoi AHY (Agus Harimurti Yudhoyono),” ungkap Ketua DPC Partai Demokrat Kuningan, H Toto Hartono kepada wartawan, Kamis (4/2/2021).

Toto yang juga Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kuningan ini, menyebut adanya gejolak yang menimpa partainya menjadi pembelajaran untuk kedewasaan berpolitik.

“Belajar politik itu kedewasaan untuk menjadikan pribadi yang kuat dalam bersikap. Terlebih dengan kondisi saat ini, kami yakinkan kader di Kuningan itu solid dan tetap tunduk taat kepada Ketum Partai,” katanya.

Ledakan Dahsyat dari Ruko Gudang BBM yang Terbakar di Cianjur, Warga Nekat Selamatkan Barang

Kylian Mbappe Pasti Bakal Pindah ke Real Madrid, tapi Enggak Tahu Kapan, Madrid Kini Banyak Utang

Video Syur Detik-19 Michael Yukinobu Vs Gisel Viral, Kini Muncul Video 38 Menit, Aktornya Tetap Nobu

Toto pun menanggapi pernyataan mantan Wasekjen Demokrat Darmizal yang menyebut bahwa ada ketidakpuasan kader terhadap AHY sejak kongres partai beberapa waktu lalu.

“Sebaiknya Darmizal jangan lagi mengusik Partai Demokrat bahkan mengatakan kader Demokrat tidak puas terhadap AHY karena Darmizal sudah keluar dari Partai Demokrat,” ujarnya. 

Tuding Orang Istana

Isu pengambilalihan kekuasaan Partai Demokrat mulanya digulirkan oleh AHY dalam konferensi pers yang digelar Senin (1/2/2021) siang.

AHY menyebutkan, orang yang ingin mengambil alih kursi Ketua Umum partainya ini berada di lingkaran terdekat Presiden Jokowi.

"Menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo," kata AHY melalui tayangan YouTube Agus Yudhoyono. 

Tak berselang lama, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menggenapi pernyataan AHY.

Herzaky menyebutkan, orang di lingkungan Istana yang hendak mengambil alih kekuasan partainya adalah Moeldoko.

Demokrat beranggapan, gerakan ini dilancarkan untuk menjadikan Partai Demokrat sebagai kendaraan politik pada Pemilu 2024.

AHY menyebutkan, ada lima orang pelaku gerakan tersebut yang terdiri dari seorang kader Demokrat aktif, seorang kader Demokrat yang sudah enam tahun tidak aktif, seorang mantan kader yang sudah sembilan tahun diberhentikan dengan tidak hormat karena terlibat korupsi, dan seorang kader yang keluar dari Demokrat sejak tiga tahun lalu.

"Sedangkan yang non-kader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan yang, sekali lagi, sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasinya kepada Presiden Joko Widodo," kata AHY.

Adapun AHY menyebut gerakan tersebut bertujuan untuk menjadikan Partai Demokrat sebagai kendaraan politik pada Pemilu 2024.

"Dalam komunikasi mereka, pengambilalihan posisi ketua umum Partai Demokrat akan dijadikan jalan atau kendaraan bagi yang bersangkutan sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang," kata AHY.

Marzuki Ancam AHY

Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) awalnya menyebut bahwa ada beberapa pihak yang ingin mengkudeta dirinya.

Pihaknya juga menyebutkan sejumlah nama, di antaranya Mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie.

Rupanya hal itu membuat Marzuki Alie geram.

Ia meminta AHY tak cengeng dan mengancam akan membuka kejelekan Partai Demokrat jika namanya terus disinggung.

Marzuki Alie juga bahkan mengaku sudah mengirim pesan WhatsApp kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal isu kudeta tersebut.

Soal ancaman yang disampaikan Marzuki Alie, Yunarto Wijaya pun ikut berkomentar.

Di akun Twitter-nya, Yunarto Wijaya tampak mengomentari artikel berita soal ancaman tersebut.

Artikel itu berjudul "Marzuki Alie: Jangan AHY Singgung Saya, Semua Kejelekan Bisa Saya Buka!,".

Pada artikel itu, Marzuki Alie mengaku tak segang untuk membongkar kejelekan yang ada di Partai Demokrat.

Alasan AHY Partai Demokrat Surati Jokowi, Pertemuan Moeldoko Sebut Kode Pak Lurah Mengetahui

Sebab menurutnya, selama ini dirinya selalu menutupi kejelekan yang ada.

Namun karena dirinya disinggung soal kudeta, ia pun tak segan untuk mengungkapnya.

Ia pun mengaku mengetahui semua keburukan yang ada di dalam Partai Demokrat bahkan memiliki data.

Dilansir dari Tribunnews.com Rabu (3/2/2021), sejumlah nama kader senior dan mantan kader Partai Demokrat terseret dalam isu ’kudeta’ yang hendak menggulingkan AHY sebagai Ketua Umum.

Beberapa nama yang disebut antara lain anggota Komisi V DPR RI Jhoni Allen Marbun, mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie , dan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik membenarkan bahwa nama-nama yang diduga terlibat isu kudeta terhadap Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ialah Muhammad Nazaruddin, Marzuki Alie, dan Jhoni Allen Marbun.

Sementara Max Sopacua menurutnya tidak terlibat.

"Infonya yang lain benar (Nazaruddin, Marzuki Alie, Jhoni Allen). Kecuali Max (Sopacua) belum ada jelas," ucap Rachland saat dihubungi, Jakarta, Selasa (2/2).

"Max Sopacua tidak ada," imbuhnya.

Jhoni Allen dan Nazaruddin belum bersuara terkait tudingan itu.
Sementara Marzuki Alie membantah terlibat dalam rencana kudeta yang disebut hendak menggulingkan AHY itu.

Mantan Sekjen Partai Demokrat itu mengaku sudah mengirim pesan WhatsApp SBY sebagai pendiri dan mantan Ketum Partai Demokrat untuk membantah tudingan itu.

Marzuki Alie Tantang AHY Mundur dari Ketua Umum Partai Demokrat Kalau Tak Bisa Buktikan Dia Terlibat

"Saya sudah WA (WhatsApp) ke Pak SBY, saya minta tolong dibuktikan. Kalau tidak bisa buktikan, saya minta dia disanksi sesuai AD/ART partai," ujar Marzuki Alie saat dihubungi, Jakarta, Selasa (2/2/2021).

Marzuki Alie menyebut fitnah terhadap dirinya itu berasal dari Syarief Hasan, anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI.

Menurut Marzuki Alie, tuduhan kepada dirinya sebagai bagian kelompok yang ingin melakukan kudeta tidak memiliki dasar dan bukti.

"Aku enggak ada sama sekali. Biarin aja yang memfitnah itu Syarief kan.

Syarief ini hidupnya karena memfitnah dia enggak tahu diri loh, dulu ingat enggak pernah dibantuin Pak Marzuki beberapa kali. Ingat gak?" kata Marzuki Aliesaat dihubungi, Selasa (2/2).

"Kalau dia bisa buktikan, ayo buktikan. Tapi kalau tidak bisa buktikan, awas loh. Kalau AHY nuduh saya tidak bisa buktikan, dia mundur dari Ketua Umum, kalau dia nyebut nama saya," ucap Marzuki Alie.

"Pak Syarief Hasan itu nyebut nama saya, buktikan, kalau saya tidak terlibat, mundur dia dari Demokrat," sambung Marzuki Alie.

Marzuki Alie mengatakan, Syarief Hasan kerap memfitnah dirinya sejak dulu di berbagai rapat internal Partai Demokrat, di mana saat itu dituduh akan melawan SBY selaku pimpinan partai.

"Dia itu selalu memfitnah saya dengan SBY sehingga saya dengan SBY yang enggak ada masalah menjadi apa sesuatu yang ada istilahnya yang membuat kita itu ada masalah.

Padahal saya dengan SBY enggak ada masalah. Dan saya enggak pernah mau meluruskan itu. Enggak ada gunanya," katanya.

Isu Kudeta Partai Demokrat, Hendar Darsono Pastikan Kader Kabupaten Sukabumi Setia kepada AHY

"Saya diamin saja, karena dia mau mencari posisi, mau dapet jabatan.

Tapi sekarang fitnah saya, dia sampaikan ke publik, ini persoalan. Ini bukan main-main, fitnah betul," papar mantan Ketua DPR itu.

Marzuki Alie juga menegaskan dirinya tidak pernah melakukan pertemuan dengan Kepala Staf kepresidenan Moeldoko untuk mengambil alih Demokrat dari AHY.

"Saya bertemu dengan pak Moeldoko di mana? Saya telepon apa? Kalau saya ngomong sama dia (Moeldoko), harus buktikan, kalau tidak bisa buktikan mundur loh," ucapnya.

Menanggapi hal itu, Yunarto Wijaya pun ikut berkomentar.

Ia tampaknya miris dengan isu kudeta tersebut.

Yunarto Wijaya tak menyangka jika isu kudeta ini malah berujung ancaman untuk membongkar kejelekan partai.

Ia pun menulis komentar pada artikel soal ancaman Marzuki Alie kepada AHY.

"Ini kok jadi gini ya," tulis Yunarto Wijaya.

Istana Cueki AHY

PIhak Istana Negara membenarkan telah menerima surat yang dikirim Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono.

Istana pun menanggapi dan menjawab bahwa apa yang disampaikan AHY adalah urusan internal Partai Demokrat.

Menurut Mensesneg Pratikno, Presiden sudah mengetahui surat tersebut. Istana lanjut Pratikno, tidak akan menjawab surat dari AHY tersebut.

Karena, kata Pratikno, apa yang disampaikan merupakan urusan internal Partai Demokrat.

"Presiden tidak mencampuri urusan internal partai. Silakan diselesaikan oleh partai sendiri," kata Pratikno dalam wawancara yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (4/2/2021).

Ayu Ting Ting Diisukan Batal Nikah, Hapus Foto-foto Adit Jayusman: Mungkin Memang Belum Jodoh

Geoffrey Castillion Dipinjamkan ke Como, Ini Harapan Sang Bomber Persib Bandung

Ramalan Zodiak Besok Jumat 5 Februari 2021: Pisces Dendam, Keuangan Taurus Memuaskan

Secara terpisah,  Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko tak menjawab secara jelas ketika ditanya kelanjutan surat yang dikirim Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada Presiden Joko Widodo.

Surat yang dimaksud menyoal tentang isu kudeta AHY dari Partai Demokrat yang diduga melibatkan pejabat penting di lingkaran dekat Presiden Jokowi dan menyeret nama Moeldoko.

"Orang ngopi-ngopi kok masa lapor Presiden, yang enggak-enggak aja," kata Moeldoko di kediamannya, Jakarta, Rabu (3/2/2021).

Saat ditanya tentang respons Presiden terkait isu ini, Moeldoko lagi-lagi tak memberikan jawaban tegas. Ia menyebutkan, banyak hal yang harus diurus Kepala Negara ketimbang campur tangan dalam isu kudeta di Partai Demokrat.

"Memang orang kurang kerjaan apa Pak Presiden bicara ini, ngurusi Covid aja enggak keruan kita pusing, ngapain mikirin yang enggak-enggak begini," ujarnya.

Kendati demikian, Moeldoko mengakui beberapa kali melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak. Namun, ia tak menyebutkan detail pihak-pihak yang dimaksud.

Moeldoko mengungkap pertemuan itu beberapa kali dilakukan di rumahnya dan beberapa kali di hotel. Dalam pertemuan tersebut, Moeldoko mengaku mendengarkan banyak cerita dan emosi.

Namun, Moeldoko menyebut pertemuan itu hanya sekadar ngopi-ngopi. Ia menegaskan tak punya kuasa untuk mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat.

"Bingung juga ya saya, orang ngopi-ngopi kok bisa ramai begini," katanya.

Moeldoko memastikan bahwa ia merupakan orang di luar Partai Demokrat yang tak punya hak melakukan kudeta.

Sebab, pergantian kepemimpinan partai mestinya mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

"Saya siapa sih? Saya ini apa? Wong biasa-biasa aja. Di Demokrat ada Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), ada putranya, Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut dia," kata Moeldoko.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved