Gubuk Kumuh 2x3 Meter Berdiri Tepat di Sebelah Istana Bupati Bandung, Gubuk Dipenuhi Tumpukan Sampah

Di samping kompleks Pemda Kabupaten Bandung di Soreang yang menjadi kantor Bupati Bandung sehari-hari

Editor: Fauzie Pradita Abbas
tribunjabar/lutfi ahmad mauludin
Cuma Terpisah Dinding, Gubuk Kumuh Berdiri di Samping Kantor Bupati Bandung, Bau Tak Sedap Meruap 

Satu Keluarga di Sumedang Tinggal di Gubuk Beralaskan Tanah, Ayahnya Rabun Sang Anak TBC

Pasangan suami istri dan satu orang anaknya tampak sedih dan bingung saat bercengkrama di dalam sebuah gubuk di Dusun Cisasak, RT 1/2, Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Rabu (4/11/2020).

Mereka adalah pasangan suami istri Rasdi (64) dan Imik (67) serta anak semata wayangnya bernama Yana Karyana (29).

Dalam satu keluarga ini, hanya Imik yang kondisi kesehatannya normal atau sehat.

Rasdi yang merupakan seorang kepala keluarga, kedua matanya sudah rabun hingga tidak bisa melihat dengan jelas, sedangkan Yana mengidap penyakit Tuberculosis ( TBC) hingga kondisi badannya semakin kurus.

Selama hidupnya, mereka kerap berpindah-pindah tempat dan terakhir keluarga ini tinggal digubuk berukuran 5x8 meter yang dibangun di atas tanah proyek Jalan Lingkar Jatigede yang di dalamnya hanya beralaskan tanah dan bangku untuk tidur.

Di dalam gubuk ini, sama sekali tidak ada alat-alat rumah tangga.

Wonderkid Arsenal Bukayo Saka Jadi Remaja Paling Tajam, Kalahkan Penerus Lionel Messi di Barcelona

Bahkan yang sangat memprihatinkan, keluarga ini juga tidak pernah merasakan terangnya lampu saat malam hari karena tidak ada aliran listrik.

Mereka hanya mengandalkan lilin untuk penerangan saat gelap malam sambil merasakan kesunyian karena gubuk ini lokasinya terpisah dengan permukiman warga setempat.

"Saya sudah empat tahun tinggal di gubuk ini karena tidak punya tanah dan tidak punya apa-apa," ujarnya Imik saat ditemui di gubuknya, Rabu (4/11/2020).

Sebelum menempati gubuk ini, mereka mengaku sudah 10 kali berpindah tempat tinggal karena selama hidupnya, mereka kerap tinggal di gubuk yang dibangun di atas tanah desa, sehingga saat tanahnya akan digunakan, mereka terpaksa harus pindah.

"Kebetulan saya tidak punya tanah pribadi, kalau punya, pasti sudah tinggal menetap di sini (Pajagan), enggak bakal pindah-pindah lagi. Ini tanah nganggur milik proyek," katanya.

Kedua pasutri ini, setiap harinya hanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari dan tambah lagi mereka juga harus merawat anaknya yang mengidap penyakit TBC sejak dua tahun lalu.

"Pendapatan juga enggak menentu, apa saja dikerjakan yang penting tidak sampai meminta-minta," ucap Imik.

Mereka mengaku selama ini, belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat, terutama dalam pembangunan rumah karena kendalanya dia tidak memiliki tanah sendiri sebagai salah satu syarat agar mendapatkan bantuan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved