Gunung Merapi Keluarkan Lava Pijar, Warga yang Sudah Pulang ke Desa Kembali Lagi ke Pengungsian

jumlah warga yang mengungsi di tempat pengungsian sementara Balerante ada sebanyak 227 orang merupakan kelompok rentan.

Editor: Machmud Mubarok
Kompas.com
Ilustrasi Gunung Merapi menyemburkan awan panas 

TRIBUNCIREBON.COM, YOGYAKARTA - Merasa bosan terlalu lama tinggal di pengungsian, sejumlah  pengungsi di tempat evakuasi sementara Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah sempat memilih untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Namun, mereka akhirnya turun lagi ke tempat evakuasi sementara menyusul aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan dalam dua hari terakhir. 

Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta sempat mengeluarkan lava pijar.

Baca juga: INILAH Sosok Si Penyebar Foto Syekh Ali Jaber Koma, Keluarga pun Langsung Bereaksi Seperti Ini

Baca juga: Ini Profil Chacha Sherly, Mantan Personel Trio Macan yang Meninggal Kecelakaan di Tol Semarang-Solo

Baca juga: Cerita Korban Banjir di Indramayu, Sebut Takut Lihat Kondisi Sungai Cibuaya: Airnya Santer Banget

Mereka dievakuasi ke tempat evakuasi sementara pascaditetapkannya status Gunung Merapi dari waspada (level II) ke siaga (level III) pada 5 November 2020.

"Iya, sebagian pengungsi sempat pada pulang. Tapi saat ini sudah kembali turun lagi ke pengungsian karena aktivitas Merapi ada peningkatan," kata Kepala Desa Balerante, Sukono saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/1/2021).

Sukono menyebut, jumlah warga yang mengungsi di tempat pengungsian sementara Balerante ada sebanyak 227 orang merupakan kelompok rentan. Mereka berasal dari empat dusun, yakni Dusun Ngipiksari, Dusun Sambungrejo, Dusun Sukorejo dan Dusun Gondang.

Sukono juga mengatakan untuk hewan ternak milik pengungsi sementara masih berada di kandang komunal tak jauh dari lokasi tempat evakuasi sementara.

"Kemarin sebagian hewan ternak ada yang dibawa ke atas (pulang) dan belum dibawa turun lagi. Jumlahnya tidak banyak. Ada juga yang dijual," ungkap dia.

Mengenai hewan ternak yang dijual, ungkap Sukono, dimungkinkan karena warga sudah tidak mempunyai pemasukan sehingga hasil penjualan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

"Di pengungsian tidak bisa untuk aktivitas mencari uang. Sementara harus mengeluarkan uang karena anaknya jajan, dan lainnya. Akhirnya yang tidak punya pilihan harus menjual hewan ternaknya," katanya. 

Sebelumnya diberitakan, lava pijar muncul di Gunung Merapi, Jawa Tengah, pada Senin (4/1/2021), sekitar pukul 19.52 WIB.

Peningkatan aktivitas Merapi tersebut terpantau dari kamera pengawas di sisi barat daya gunung dan kamera thermal di Stasiun Panguk.

Video dari kamera CCTV mode nightview menampilkan pendaran sinar yang diduga adalah lava pijar. Hasil pengamatan ini didukung dengan foto DSLR dari Pos Kaliurang yang menunjukkan rona merah di lokasi yang sama.

Bertepatan dengan pengamatan kejadian tersebut, jaringan seismik Gunung Merapi merekam gempa guguran.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hanik Humaida mengatakan, guguran lava itu terjadi pada 4 Januari 2021 pukul 19.50 WIB.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved