Kisah Cinta Dian Syarief dan Eko Pratomo, 21 Tahun Derita Lupus Tak Luntur Kesetiaan Bikin Meleleh
Dian menceritakan 10 tahun pertama pernikahannya bersama Eko merupakan masa perjuangan untuk membangun kehidupan.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Kisah pasangan inspiratif Eko Pratomo dan Dian Syarief membuat banyak orang terkesima dengan kesetiaannya.
Bagaimana tidak, Dian Syarief menderita penyakit Lupus hingga membuat pengihatannya menurun bahkan nyaris hilang selama 21 tahun.
Musibah lainnya kembali muncul, efek dari obat yang dikonsumsinya membuat Dian harus menjalani pengangkatan rahim dan tidak bisa memberikan keturunan untuk sang suami tercinta.
Baca juga: Kisah Lanjutan TKW Majalengka yang Memperjuangkan Hak atas Rumahnya, Sidang Pertama Digelar
Baca juga: Jemaah Membeludak dan Berkerumun, Pengajian Ustaz Abdul Somad di Medan Dibubarkan Polisi & Satpol PP
Baca juga: Eks Personel Trio Macan Chacha Sherly Dikabarkan Alami Kecelakaan di Tol Semarang
Kesetiaan cinta Eko kepada Dian pun telah mencapai tahun ke-30 yang disebut "Pernikahan Mutiara".
Melalui webinar Zoom, Dian dan Eko merayakan hari jadi pernikahannya dan membagikan kisahnya melalui "Mutiara Teruntai".
Dian menceritakan 10 tahun pertama pernikahannya bersama Eko merupakan masa perjuangan untuk membangun kehidupan.
Namun di tengah perjalanan mereka mendapatkan periode musibah yang datang menyapa.
Di dalam perjalanan cinta Eko dan Dian, mereka mendapatkkan perjalanan untuk mengumpulkan utiara.
"Ketika saling membuka diri, saling menerima, dan saling menyelimuti membuat kita lebih semangat," ujar Dian melalui zoom virtual, Minggu (3/1/2021).
Banyak pekerjaan rumah yang harus mereka berdua lakukan, namun karena dikerjakan secara berdua Dian dan Eko menjalaninya dengan santai.
Menurut Dian dalam pernikahan sangat diperlukan belajar untuk saling mengenal satu sama lain.
"Pasangan itu terdiri dari 2 individu yag berbeda latar belakang, pola asuh, kepribadian. Tentunya perbedaan ini hanya dapat disatukan dengan belajar," ujar Dian.
Proses saling belajar ini tentu diakui Dian tidak akan instan. Menurutnya, proses belajar ini dilakukan selama menjadi pasangan karena masalah akan selalu ada dalam hidup.
Apalagi, kata Dian, setiap individu mengalami perubahan fisik dan mental seiring perjalanan waktu.
"Masing-masing memiliki keunikan, kekurangan, dan kelebihan. Cara belajarnya adalah mau mikir, sabar, lapang dada, jujur, mau terbuka dan bersedia berkomunikasi. Gantian ngalah, berusaha memahami dan berempati," ujarnya.
Dalam proses pembelajaraan ini, Eko mengungkapkan keseruan yang dialaminya. Tentu bukan cerita seperti drama korea yang banyak di idamkan masyarakat.
"Sesekali diwarnai ribut, tapi nggak apa-apa. Hidup jadi nggak bosan, nggak datar. Ketika berbaikan kembali pun rasanya asik. Tanpa sadar, pelajaran yang didapat dari selisih paham sudah menjadi mutiara baru," kata Eko.
Menurut pasangan ini, tujuan akhir mutiara teruntai bukanlah hanya untuk hidup berpasangan di dunia.
Oleh karena itu mereka menebar manfaat seluas-luasnya melalui Sang Mentari Pagi - Syamsi Dhuha Foundation. Adalah lembaga non profit untuk mengedukasi dan mensosilaisasikan kepada masyarakat soal penyakti lupus dan penurunan kemampuan penglihatan. (*)