ALHAMDULILLAH, Dua Ekor Ajag Pemangsa Hewan Ternak di Kuningan Berhasil Ditembak, Ini Penampakannya

pemerintah sudah menginstruksikan kepada lapisan masyarakat untuk melaksanakan pengawasan lingkungan dengan menjalankan Siskamling.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Dua ekor ajag alias anjing liar yang selama ini memangsa hewan ternak milik warga Kuningan berhasil dimatikan. 

Sebab, kata Asep, menurut pengakuan warga  yang melapor ke petugas polisi soosok ajag ini sangat galak dan sempat melakukan penyerangan pada warga.

Terlebih anjing liar alias ajag yang memilik postur lebih kecil dari anjing kampung tidak hanya satu. "Terhitung ada sebanyak 10 ekor," katanya.

Diketahui pada umumnya, kata Asep, ajag merupakan anjing liar yang aktif berkoloni saat mencari mangsa.

"Sebab, ketika kambing warga yang diterkam dihisap darah, sejumlah ajag lain berdatangan dan melalukan hisapan darah," katanya.

Kebiasaan ajag, kata Asep, hewan liar dan busa ini memilili keahlian melompat. "Karena melihat dari sejumlah kandang kambing yang menjadi titik serang ajag, ini bentuknya panggung," ujarnya.

Diketahui sebelumnya, sebanyak 7 ekor kambing mati misterius kembali terjadi di Kecamatan Cibingbin. Masing - masing pemilik kambing mati itu diantaranya milik Sarka sekaligus warga Dusun 3 Cikamuning, RT 02 RW 06, Desa Cipondok sebanyak 5 ekor.

Menyusul sebanyak dua ekor kambing berukuran besar juga mati, diketahui milik Komar, Warga Dusun Dua RT 002 RW 005, Desa Ciangir, Kecamatan Cibingbin.

"Kambing mati diketahui sewaktu pagi," ungkap Aris Bobi tokoh pemuda setempat, Sabtu (19/12/2020).

Menurutnya, kasus ini tidak jauh beda dengan tragedi kematian kambing misterius beberapa waktu lalu. "Iya tujuh ekor kambing mati itu masih utuh tubuhnya alias masih lengkap bangkainya," ujarnya.

Sekadar informasi, seekor kambing yang memiliki bekas gigitan hewan buas misterius terjadi di Kecamatan Cibingbin, dibeli oleh Tim Idenfikasi dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) dan Labvet Laboratorium Subang Kementerian Peternakan.

“Pembelian kambing itu dalam kondisi lemas, untuk dijadikan uji lab dan pemeriksaan pada beberapa organ kambing tersebut,” ungkap dokter hewan Kuningan, yakni Rofiq sekaligus Kasi Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kuningan saat dihubungi Tribuncirebon.com, Jum’at (18/12/2020).

Harga kambing sebesar Rp 1 juta, kata Rofiq, kini berada di tangan tim Identifikasi dan pembelian itu baru hari kemarin.

“Sekarang kambing ada di tangan tim identifikasi,” katanya.

Menyinggung soal tindakan,kata dokter hewan ini mengemuka bahwa kebutuhan itu dilakukan untuk menggali keterangan.

“Sebab kasus kambing mati misterius di Kecamatan Cibingbin, bukan pertama kali ini saja.
Melainkan kejadian sama pun berlangsung sejak lima tahun dan sepuluh tahun lalu, ini peristiwa bisa dikatakan periodik di lingkungan warga Cibingbin,” ungkapnya.

Penggalian keterangan, kata dia, tentu memiliki latar belakang kuat dalam mengungkap kasus kematian kambing misterius tersebut.
“Iya dari sekian banyaknya kambing mati, itu kondisi tubuh atau dagingnya masih utuh,” ujarnya.

Kemudian hendak dilakukan pemeriksaan, kata dia, apakah nanti ditemukan virus rabies atau penyakit paparan pada hewan mematikan atau apa?

“Hingga kini tindakan pemeriksaan yang sebelumnya mengambil kepala kambing mati untuk di jadikan sampel, itu belum ada hasilnya.

Juga dengan kambing pembelian kemarin pun sama belum dilakukan pemeriksaan,” katanya.

Diduga Ajag

Riwayat kematian kambing misterius yang terjadi di Kecamatan Cibingbin, Kuningan terus dilakukan tim pemeriksaan dan identifikasi pemerintah.

“Kita sudah dua kali ke lokasi dan melakukan perekaman terhadap sejumlah tempat di lingkungan kandang kambing tersebut,” kata Kasi Keswan dan Kesmavet, yakni drh Rofiq mewakil Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, Jum’at (18/12/2020).

Rofiq mengemuka bahwa tindakan ke lokasi kandang itu banyak ditemukan keterangan sebagai bahan peneliatian lebih lanjut.

“Iya kami ke lokasi bareng Tim dari BKSDA dan Petugas Balai Laborotirum dari Subang.
Kesimpulan sementara sepakat menyebutkan bahwa kematian kambing itu diduga akibat hewan sejenis anjing liar alias ajag,” ungkapnya.

Sebab, masih kata Rofiq, selain ditemukan sejumlah jejak kaki binatang sejenis anjing liar atau ajag. “Tim pun melakukan pemeriksaan dan menggali keterangan dari warga dan pemilik hewan ternak tersebut,” kata Rofiq lagi.

Dia menyebutkan, rekaman jejak kaki hewan dengan ukuran sekitar 2-3 senti meter. “Mengerecut bahwa serangan mematikan hewan ternak warga itu benar serupa ajag,” katanya.

Namun, kata Rofiq, pihaknya terus melakukan penggalian dalam pengungkapan kasus kematian kambing misterius tersebut.

“Sebab, perlu diketahui bahwa kebiasaan ajag itu merupakan hewan bergerombal dan ketika menerkam mangsa, otomatis tidak meninggalkan begitu saja.

Nah, yang pertanyaan itu kenapa bangkai kambing masih utuh?” ujarnya.

Sosok ajag, kata Rofiq, itu memiliki tubuh lebih kecil dari anjing dewasa pada umumnya. “Kemudian mereka melakukan serangan selalu bergerombol,” ujarnya.

Jumlah kematian kambing oleh hewan buas misterius di Kecamatan Cibingbin, kini bertambah menjadi 47 ekor.
Hal itu setelah sebelumnya terjadi di Desa Cipondok terdaat 24 ekor kambing mati dan disusul dengan 15 ekor kambing mati di Desa Sukaharja dan 8 ekornya lagi terjadi di Desa Ciangir.

“Iya di desa kami ada delapan ekor kambing mati dengan kejadian sama di Desa Cipondok,” ungkap Kepala Desa Ciangir Rahmat saat dikonfirmasi, Senin (14/12/2020).

Menurut Rahmat orang nomor satu di desa itu mengaku bahwa kejadian seperti ini.

“Pernah terjadi di beberapa tahun sebelumnya. Cuma bedanya dengan titik serangan terjadi kambing itu sendiri,” ujar Rahmat.

Mengenai serangan yang dilakukan hewan buas, kata Rahmat, dirinya tidak mengetahui persis itu binatang apa.

“Sebab ada beberapa warga bilang, bahwa hewan itu mirip Kucing lueweung, anjing leuweung kaya gitu,” katanya.

Dahulu kematian menimpa hewan ternak warga, kata dia, ini sama persis pada tubuh kambing yang terlihat satu titik terluka.

“Iya dulu lukanya itu persis dari anus dan sekarang kambing mati itu melihatkan luka bekas sedotan darah hewan buas tersebut,” katanya.

Hal serupa dikatakan Kepala Desa Sukaharja, yakni Cecep Rohadi mengatakan, bahwa serangan hewan buas itu menimbulkan kematian sebanyak 15 ekor kambing.

“Peristiwa itu terjadi di Dusun Tiga desa kami dan ini sama seperti kambing-kambing yang mati di Dusun Tiga, Desa Cipondok. Tidak ada bagian tubuh yang hilang bahkan nyaris tanpa luka,” ujar Kepala Desa tadi.

Dari 15 ekor kambing itu, sembilan diantaranya ditemukan mati di dalam kandang. Sementara enam ekor lainnya masih hidup namun dalam kondisi sekarat.

“Dalam laporan diterima desa, belasan kambing mati terjadi di hari Minggu (13/12/2020) pagi, saat pemilik akan memberi makan kambing,” katanya.

Sembilan ekor kambing sudah tergeletak mati itu kondisinya penuh luka gigitan. “Namun tidak ada satupun bagian tubuh kambing yang hilang dimakan alias tubuh kambing mati utuh,” katanya.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved