Pakar Minta Warga Tak Menyepelekan Covid-19, Angka Penularan dan Kematiannya Paling Tinggi di Dunia

angka penularan dan kematian akibat Covid-19 ini menjadi salah satu yang paling tinggi dalam sejarah dunia.

Editor: Machmud Mubarok
IRNA
Ilustrasi Virus Corona 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof Kusnandi Rusmil, meminta masyarakat untuk tidak menyepelekan Covid-19.

Kusnandi mengatakan angka penularan dan kematian akibat Covid-19 ini menjadi salah satu yang paling tinggi dalam sejarah dunia.

"Saya mohon kepada semua masyarakat, bahwa virus Covid-19 ini baru kita kenal 10 bulan. Penyakitnya ini baru mulai ada pada Januari di Wuhan. Tapi sampai sekarang, sampai baru 10 bulan, yang sakit sudah 30 juta orang seluruh dunia, yang meninggal sudah 3 juta orang," kata Kusnandi di kediamannya, Kamis (5/11).

Kusnandi mengatakan jika dibandingkan dengan pandemi lainnya, dihitung dengan rentang waktu penyebaran yang singkat, belum ada yang bisa menandingi keganasan Covid-19.

"Belum ada penyakit yang begitu. 10 bulan, yang meninggal sudah 3 jutaan, yang sakit sudah 30 jutaan. Jadi ini benar-benar virusnya ini sangat ganas. Jadi kita harus hati-hati. Jangan sampai anak-anak itu main sembarangan, dia tetap harus jaga jarak dan pakai masker," kata dokter spesialis anak tersebut.

Fatalitas penyakit ini memang tergantung dari kondisi tubuh setiap individu. Namun, katanya, fakta penyebarannya yang cepat dan dampak kesehatannya sangat jelas terjadi dan tampak di berbagai rumah sakit di Indonesia.

Kusnandi mengatakan pihaknya tengah konsentrasi melakukan uji klinis vaksin Covid-19. Jika uji klinis berhasil, akan diproduksi massal untuk diberikan kepada sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, kenyataannya warga yang sudah mendapat vaksinasi masih bisa menyebarkan Covid-19.

"Jadi tetap, walau sudah ada vaksin pun, harus pakai masker. Yang divaksin kan tidak semuanya. Dan dia walau kebal untuk dirinya, masih bisa membawa virus ke mana-mana. Bisa nempel di kulit dan ditularkan ke orang lain," katanya.

Para ahli kesehatan di dunia pun, tuturnya, masih mempelajari penyakit baru ini. Belum bisa diperkirakan kapan wabah ini berakhir. Bahkan ditemukan sejumlah kasus reinfeksi, atau orang yang pernah terkena Covid-19 kemudian sembuh, kemudian kembali tertular Covid-19. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved