Sejarah Indramayu
Unik Makanan Ini Hanya Ada Setahun Sekali di Hari Rabu Bulan Safar, Namanya Sega Waluya di Indramayu
Salah seorang budayawan asal Kabupaten Indramayu, Ki Tarka Sutaharja mengatakan, sesuai namanya, sega waluya ini berasal dari istilah waluya.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mumu Mujahidin
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Di Kabupaten Indramayu, ada hidangan yang hanya muncul dalam kurun waktu satu tahun sekali.
Hidangan tersebut oleh masyarakat disebut dengan nama sega waluya atau nasi waluya.
Salah seorang budayawan asal Kabupaten Indramayu, Ki Tarka Sutaharja mengatakan, sesuai namanya, sega waluya ini berasal dari istilah waluya.
Dalam naskah kuno berjenis primbon atau mantra, waluya dapat diartikan sehat atau waras.
"Waluya tersebut artinya waras, atau sehat wal afiat. Waluya tersebut sering diucapkan pada lubar kaul, untuk memperingati Rabu Safar atau Rabu wekasan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Kamis (29/10/2020).
Ti Tarka Sutaharja mengatakan, nasi ini adalah makanan tradisional khas Kabupaten Indramayu, masyarakat juga beranggapan sega waluya memiliki makna doa.
Sega tersebut hanya muncul di hari Rabu pertengahan Oktober.
Masyarakat banyak yang berbondong-bondong membuat hidangan unik yang satu ini.
Sebab Rabu pertengahan Oktober adalah Rabu akhir bulan Safar.
Sedangkan di hari-hari biasa nasi tersebut tidak akan bisa ditemui.
Hal ini sudah menjadi tradisi turun temurun sejak nenek moyang dahulu.
"Sega ini lalu diberikan ke tetangga dan kerabat mereka. Akhirnya untuk mendapat doa dari tetangga dan kerabat nasi tersebut disebut waluya, atau sega waluya, yang artinya nasi atau sega keselamatan," ujar dia.
Rasa dari sega waluya sendiri, disebutkan Ki Tarka Sutaharja gurih dan enak.
Sega ini terdiri dari nasi yang dicampur parutan kelapa.