INI Kesaksian Warga yang Lihat Sinar Oranye di Langit Tuban Diduga Lintang Kemukus, Lupa Tak Bawa HP

bukan lintang kemukus yang menjadi penyebab ketampakan cahaya lurus kemerahan pada 10 Oktober di Tuban - Lamongan - Bojonegoro

Editor: Machmud Mubarok
Facebook/Info Pekalongan Raya
Tangkapan layar unggahan dokumentasi fenomena yang diduga lintang kemukus 

TRIBUNCIREBON.COM - Beberapa warga di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, melihat langsung penampakan sebuah sinar berwarna oranye di angkasa, Sabtu (10/10/2020) malam. Sinar itu ramai disebut lintang kemukus.

Junaidi, salah seorang warga Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, mengaku melihat sendiri fenomena itu.

Awalnya para tetangga ramai berkumpul di luar rumah dan membicarakan bahwa ada bintang jatuh.

Penasaran dengan penampakan itu, Junaidi bergegas keluar rumah. Dia melihat sinar oranye terlihat jelas di langit sebelah utara di atas laut jawa, Tuban. 

"Waktu kemunculan persisnya tidak tahu, diperkirakan ya pukul 20.00 malam. Sebab, saya tahunya itu setelah para tetangga ramai, lalu saya keluar dan melihatnya," kata Junaidi, kepada Kompas.com, Senin (12/10/2020). 

Dia bersama para tetangga awalnya mengira sinar yang terlihat di langit adalah benang layang-layang yang sengaja ditempeli lampu sehingga sinarnya terlihat dari bawah.

Namun, setelah diperhatikan selama setengah jam lebih, ternyata sinar tersebut tidak bergerak seperti layaknya layang-layang.

Sayangnya, Junaidi tidak bisa mendokumentasikan atau mengabadikan lewat video lantaran tidak sedang membawa ponsel yang ada kameranya.

"Kalau panjang aslinya enggak tahu, tapi dilihat dari bawah panjangnya ya sekitar 1 meter lebih, dan cahayanya jelas terang, sesekali redup," terangnya.

Baca juga: Prabowo Jadi Irit Ngomong, Sebut Ada Bahaya dari Orang Dalam : Salah Kalau Menhan Banyak Bicara

Baca juga: Kabar Terbaru dari Meli Juara LIDA 2020, Lagi Belajar Akting, Ternyata Belum Pulang ke Cianjur

Hal yang sama disampaikan Ghofar, warga Kelurahan Mondokan, Kecamatan Kota Tuban, yang juga melihat fenomena itu di sebelah utara barat laut Jawa.

Saat itu Ghofar hendak mengabadikan kemunculan sinar tersebut lewat ponselnya. Sayang, sinar itu begitu cepat meredup.

"Saya melihatnya sudah mulai redup, sekitar pukul 21.30 WIB. Mau ambil foto atau video pakai handphone sudah enggak bisa jelas," kata Ghofar, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (13/10/2020).

Menurut cerita lama, munculnya lintang kemukus yang terlihat oleh beberapa warga di Tuban dan Bojonegoro diyakini akan terjadi peristiwa besar yang berakibat buruk pada alam dan isinya.

Baca juga: Jawaban Santuy Lucky Hakim Soal Gak Bisa Dihubungi: Sengaja Matikan HP, Supaya Enak Main dengan Anak

Baca juga: Hukum Memperingati Rebo Wekasan yang Dipercaya Turun Bencana, Begini Penjelasan Ustaz Abdul Somad

Penjelasan

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Emanuel Sungging Mumpuni menjelaskan, lintang kemukus merupakan jenis meteor yang agak besar.

"Itu fireball atau meteor yang agak besar, kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor," kata Sungging saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/10/2020) pagi.

Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, juga terjadi hujan meteor Draconid pada 6-10 Oktober 2020.

Sungging membenarkan kemungkinan bahwa fenomena yang terlihat tersebut juga termasuk hujan meteor.

"Bisa jadi (hujan meteor Draconid)," jawabnya.

Baca juga: Mau Pasang KB Spiral Tapi Masih Ragu? Nih Sisi Positif & Negatifnya, Baca Dulu Sebelum Menyesal!

Baca juga: Prajurit TNI Korban Kecelakaan Heli Bebas Pilih Tempat Dinas, Jenderal Andika Perkasa Ungkap Hal Ini

Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa hujan meteor Draconid hanya berlangsung sekitar dua hari saja.

Adapun fenomena hujan meteor ini tidak berbahaya dan normal terjadi.

Sedangkan astronom amatir Marufin Sudibyo memastikan, bahwa bukan lintang kemukus yang menjadi penyebab ketampakan cahaya lurus kemerahan pada 10 Oktober di Tuban - Lamongan - Bojonegoro dan sedikit Jombang.

“Ditunjang dengan citra satelit cuaca di malam tersebut, maka sementara bisa disimpulkan fenomena itu buatan manusia, produk pemantulan cahaya lampu-lampu kuat di darat ke langit,” demikian penjelasan Marufin melalui akun Twitter pribadinya @marufins.

Dalam astronomi, lintang kemukus adalah komet, benda langit kecil yang sangat kaya es dan bekuan senyawa ringan lainnya. Komet membentuk struktur ekor saat mendekati matahari.

Oleh sublimasi bekuan-bekuannya menjadi gas dan plasma yg mendorong debu-debu dan pasir penyusun komet ke lingkungan.

“Pada saat ini tidak ada komet yang kasat mata hadir di langit kita. Maka cahaya lurus kemerahan itu sama sekali bukan lintang kemukus,” kata Marufin.

“Cahaya tersebut juga bukan meteor, karena muncul dalam wktu yang cukup lama (hampir sejam). Sementara meteor paling terang sekalipun takkan berumur lebih dari 20 detik,” lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kesaksian Warga Lihat Langsung Sinar Diduga Lintang Kemukus, Awalnya Dikira Layang-layang", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2020/10/13/15385611/kesaksian-warga-lihat-langsung-sinar-diduga-lintang-kemukus-awalnya-dikira?page=all#page2.
Penulis : Kontributor Tuban, Hamim
Editor : David Oliver Purba

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved