Gatot Nurmantyo Sebut Dirinya Dicopot dari Jabatan Panglima TNI Gara-gara Pemutaran Film G30S PKI
Gatot Nurmantyo, menyatakan pergantian jabatannya sebagai Panglima TNI berkaitan dengan instruksinya untuk memutarkan Film G30S/PKI.
Di acara yang dipandu Karni Ilyas ini, Gatot mengungkapkan dirinya merasa sakit hati.
Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) sekaligus Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo akhirnya kembali muncul di depan layar kaca.
Gatot Nurmantyo hadir di acara Indonesia Lawyers Club yang mengusung tema #ILCIndonesiaMaju pada Selasa (18/8/2020).
Dalam kesempatan itu, Gatot Nurmantyo mengungkapkan rasa sakit hatinya pada keadaan Indonesia saat ini.
Mulanya, Gatot mengatakan bahwa dirinya sering berkonsultasi dengan sejumlah tokoh untuk membahas permasalahan negara saat ini.
Pertemuan kecil itu semakin hari melebar, diikuti banyak tokoh lainnya hingga dibentuklah KAMI.
"Maka saya konsultasilah dengan Pak Bachtiar Hamzah senior saya, sama dengan Pak Kaban, Pak Din Syamsudin, Pak Abdullah Yahya, Bu Chusnul juga."
"Kelompok kecil itulah bicara-bicara. Melebar-melebar masing-masing, Pak Said Didu, awalnya dengan Bang Yani, dengan Pak Nainggolan dan sebagainya," jelas Gatot.
Gatot mengatakan bahwa semua tokoh yang berdiskusi dengannya termasuk dirinya merasa sakit hati dengan kondisi krisis akibat Pandemi Covid-19.
• BLT Rp 600 Ribu Bagi Karyawan Cair 25 Agustus 2020, Begini Cara Cek Namamu di BPJS Ketenagakerjaan
• Bocoran Spesifikasi Oppo A53 yang Bakal Segera Dirilis, Lengkap Daftar Harga Hp Oppo Agustus 2020
"Ini memang kita semua sakit hati, sakit hatinya adalah kondisi seperti ini maka kita bersama-sama menyampaikan suara hati nurani rakyat."
"Kondisi sekarang ini tidak normal memang, dengan terjadi covid ini terjadi pembekuan, proses pembekuan," ucap Jenderal TNI 60 tahun ini.
Ia khawatir pembatasan-pembatasan yang terjadi di segala aspek nantinya bisa membuat hubungan rakyat dan pemerintah tidak menjadi baik.
Sehingga, Gatot Nurmantyo merasa hal itu perlu diingatkan kepada pemerintah.
"Antara murid dengan guru, antara murid dengan dosen, antara manajer dengan pekerja, antara pemilik hotel dengan tamu, proses pembekuan."
"Akumulasi ini bisa terjadi pembekuan antara raktyat dan pemerintah, ini yang berbahaya maka harus diingatkan," kata dia.