17 Karyawan PT Pupuk Kujang Terkonfirmasi Positif Covid-19, Ribuan Karyawan Langsung Tes Swab

kasus penularan Covid-19 di Pupuk Kujang disinyalir terjadi dari salah satu keluarga karyawan yang bekerja di luar kota.

Editor: Machmud Mubarok
IRNA
Ilustrasi Virus Corona 

TRIBUNCIREBON.COM - PT Pupuk Kujang mengetatkan penerapan protokol kesehatan setelah sejumlah karyawannya terkonfirmasi positif Covid-19.

Diketahui ada 22 orang positif covid-19 yang terdiri dari 17 karyawan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia itu dan keluarganya.

Direktur Utama PT Pupuk Kujang Maryadi mengatakan, pihaknya mengetatkan protokol kesehatan di lingkungan PT Pupuk Kujang. Bahkan untuk masuk areal produksi harus menggunakan baju pelindung (hazmat).

"(Protap) kita ketatkan. Contohnya yang masuk kita rapid test dulu," ucap Maryadi di sela inspeksi mendadak yang dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Kamis (17/9/2020).

Pihaknya, kata Maryadi, juga telah melakukan tes usap mandiri kepada sekitar 1.200 karyawannya. Tujuannya untuk memetakan penyebaran Covid-19 di internal PT Pupuk Kujang.

"Swab test kami lakukan untuk melindungi karyawan kami," ucapnya.

Sekretaris Perusahaan Ade Cahya mengungkapkan kasus penularan Covid-19 di Pupuk Kujang disinyalir terjadi dari salah satu keluarga karyawan yang bekerja di luar kota.

Pihaknya bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah melakukan tracing kontak erat dengan karyawan yang positif Covid-19.

"Ada 22 orang (positif Covid-19). Karyawan 17 dan selebihnya keluarganya," ucapnya.

Perusahaannya, kata Ade, juga sempat menerapkan work from home (WFH) bagi 50 persen karyawannya dan libur selama sehari untuk melakukan sterilisasi.

Meski begitu Ade memastikan munculnya kasus positif Covid-19 itu tak mengganggu ritme kerja di perusahaan BUMN itu.

Ditinggal Merantau oleh Suami, Tante Ini Selingkuh dengan Brondong dan Hamil, Janin Bayi Dikubur

Daftar Harga Mobil Bekas Murah di Bandung, Duit Rp 80 Jutaan Bisa Dapat Mobil Keluaran Tahun 2014

Viral Video Singkat Wanita di Magelang Naik Motor Pamer Celana Dalam, Polisi Langsung Selidiki

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana membenarkan perihal 22 orang positif dari klaster PT Pupuk Kujang.

Pemkab Karawang, kata Cellica, ingin memutus mata rantai penyebaran Covid-19, salah satunya di lingkungan industri.

"Kami, gugus tugas, mengkroscek penerapan protokol kesehatan untuk memastikn tidak penambahan dari klaster Pupuk Kujang," kata dia.

Setelah melakukan sidak, Cellica juga memastikan perusahaan itu telah menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Karawang terus meningkat dan menjadi perhatian khusus bagi tim gugus tugas Covid-19 Jabar.
Sekretaris Tim Gugus Tugas Jabar, Daud Achmad mengatakan bahwa Karawang menjadi catatan selain Indramayu dan Sukabumi.
Daud menyebut pihaknya mengamati kasus Covid-19 di Karawang bertambah signifikan semenjak ditemukannya pasien positif dari klaster industri.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana mengakui klaster industri menjadi klaster terbanyak penyumbang pasien positif.
"PT DNP saja ada 53 positif di satu klaster, ya ada juga yang sudah sembuh. Lalu, PT Pupuk Kujang ada 22 yang positif. Semua telah dilacak dan dirawat di rumah sakit," ujarnya.
Berdasar hasil evaluasi tim gugus tugas Jabar, kematian pasien corona di Karawang mencapai 2,86 persen di atas rata-rata angka kematian Jabar yakni 2,1 persen.
"Jadi, Karawang ini posisinya ada di antara zona merah dan zona orange. Zona merah itu di atas 1,8 sedangkan zona orange di atas 1,9. Nah, Karawang itu di angka 1,89," ujarnya.
Fitra meminta kepada warga Karawang untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, ikuti imbauan pemerintah, dan terapkan setiap hari protokol kesehatan.
"Kita ini semua lelah dengan Covid-19. Tapi, faktanya corona masih ada di sekeliling kita. Jadi, mesti berhati-hati," katanya.
Keterisian Rumah Sakit
Ketersediaan ruang perawatan dan isolasi pasien positif COVID-19 rumah sakit rujukan di Jawa Barat dinilai masih di batas aman. Hingga 11 September 2020, tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19 di Jabar mencapai 44,33 persen.
Angka tersebut masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan tingkat keterisian rumah sakit harus di bawah 60 persen. 
Ketua Divisi Manajemen Fasyankes Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Marion Siagian, mengatakan jumlah tempat tidur di ruang isolasi di rumah sakit rujukan COVID-19 se-Jabar mencapai 4.094.

"Sesuai SK (Surat Keputusan) Gubernur Jabar, kami memiliki 105 rumah sakit rujukan. Ditambah dengan rumah sakit rujukan SK bupati/wali kota. Total yang melayani pasien COVID-19 di Jabar ada 322 rumah sakit," kata Marion melalui siaran digital, Minggu (13/9).
Marion melaporkan, tingkat keterisian rumah sakit rujukan di wilayah Bodebek (Kota Bogor, Bekasi, Depok, Kabupaten Bogor, dan Bekasi) serta Kabupaten Karawang tergolong tinggi. Situasi tersebut menjadi perhatian Gugus Tugas Jabar. 
Marion mengatakan ketersediaan tempat tidur ruang isolasi di rumah sakit di Jawa Barat berjumlah 4.094 tempat tidur, sedangkan keterisiannya baru 44,33 persen. Di Kota Depok sendiri keterisian ruang isolasi di rumah sakit mencapai 73,08 persen, Kota Bekasi 67,60 persen, dan Kabupaten Bekasi 55,60 persen.
Di Kabupaten Bogor keterisian ruang isolasi di rumah sakitnya mencapai 52,21 persen, di Kota Bogor 49,83 persen, sedangkan di Kota Bandung sebagai Ibukota Jabar terisi 31,52 persen.
Supaya penumpukan pasien COVID-19 tidak terjadi di sejumlah daerah, Gugus Tugas Jabar menerapkan rujukan antar kabupaten/kota. Selain itu, Marion mengatakan bahwa pasien positif COVID-19 DKI Jakarta dimungkinkan untuk mendapat perawatan di rumah sakit rujukan Jabar.

"Kami juga sudah video conference dengan Dinkes (Dinas Kesehatan) DKI Jakarta dan Dinkes Provinsi Banten untuk bagaimana pasien-pasien bisa tertangani dengan cepat, dan tidak ada permasalahan dalam akses ke rumah sakit karena kalau dilihat DKI Jakarta cukup padat untuk keterisian tempat tidur," ucapnya.

Marion menyatakan, Gugus Tugas Jabar intens menginventarisasi pusat isolasi nonrumah sakit sebagai upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan lonjakan kasus positif COVID-19.

Terdapat sekitar 998 tempat tidur di pusat isolasi nonrumah sakit kabupaten/kota. Kemudian ada sekitar 190 tempat tidur di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jabar. Kapasitas BPSDM Jabar sendiri dapat mencapai 600 tempat tidur.

"Pusat isolasi itu untuk pasien-pasien positif COVID yang tidak bergejala. Jadi kami lakukan isolasi apabila pasien tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah," kata Marion.

"Kalau DKI Jakarta punya Wisma Atlet dikelola oleh pusat, Jabar juga punya pusat-pusat isolasi yang memang menampung pasien-pasien yang tidak bergejala dan ini dilakukan pemilahan oleh dokter rumah sakit sebagai pengampunya," imbuhnya.

Selain itu, pengalihan fungsi ruang rawat di rumah sakit dilakukan. Hal itu untuk menambah kapasitas ruang rawat bagi pasien COVID-19.

Gugus Tugas Jabar pun sudah melakukan rekruitmen tenaga kesehatan dan telah ditempatkan di pusat isolasi kabupaten/kota. Rekruitmen akan kembali dilakukan bagi tenaga kesehatan maupun nonkesehatan untuk memperkuat SDM di rumah sakit, pusat isolasi, maupun laboratorium kabupaten/kota.
Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved