Pelajar Kurang Mampu Bakal Dapat Bantuan Hp dan Pulsa dari Pemerintah untuk Belajar Online
Menkeu pun akan memberikan bantuan sosial atau bansos kepada para pelajar di Indonesia berupa handphone atau telepon seluler dan pulsa.
TRIBUNCIREBON.COM - Ada kabar gembira bagi para pelajar dari pemerintah pusat.
Beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani akui belajar online selama pandemi corona menjadi kendala serius.
Menkeu pun akan memberikan bantuan sosial atau bansos kepada para pelajar di Indonesia berupa handphone atau telepon seluler dan pulsa.
Bantuan tersebut diberikan pemerintah demi mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM) para pelajar yang saat ini masih dilakukan dengan cara daring atau online.
Seperti diketahui, masih merebaknya wabah virus corona atau Covid-19 hingga kini mengharuskan adanya kebiasaan baru untuk menjaga jarak demi terhindar dari penularan virus tersebut.
• Jadwal Puasa Asyura dan Puasa Tasua di Bulan Muharram 1442 Hijriah/2020, Ini Keutamaannya
• Daftar Harga Hp Oppo Terlengkap Agustus 2020, Mulai Oppo Reno4 Rp 5 Jutaan hingga A5, A9, dan A12
Namun demikian, dia memastikan, tak semua pelajar dari berbagai kalangan dan tingkatan akan mendapatkan stimulus bantuan tersebut dari pemerintah.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, pemberian bantuan handphone dan pulsa akan diberikan kepada para pelajar, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Menurutnya, bantuan handphone dan pulsa sangat dibutuhkan pada saat ini karena banyak pelajar yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Mereka pun selama ini kesulitan untuk mengakses pelajaran secara online karena keterbatasan yakni tidak memiliki handphone.
Kalau pun memiliki telepon pintar, tak sedikit masyarakat yang tak mempunyai uang untuk membeli pulsa atau kuota internet.
"Apakah karena tidak memiliki handphone atau tidak bisa membeli pulsa (jadi tak bisa belajar)? ini menjadi sebuah tantangan yang harus kita pecahkan," kata Sri Mulyani pada Selasa (11/8/2020).
Oleh karena itu, pihaknya saat ini tengah membicarakan hal tersebut dengan instansi terkait yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pembahasan tersebut menyangkut rancangan stimulus pemberian bantuan untuk para pelajar, utamanya yang berasal dari keluarga kurang mampu.
"Kami sedang pecahkan bersama, bagaimana caranya agar kami bisa membantu," ucap Sri Mulyani.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, sebelumnya mempersilakan kepada pihak sekolah untuk memanfaatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk keperluan lain.
Misalnya, untuk membiayai pembelian pulsa atau kuota internet untuk para guru dan murid demi kelangsungan kegiatan belajar secara online.
Kebijakan yang diputuskan oleh Nadiem Makarim terkait dana bos tersebut sifatnya fleksibel karena adanya Pandemi Covid-19.
"Jadi, dana BOS itu 100 persen fleksibel. Bisa digunakan untuk membayar kuota, data, atau pulsa para guru dan murid,” ujar Nadiem.
• Lowongan Kerja BUMN Perum Peruri untuk SMA/SMK, Hari Ini Terakhir Pendaftaran, Cek Cara Daftarnya
• Tak Ada Lagi Zona Hitam di Jakarta, Wakil Gubernur DKI Bantah Foto Hoax yang Viral di Medsos
Keluhkan Kuota Internet
Ini kisah orang tua yang terhiumpit program belajar online karena harus menyisihkan dana besar untuk membeli kuota internet.
Orang tua siswa Martini menghabiskan Rp150.000 hanya dalam waktu dua hari untuk membeli kouta internet.
Hal inilah yang membuat Martini keberatan dengan sistem belajar online.
Ibu dua anak itu mengaku tekor karena harus membeli kouta setiap harinya agar anaknya dapat sekolah.
Menurut Martini, kouta internet mudah habis lantaran anaknya harus terus ikuti video conference selama jam pelajaran dimulai.
"Kemarin saya sudah beli kouta. Eh hari ini ternyata kouta habis, walhasil saya beli lagi. Total Rp150 ribu ada mungkin untuk beli kouta selama dua hari ini," ujar Martini dihubungi Selasa (14/7/2020).
Hal itu tentu sangat membebaninya mengingat uang jajan sekolah saja tidak sampai di angka sebesar itu.
Walhasil Martini harus mengorbankan banyak hal untuk membeli kouta internet agar anaknya dapat terus sekolah.
Belum lagi, anak Martini yang baru masuk kelas I Sekolah Dasar (SD) tidak terlalu paham dengan belajar lewat video.
Sesekali anaknya kesal karena bosan melihat video berjam-jam.
"Kadang anak saya suka ngedumel. Ini tontonin apaan sih," ungkap ibu dua anak itu.
Warga Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat itu juga kerap kewalahan saat harus membimbing anaknya belajar menggunakan smartphone.
Hal itu lantaran Martini harus membagi waktu antara mengurus bayinya dan anaknya yang mengikuti belajar online.
"Kadang suka enggak kepegang bayi saya karena saya harus perhatikan anak saya yang tengah ikut kelas online," jelasnya.
Bukan hanya Martini, orang tua murid lain di Jakarta Barat Ilham Andriyansah merasa terbebani dengan sistem belajar online.
Bapak tiga anak itu sampai harus pasang wifi di rumahnya lantaran tekor harus membeli kouta setiap hari.
"Akhirnya kemarin saya putuskan pasang wifi. Keluar uang Rp800 ribu hanya untuk pemasangan," ujar warga Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat itu.
Belum lagi, setiap bulannya, Ilham harus keluarkan uang Rp450 ribu untuk membayar langganan wifi.
"Mending kalau sekolahnya lancar. Ini anak saya suka tersendat-sendat videonya karena entah keterbatasan jaringan wifi di sekolahnya atau kapasitas aplikasi," papar Ilham.
Diketahui karena kasus Pandemi Covid-19 yang masih tinggi di DKI Jakarta maka sistem Pembalajaran Jarak Jauh (PJJ) masih diterapkan di seluruh sekolah di Ibukota.
Walhasil para siswa hanya dapat hadir di kelas secara virtual lewat berbagai aplikasi seperti Zoom dan Google Meet.
Pemprov DKI Jakarta sendiri masih belum dapat memutuskan sampai kapan PJJ diterapkan di Jakarta.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Sri Mulyani Akui Belajar Online Jadi Kendala Siswa Tak Mampu, Ia Janjikan Beri Bantuan HP dan Pulsa