Tukang Becak Harus Keluarkan Rp 200 Ribu Lebih untuk Beli Kuota Anaknya Belajar Online

Namun, tidak sedikit pula orang tua siswa yang merasa keberatan dengan kebijakan tersebut, terutama untuk memenuhi kebutuhan kuota internet.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Para tukang becak yang tergabung dalam Becak Tanpa Rokok (Betaro) saat menunggu penumpang di depan Toserba Yogya Indramayu, Jumat (17/7/2020). 
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Mewabahnya Covid-19 membuat kegiatan belajar mengajar sejumlah siswa di Kabupaten Indramayu beralih secara online atau daring.
Namun, tidak sedikit pula orang tua siswa yang merasa keberatan dengan kebijakan tersebut, terutama untuk memenuhi kebutuhan kuota internet.
Hal ini yang dialami, Tarika (25). Ia yang hanya bekerja sebagai tukang becak merasa sangat keberatan.
Jika di rata-rata Tarika mengaku harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 200 ribu lebih hanya untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya yang kini menginjak kelas X di SMA Negeri 1 Juntinyuat.
"Pak minta uang buat beli kuota, katanya harus ngerjain tugas. Kan sekarang belajarnya pakai HP semua," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Jumat (15/7/2020).
Ia juga mengaku pusing mencari uang untuk memenuhi kebutuhan tersebut, belum lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarga  yang lain.
Terlebih penghasilan tukang becak diakuinya tidak seberapa, persaingan transportasi sekarang ini dengan adanya transportasi online membuat tidak banyak yang setia menggunakan jasa tukang becak.
"Kadang Rp 50 ribu sehari, kadang kurang, tidak tentulah. Pusing cari uangnya," ucapnya.
Beruntung Tarika tergabung dalam komunitas Becak Tanpa Rokok (Betaro) yang merupakan kumpulan tukang becak yang berkomitmen berhenti merokok.
Berkat komunitas itu, ia mengaku sudah lama tidak merokok.
Sehingga uang untuk rokok bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain.
Tarika berharap, Pandemi Covid-19 bisa secepatnya berakhir sehingga anaknya bisa kembali belajar tatap muka seperti sebelumnya.
"Ya pengennya belajar di sekolah lagi biar gak harus beli kuota melulu," ujar dia.
Beli Beras

Komunitas Becak Tanpa Rokok (Betaro) Indramayu sengaja dibuat sebagai upaya agar para tukang becak bisa tetap eksis di tengah persaingan transportasi.

Hal tersebut disampaikan langsung Pembina Betaro, Soimalia Mahar (53) kepada Tribuncirebon.com saat melakukan sosialisasi kepada para tukang becak di Kawasan Sport Center Indramayu, Jumat (17/7/2020).

Soimalia Mahar mengakui, maraknya transportasi berbasis online sangat dirasakan oleh para tukang becak.

 Seperti Inikah Wajah Putri Diana Andai Saat Ini Masih Hidup? Seorang Ahli Bikin Sketsa, Tetap Cantik

 Jadwal Puasa Sunnah Menjelang Idul Adha 2020, Bisa Dikerjakan Mulai Awal Bulan Dzulhijjah

"Semoga dengan adanya Betaro ini membuat mereka tidak kalah saing dengan ojol maupun taksi online," ujarnya.

Agar tetap eksis, pihaknya pun terus berusaha melakukan pembinaan.

Salah satu upayanya adalah meminta para tukang becak berhenti merokok demi kenyamanan penumpang.

Jika mereka tidak merokok, ia menilai para penumpang pun bisa merasa nyaman dan tetap memilih menggunakan jasa becak saat hendak pergi ke suatu tempat.

"Kami juga berharap pemerintah bisa memfasilitasi meningkatkan pendapatan mereka dengan membuat trobosan seperti becak online atau seperti apa," ujarnya.

Di tempat yang sama, salah seorang tukang becak, Tarwan (46) mengatakan, komunitas Betaro ini secara perlahan sudah dikenal oleh masyarakat.

 Jadwal dan Link Live Streaming Belajar dari Rumah TVRI Besok, Sabtu 18 Juli 2020

 Peringatan Dini Cuaca Besok, Sabtu 18 Juli 2020: Sejumlah Wilayah Jabar Berpotensi Hujan Petir

Sehingga saat hendak mencari tukang becak, para penumpang sebagian besar selalu menanyakan tukang becak yang bersangkutan apakah becak Betaro atau bukan.

"Kalau penumpang ya itu itu saja sedikit karena transportasi online, tapi kalau ada yang mau naik becak biasanya yang dicari itu becak Betaro ksrena dirasa katanta enak tukang becaknya tidak merokok," ujarnya.

225 Tukang Becak Berhenti Merokok

Para tukang becak yang tergabung dalam Becak Tanpa Rokok (Betaro) berkomitmen untuk berhenti merokok demi kenyamanan para penumpang.

Mereka dibina langsung untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut dan membiasakan hidup sehat.

Pembina Betaro, Soimalia Mahar (53) mengatakan, bukan hal mudah mengedukasi para tukang becak tersebut untuk berhenti merokok.

Terlebih kebiasaan tersebut sudah mengakar pada diri tukang becak.

Mereka juga tidak jarang merokok saat mengayuh becak sehingga membuat banyak penumpang merasa tidak nyaman.

"Awalnya memang sangat sulit, tapi kami terus melakukan pendekatan secara persuasif. Kami juga menganggap mereka sebagai saudara agar mereka mau berhenti merokok," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat melakukan sosialisasi kepada para tukang becak di Sport Center Indramayu, Jumat (17/7/2020).

Ada sebanyak 225 tukang becak yang tergabung dalam komunitas Betaro ini.

Disampaikan Soimalia Mahar sebagiannya bahkan sudah bisa berhenti merokok berkat sosialisasi yang selama ini dilakukan sejak 2012 lalu.

Sebagian lagi masih dalam tahap penyesuaian, ia mencontohkan yang tadinya mereka menghabiskan dua bungkus rokok, kini bisa berkurang menjadi satu bungkus.

 ZODIAK CINTA Besok, Sabtu 18 Juli 2020: Taurus Jangan Mau Dijadikan Pelarian, Canser Jangan Menuntut

 Jadwal dan Link Live Streaming Belajar dari Rumah TVRI Besok, Sabtu 18 Juli 2020

"Kalau berhenti mendadak mungkin akan sulit buat mereka jadi sebisa mungkin mereka harus mengurangi setiap harinya," ucapnya.

Dalam hal ini, para tukang becak diedukasi tentang bahayanya asap rokok bagi kesehatan sebagaimana yang sudah diatur oleh pemerintah dalam Perda Nomor 8 Tahun 2016 tentang kawasan tanpa rokok.

Ia berharap dengan berhentinya para tukang becak merokok bisa menjadi cara agar mereka dapat memenuhi kebutuhan keluarga di tengah persaingan transportasi sekarang ini.

"Harapan saya penghasilan mereka jangan buat rokok, tapi bisa dialihkan ke kebutuhan lain yang lebih bermanfaat seperti membeli beras atau kebutuhan lain untuk kelurganya," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang tukang becak, Tarwan (46) mengaku merupakan perokok berat.

Namun, ia berkomitmen berhenti demi bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

"Bagi saya karena penghasilan tukang becak tidak seberapa, untuk membeli rokok itu terlalu mahal. Sebelumnya saya perokok, sangat merokok lah terus ada Betaro jadi bisa berhenti," ujar dia.

Imej Baru Tukang Becak

Di Kabupaten Indramayu terdapat sebuah komunitas beranggotakan tukang becak.

Uniknya para tukang becak ini berkomitmen untuk berhenti merokok demi kenyamanan para penumpang.

Mereka mengatasnamakan diri Becak Tanpa Rokok atau disingkat Betaro Indramayu.

Komunitas Betaro ini sengaja dibentuk oleh kalangan masyarakat yang peduli tentang bahayanya asap rokok bagi kesehatan.

Pembina Bentaro, Soimalia Mahar (53) mengatakan, komunitas ini sudah dibentuk sejak tahun 2012 lalu dan mampu membina sebanyak 225 tukang becak.

"Awalnya karena saya melihat teman-teman atau saudara-saudara kita khususnya para tukang becak itu banyak sekali yang merokok," ujar dia saat melakukan sosialisasi kepada para tukang becak di Sport Center Indramayu, Jumat (17/7/2020).

 Hasil Sidak Disperdagin di Swalayan dan Pabrik di Kabupaten Cirebon: Mereka Patuh Protokol Kesehatan

Para tukang becak itu awalnya sering merokok sembari mengayuh becak. Hal ini banyak dikeluhkan oleh para penumpang karena merasa tidak nyaman.

Upaya membentuk Betaro ini, diakui Soimalia Mahar sekaligus menjadi upaya pihaknya mensosialisasikan kawasan tanpa rokok yang sudah diatur pemerintah dalam Perda Nomor 8 Tahun 2016.

Di sana dijelaskan terkait bahayanya merokok dan tempat-tempat yang ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok, seperti di kantor pemerintahan, fasilitas layanan kesehatan, tempat belajar, taman bermain, tempat ibadah, angkutan umum, dan lain sebagainya.

"Apalagi kan becak itu masuknya sebagai angkutan umum selain angkot, bis, dan lainnya," ujar dia.

Soimalia Mahar berharap, dengan adanya komunitas ini bisa menjadi solusi bagi para becak untuk membiasakan diri menjaga kesehatan dengan tidak merokok.

Tidak merokoknya para tukang becak pun secara tidak langsung menjadi cara agar mereka dapat memenuhi kebutuhan keluarga di tengah persaingan transportasi sekarang ini.

"Harapan saya penghasilan mereka jangan buat rokok, tapi bisa dialihkan ke kebutuhan lain yang lebih bermanfaat seperti membeli beras atau kebutuhan lain untuk kelurganya," ujarnya.

Di tempat yang sama, salah seorang tukang becak, Tarwan (46) mengaku sudah bergabung dengan Betaro sejak 2018 lalu.

Banyak pelajaran yang ia dapat semenjak bergabung hingga akhirnya bisa benar-benar berhenti merokok.

"Bagi saya karena penghasilan tukang becak tidak seberapa, untuk membeli rokok itu terlalu mahal. Sebelumnya saya perokok, sangat merokok lah terus ada Bentaro jadi bisa berhenti," ujar dia.

 
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved