Tradisi Ngisis Wayang Kulit Pusaka

Bulan Depan, Wayang Kulit Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon Bakal Dipentaskan

Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, pagelaran wayang kulit pusaka itu dijadwalkan berlangsung pada 21 Agustus 2020.

Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
Sejumlah wayang kulit pusaka saat diangin-anginkan dalam tradisi ngisis di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (9/7/2020). 
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Keraton Kasepuhan Cirebon bakal menggelar pementasan wayang kulit pusaka berusia ratusan tahun.
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, pagelaran wayang kulit pusaka itu dijadwalkan berlangsung pada 21 Agustus 2020.
Menurut dia, tanggal tersebut bertepatan dengan 1 Muharam penanggalan Hijriyah.
"Bulan depan pementasannya. Insyaallah pakai wayang kulit pusaka," ujar Arief Natadiningrat saat ditemui usai tradisi Ngisis di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (9/7/2020).
Ia mengatakan, pagelaran itu dimulai pukul 20.00 WIB di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon.
Bahkan, rencananya pementasan wayang kulit tersebut berlangsung semalam suntuk.
Wayang kulit yang nantinya akan dimainkan dalam pagelaran itu merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.
Saat ini, menurut Arief, wayang kulit pusaka yang jumlahnya mencapai 200 buah tersebut telah berusia kira-kira 500 tahun.
"Wayang kulit pusaka dimainkan setahun sekali, setiap 1 Muharam atau tanggal lainnya di bulan itu," kata Arief Natadiningrat.
Ratusan wayang kulit itu tersimpan rapih di kotak penyimpanan khusus di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan.
Arief mengakui pagelaran wayang kulit itu merupakan salah satu adat tradisi yang dihelat di Keraton Kasepuhan.
Adat tradisi tersebut juga diketahui telah berlangsung selama ratusan tahun silam dan hingga kini masih dilestarikan.
"Memang perlu kesabaran, kerajinan, dan kepedulian yang tinggi sehingga kebudayaan kita sendiri tidak sampai luntur di era sekarang," kata Arief Natadiningrat.

Wayang Kulit Berusia 500 Tahun Dimainkan Setahun Sekali

Wayang kulit pusaka peninggalan ratusan tahun lalu hingga kini masih tersimpan di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Wayang kulit peninggalan Sunan Gunung Jati itu pun rutin dibersihkan setiap bulannya dalam tradisi Ngisis.

Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, hingga kini wayang kulit pusaka itu pun masih dimainkan.

 Kevin van Kippersluis, Eks Persib Bandung, Jalani Debut Latihan Dengan Klub Barunya di Belanda

Biasanya, menurut dia, wayang kulit tersebut dimainkan setahun sekali, tepatnya pada bulan Muharam penanggalan hijriyah.

"Biasanya di tanggal 1 Muharam, atau tanggal lainnya di bulan itu," kata PRA Arief Natadiningrat saat ditemui usai tradisi Ngisis, Kamis (9/7/2020).

Ia mengatakan, pagelaran wayang kulit itu digelar untuk memperingati haul Sunan Gunung Jati.

Dalang yang memainkan wayang pusaka itupun turun-temurun sejak dulu.

Bahkan, pementasan wayang kulit itu pun biasanya digelar semalam suntuk.

 Ketahuan Salat Asar Berjemaah dengan Pasien Positif Covid-19 di Sumedang, 4 Warga Dites Swab

"Pementasan wayang kulit pusaka itu sudah menjadi tradisi di Keraton Kasepuhan," ujar PRA Arief Natadiningrat.

Menurut dia, jumlah wayang kulit berusia 500 tahun itu mencapai 200 buah.

Ratusan wayang kulit itu tersimpan rapi di kotak penyimpanan khusus di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan.

Arief mengakui pagelaran wayang kulit itu merupakan salah satu adat tradisi yang dihelat di Keraton Kasepuhan.

 Anda Susah Move On? Baca Doa-doa ini Agar Terlepas dari Masa Lalu & Kesedihan, Dibaca Setelah Shalat

Adat tradisi tersebut juga diketahui telah berlangsung selama ratusan tahun silam dan hingga kini masih dilestarikan.

"Memang perlu kesabaran, kerajinan, dan kepedulian yang tinggi sehingga kebudayaan kita sendiri tidak sampai luntur di era sekarang," kata PRA Arief Natadiningrat.

Ngisis

Keraton Kasepuhan menggelar tradisi ngisis wayang kulit pusaka, Kamis (9/7/2020).
Dalam tradisi itu, wayang kulit pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati dibersihkan.
Prosesi itu dilakukan oleh dalang dan sejumlah abdi dalem di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Abdi dalem saat membersihkan wayang kulit pusaka berusia 500 tahun dalam tradisi ngisis di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (9/7/2020).
Abdi dalem saat membersihkan wayang kulit pusaka berusia 500 tahun dalam tradisi ngisis di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (9/7/2020). (Ahmad Imam Baehaqi/Tribuncirebon.com)
Wayang kulit pusaka peninggalan 500 tahun lalu itu dikeluarkan dari kotak penyimpanannya.
Selanjutnya wayang kulit itupun tampak digantung pada seutas tambang dan diangin-anginkan.
Selain itu, dalang dan abdi dalem tersebut juga terlihat mengibas-ngibaskan wayang pusaka untuk membersihkannya dari debu.
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, tradisi ngisis rutin digelar setiap bulannya.
Menurut dia, ritual ngisis juga bertujuan menjaga kondisi wayang tetap bersih.
"Agar wayang kulitnya bersih dan kuat meski usianya sudah ratusan tahun," ujar Arief Natadiningrat saat ditemui usai kegiatan.
Ia mengatakan, jumlah wayang pusaka itu mencapai 200 buah.
200 wayang tersebut dibersihkan secara rutin secara berkala untuk menjaga kondisinya.
Arief memastikan kondisi wayang-wayang tersebut masih bagus meski berusia ratusan tahun.
"Memang butuh perawatan khusus, tidak bisa sembarangan karena dikhawatirkan malah rusak," kata Arief Natadiningrat.
Usai dibersihkan, wayang kulit pusaka itu tampak dimasukkan kembali ke dalam kotak penyimpanannya.
Wayang-wayang itu terlihat disusun rapi di dalam kotak kayu berukuran kira-kira 3 x 1 meter.
Selain itu, beberapa di antaranya tampak dipajang di kotak kaca Museum Pusaka Keraton Kasepuhan.
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved