Human Interest Story

Kisah Pilu Pemuda Obesitas di Cianjur, 3 Hari Menahan Sakit Sendirian di Kios Kosong Dekat Terminal

Saat pintu dibuka, keadaan di dalam kios sungguh berbeda dengan keadaan di perempatan. Dede terlihat tidur telungkup, ia sendiri dan sesekali suaranya

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Ferri Amiril Mukminin
Dede Risman (23) pemuda obesitas yang bisa mangkal di perempatan Tugu Pramuka Jalan Lingkar Timur tak jauh dari terminal Rawabango,Cianjur, diangkut warga ke RSUD Sayang Cianjur karena sakit, Selasa (26/5/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin

TRIBUNCIREBON.COM, CIANJUR - RIUHNYA bunyi mesin dan knalpot kendaraan di perempatan Tugu Pramuka Jalan Lingkar Timur tak jauh dari terminal Rawabango, biasanya menjadi teman Dede Risman (23) sehari-hari.

Pemuda yang memiliki tubuh obesitas dengan luka di kaki ini, sehari-hari duduk di trotoar menanti belas kasihan pengendara yang menunggu lampu merah.

Selasa (26/5/2020) siang kemarin Dede tak ada di sana. Begitupula hari Senin (25/5/2020), ia tak terlihat lagi mengemis.

Saat ditelusuri ke rumahnya di Kampung Pasirmanggah, Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Dede pun tak ada di rumahnya.

Tribun pun mencoba menelusuri kios-kios yang berjarak sekitar 30 meter dari perempatan. Seorang pemilik kios mengatakan, sudah tiga hari Dede hanya tertidur di sebuah kios kosong. Para pemilik kios mengatakan Dede selalu menolak ketika diberi makanan dan minuman.

"Dede ada di dalam sana pa, dia tertidur terus," ujar seorang pemilik kios, Asep Mahpudin (40) sambil menunjuk ke kios lain yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Saat pintu dibuka, keadaan di dalam kios sungguh berbeda dengan keadaan di perempatan. Dede terlihat tidur telungkup, ia sendiri dan sesekali suaranya mengerang seperti menahan sakit.

Disdik Jabar Siapkan Skenario Masuk Sekolah Tahun Ajaran Baru, Siswa Berpotensi Jadi Pembawa Virus

Jawa Barat Siap Jalankan New Normal, Pasar, Toko, dan Mall Sudah Bisa Buka Tapi Terapkan Protokol

Dua Ribu Pengendara Hendak Balik ke Jakarta Tanpa SIKM, Langsung Disuruh Putar Balik Oleh Polisi

Asep mengatakan sudah tiga hari ia melihat kondisi Dede seperti itu. Ia sempat panik dan mencoba mencari alamat keluarganya.

"Sudah kang, sudah saya cari alamat keluarganya, saya juga sudah menghubungi pihak desa agar dijemput," ujar Asep.

Asep mengenal pribadi Dede sangat baik terhadap para pemilik kios di sekitar lampu merah Tugu Pramuka, makanya ia sangat khawatir kepada Dede yang kondisinya tak seperti biasanya.

"Sejak lebaran ia seperti ini, tertidur terus dan tak mau makan," kata Asep.

Satu jam kemudian, ambulans dari Desa Sukasirna datang dengan beberapa perangkat desa. Disusul kemudian dengan mobil patroli dari Polsek Sukaluyu.

Beberapa kali Dede coba dibangunkan, termasuk oleh keluarga dan sepupunya. Namun Dede hanya menjawab dengan erangan kesakitan dari mulutnya.

Termasuk oleh Kepala Dusun dari Sukasirna yang datang ke lokasi. Biasanya Dede mau dibujuk oleh kepala dusun ini, termasuk dijemput pulang agar tak mengemis lagi. Namun kali ini Dede tak bergeming. Ia tetap tak mau bangun dan malah kembali mengerang kesakitan.

Pihak kepolisian pun mencoba mengumpulkan warga sekitar. Kios bagian depan pun terpaksa dibongkar dengan menggunakan linggis.

Butuh 10 orang dewasa lebih untuk mengangkat Dede. Ia diangkat langsung dengan kasur karpet tipisnya ke atas belangkar sebelum dimasukkan ke dalam ambulans.

Kepala Desa Sukasirna, Edih, mengatakan, keluarga Dede termasuk orang yang biasa. Namun Dede tinggal bersama ibu dan bapak barunya setelah ayahnya bercerai.

"Keluarganya biasa-biasa saja, rumahnya permanen dan cukup luas," kata Edih.

Edih mengatakan, Dede memang sering kabur-kaburan dari rumah. Ia mengatakan Dede sudah dua kali dirawat di rumah sakit.

"Kami juga mendapat keterangan dari keluarganya kalau Dede sering kabur-kaburan," kata Edih.

Hal tersebut dibenarkan oleh orangtua Dede, Lilih Sumiati (48) dan Aseng (50).

"Dede sering kabur-kaburan sejak keluar SMA, tiga tahun ia berubah seperti itu," kata Lilih.

Lilih mengaku sudah cape mencari Dede. Ia menyebut membawa Dede ke rumah sakit sudah tiga kali.

"Anaknya yang sulit diatur. Ia punya penyakit obesitas dan gula, karena gula darah naik pembengkakan, ia mungkin saat ini drop. Sudah lama dari puasa tak pulang-pulang," katanya.

Lilih mengaku Dede kurang perhatian, ia yang sering bekerja menjadi TKW keluar negeri tak sempat memperhatikan Dede.

"Tapi saya bekerja ke Hongkong juga demi anak," katanya.

Lilih mengatakan, Dede merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.

Kapolsek Toha, ikut mengawal Dede ke rumah sakit RSUD Sayang Cianjur dari lokasi kios di perempatan Tugu Pramuka.

Beberapa pengendara dan warga yang melintas di perempatan tugu Pramuka sempat menyaksikan proses evakuasi Dede Risman.

Beberapa di antaranya tak kuasa menahan tangis, saat Dede yang bernasib malang ini harus menahan sakit sendirian di kios kosong.

Suara ambulans pun memecah perhatian warga, semua mata memandang ke arah rombongan mobil yang membawa Dede menuju rumah sakit.

Empat Fakta Mencurigakan

Beberapa fakta baru ditemukan saat evakuasi Dede Risman (23) penderita obesitas dengan luka kaki yang biasa mengemis di perempatan Tugu Pramuka.

Fakta tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan di relawan dokter dan warga sekitar Rawabango. Relawan pun bergerak ke warga dan berdiskusi dengan beberapa tetangga.

Tak hanya sampai di situ, relawan juga mendengarkan keterangan dari beberapa kerabat dekat Dede Risman.

Fakta tersebut pun mencuat saat proses evakuasi Dede Risman (23) di sebuah kios kosong di kawasan perempatan Tugu Pramuka, Selasa (26/5/2020).

Fakta pertama yang menimbulkan pertanyaan warga adalah Dede Risman tak mau pulang saat lebaran dan memilih berdiam diri di kios kosong. Hingga dua hari setelah lebaran Dede masih di sana.

Fakta kedua, malah para pemilik kios yang bersusah payah mencari alamat Dede Risman karena khawatir terjadi sesuatu.

Fakta ketiga ditemukan uang Rp 800 ribu dan handphone Samsung di samping Dede Risman. Warga menyebut bisa saja Dede menelepon keluarganya untuk dijemput namun hal tersebut tak dilakukan Dede Risman.

Hingga kini warga dan relawan masih menduga-duga karena Dede Risman belum mau bercerita soal kehidupannya.

"Iya Dede memang mempunyai yang sekitar Rp 1,2 juta, namun sisanya Rp 800 ribu karena sempat dipakai untuk beli kuota dan perbaiki handphone," ujar seorang pemilik kios, Asep Mahpudin (40).

Fakta keempat Asep sempat melihat luka lebam di bagian tubuh Dede Risman. Namun Asep belum mau berpikir jauh tentang luka tersebut dan Dede tak pernah mau bercerita. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved