New Normal di Jabar
Jawa Barat Siap Jalankan New Normal, Pasar, Toko, dan Mall Sudah Bisa Buka Tapi Terapkan Protokol
Kalau sudah hijau, kemudian ditetapkan new normal, ini lebih mudah dikendalikan karena relatif kecil dan penduduk tidak terlalu banyak
Selain itu, tuturnya, tes masif akan terus dilakukan untuk terus memperluas peta penyebaran Covid-19 di Jabar dan petanya akan lebih akurat untuk bisa mengetahui titik-titik persebaran untuk segera diputus.
Pemprov Jabar, katanya, akan tetap mengacu sejumlah peraturan mengenai pembatasan sosial berskala besar, mengenai pemberlakuan protokol kesehatan di kegiatan industri dan tempat kerja, pengaturan perhubungan, pendidikan, perekonomian dan perdagangan, serta peraturan lainnya yang akan mengatur aktivitas masyarakat di berbagai bidang di tengah pandemi Covid-19.
Mengenai pengaturan perhubungan di masa mudik dan balik lebaran, katanya, Provinsi Jawa Barat melakukan berbagai upaya pengetatan pemeriksaan di sejumlah cek poin yang sudah ditetapkan, terutama yang mengarah ke DKI Jakarta.
"Kalau DKI mengeluarkan mengeluarkan surat keluar masuk DKI, di Jawa Barat tidak seperti itu. Yang jelas bahwa di Jawa Barat kita melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih ketat tentunya, aparat pemerintah daerah bekerjasama dengan TNI dan Polri seperti di perbatasan Jawa Tengah. Kita juga berupaya untuk melakukannya di tempat transit dan di terminal," katanya.
Indikator
Suatu daerah dapat melakukan aktivitas sosial ekonomi pada era kenormalan baru ( new normal) jika kasus positif Covid-19 turun 50 persen selama dua pekan berturut-turut.
Hal tersebut merupakan salah satu poin dari gambaran epidemiologi dari indikator kesehatan masyarakat untuk menentukan kondisi daerah dari Covid-19.
"Indikator epidemiologi, kita harus lihat penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu sejak puncak terakhir," ujar Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers BNPB, Selasa (26/5/2020).
"Setiap daerah pasti gambarannya beda, (kondisi) bagus apabila selama dua minggu sejak puncak terakhir penurunannya 50 persen," lanjut dia.
• Siswi di Bandung Terpaksa Turuti Perintah Gurunya Berpose Tanpa Busana di Facebook, Berakhir Pilu
• Tentang Operasional Sekolah di Tahun Ajaran Baru, Pemprov Jabar Masih Tunggu Kemendikbud
• Fakta Terkini Bripka H, Polisi yang Membabi Buta Marah di Cek Poin Ciparay, Waktu itu Lepas Dinas
Jika penurunannya tidak mencapai 50 persen selama dua pekan, maka keadaan daerah itu belum bisa dianggap baik.
Untuk itu, masyarakat harus melakukan protokol kesehatan secara kolektif. Jika hal tersebut dilakukan, kata dia, maka sudah dipastikan jumlah kasus Covid-19 akan turun dengan sendirinya.
"Jumlah positif yang dirawat di rumah sakit juga harus turun. Kalau itu turun, kenaikan jumlah kasus turun, maka otomatis bisa dikatakan bahwa daerah itu indikator epidemiologinya bagus," kata dia.
Selain penurunan kasus positif, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) juga harus turun selama dua pekan sejak puncak terakhir.
Oleh karena itu, prestasi penurunan kasus baik positif, PDP, maupun ODP harus dimiliki setiap daerah, bukan justru prestasi naik turunnya kasus.
Wiku mengatakan, ketika kasus dilihat per hari, maka jumlahnya fluktuatif. Namun, jika dilihat per pekan, maka dapat terlihat penurunan, kenaikan, atau datarnya kasus Covid-19.