Wisata Kuningan
Ikan Dewa Ternyata Suka Makan Apel Merah, Ini Kata Manajeman Objek Wisata Kolam Pemandian Cibulan
Ikan dewa yang hidup perairan objek wisata Cibulan di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kuningan ternyata suka makan apel merah.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN – Ikan dewa yang hidup perairan objek wisata Cibulan di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kuningan ternyata suka makan apel merah.
Demikian hal itu dikatakan Manajemen Objek Wisata Cibulan, H Didi saat memberikan keterangannya kepada Tribuncirebon.com di lokasi objek wisata setempat, Senin (25/5/2020).
Apel merah, kata Didi, tentu menjadi menu wajib setiap tiga hari sebagai pakan utama ikan dewa.
• Zodiak Cinta Besok, Selasa 26 Mei 2020: Libra Jangan Buru-buru Resmikan Hubungan, Scorpio Harmonis
“Kami berikan apel setiap seminggu tiga kali,” ungkap Didi.
Pemberian apel merah sebagai pakan, lanjut dia mengatakan, ini dilakukan untuk memberi kenyaman terhadap habitat ikan dewa.
“Terlebih jenis ikan dewa seperti ini, tidak banyak hidup di sejumlah perairan di daerah Kabupaten Kuningan,” ungkapnya.
• Coba Deh Potong Lemon Jadi 4 Bagian, Isi Dengan Garam & Letakkan di Dapur, Hasilnya Luar Biasa
Mengenai jumlah apel merah yang diberikan, kata Didi, tidak sedikit untuk pemenuhan bagi ratusan ikan dewa di kolam pemandian Cibulan.
“Kami berikan sebanyak 5 kilogram setiap pemberian pakan,” ungkapnya.
Jadi, kata Didi, untuk selama seminggu biasa tiga kali diberikan, berarti manajemen harus mengeluarkan sebanyak 15 kg apel merah.
• Polisi Marah-marah karena Tak Pakai Masker, Kapolda Jabar: Selesai Diperiksa, Saya Mutasi
“Nah, untuk perbulannya tinggal dikali saja dari setiap pemberian apel merah tersebut,” ungkapnya.
Menyinggung pandemi Covid-19, Didi menjelaskan, objek wisata pemandian Cibulan sudah tiga bulan tidak memperbolehkan pengunjung untuk menikmati suasana objek wisata setempat.
”Terhitung tiga bulan hingga saat ini, dan sejumlah karyawan tentu dirumahkan dan ada beberapa karyawan saja untuk tetap berjaga alias piket,” kata dia.
Selama penutupan objek wisata, lanjut dia menerangkan, setiap harinya ada sebanyak 4 karyawan yang piket untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan lokasi objek wisata ini.
“Perawatannya seperti menguras kolam dan seperti saat ini memberikan pakan ikan dewa seperti biasanya,” ungkapnya.
• Download MP3 Lagu Kalung Emas - Didi Kempot, Dilengkapi Lirik dan Videonya, Unduh di Sini
Mengenai jumlah anggaran perawatan dan pemeliharaan,kata dia, dalam kegiatan seperti menguras.
”Bisa menghabiskan biaya ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” ujarnya.
Didi berharap pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan kehidupan masyarakat berjalan normal.
“Namun untuk hal itu, kami tetap menunggu keputusan pemerintah,” ujarnya.
• Tak Terima Ibu Dihina, QA Tusuk Adik Kandungnya Hingga Tewas
Menurut Didi bahwa setiap liburan dalam momentum tertentu memang tidak sedikit pengunjung datang untuk menikmati suasa objek wsiata pemandian cibulan.
Kisah Ikan Dewa
Ikan dewa. Begitu orang-orang menyebut ikan-ikan yang disakralkan di Cibulan, tepatnya di Obyek Wisata Cibulan.
Sebutan ikan dewa itu rupanya disematkan bukan tanpa alasan.
Oleh masyarakat sekitar, ikan ini dipercaya sebagai penjelmaan prajurit Prabu Siliwangi atau Raja Pajajaran.
Tribun Jabar pun berkesempatan untuk melihat langsung ikan-ikan dewa ini di obyek wisata yang berlokasi di Kuningan, Jawa Barat, Jumat (7/12/2018).
Saat menginjakkan kaki di obyek wisata itu, suara gemercik air langsung terdengar.
Suara gemercik air itu bersumber dari aliran air yang mengalir ke sebuah kolam.
Ada tiga kolam di obyek wisata tersebut.

Ketiga kolam itu airnya nampak jernih sehingga dasar kolamnya pun terlihat.
Kedalaman tiga kolam berbeda, mulai dari 1,5 meter, dua meter, dan 2,8 meter.
Ikan dewa nampak berenang-renang di dua kolam yang berdekatan, kolam itu berukuran sekitar 30X30 meter.
Jumlahnya tak sedikit. Ada sekitar puluhan ikan dewa di sana.
Airnya jernih. Batu dasar kolam terlihat. Ikan dewa itu berenang secara berkelompok.
Meski ikan-ikan disakralkan karena bentuk dan keberadaan mereka yang langka, wisatawan boleh berenang dengan ikan ini di kolam itu.
Wisatawan bisa berenang lantaran ikan ini jinak, tak menyerang manusia.
Ikan ini umumnya memiliki panjang sekitar 60 centimeter, besar, dan berwarna gelap.
Kepalanya mirip ikan mas tetapi postur panjangnya mirip ikan arwana.
Di beberapa bagian tubuhnya, ikan ini memiliki sisik besar.
Pemandu Obyek Wisata Cibulan Teguh Heryanto (40) mengatakan, ikan itu memang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai penjelmaan dari prajurit Prabu Siliwangi.
Sejumlah prajurit Prabu Siliwangi, di lokasi itu, dipercaya ada yang menjelma jadi harimau, ada yang jadi ikan.
"Kalau yang di darat, dipercaya jadi harimau, kalau yang di air, dipercaya jadi ikan," katanya kepada Tribun Jabar.
Teguh mengatakan, warga sekitar biasa menyebut ikan itu sebagai ikan kancra bodas.
Ikan kancra bodas ini, sulit ditemukan di tempat lain.
Bahkan beberapa kali gagal dibudidayakan di luar tempat habitat asalnya.
Ikan ini dipercaya sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Dulunya, kolam itu layaknya kolam alam alami pada umumnya.
Akhirnya, di tahun 1939, orang Belanda membangun kolam tersebut.
"Jadi kolam ini dulunya sudah ada. Akhirnya dibangun dan dikelola sama orang Belanda. Ini bangunan kolamnya masih peninggalan Belanda," kata dia.
Ikan itu, lanjut Teguh, juga dipercaya bisa membawa keburuntungan.
Keberuntungan bisa didapatkan oleh wisatawan jika dia secara tak sengaja disentuh oleh bagian mulut ikan tersebut.
"Jadi ada kepercayaan, katanya kalau ikannya tiba-tiba cium bagian tubuh, maka kita akan beruntung," katanya.
Uniknya, di obyek wisata ini, wisatawan tak hanya bisa berenang bersama ikan saja.
Rupanya, wisatawan juga bisa berfoto sambil dicium ikan tersebut.
"Kalau mau dicium ikan tersebut sambil difoto, nanti ada pawangnya. Bayarnya seikhlasnya," kata Teguh.
Untuk diketahui, sejak tahun 2010, obyek wisata Cibulan terus direnovasi.
Alhasil, saat ini wisatawan juga bisa menikmati ragam wahana lain.
Ragam wahana lain itu misalnya adalah ember tumpah, angsa gowes, flying fox, hingga spot foto.
Nah, bagi Anda yang hendak berkunjung ke Cibulan ini, tak usah khawatir soal akses jalannya.
Pasalnya, aksesnya tidak jauh dari jalan utama di Kuningan.
Dari Cirebon, obyek wisaya ini bisa ditempuh hanya dengan waktu 90 menit sementara dari Kuningan kota bisa ditempuh dalam waktu 45 menit saja.
"Tiketnya Rp 20 ribu kalau akhir pekan. Bukanya dari pukul 08.00-17.00 WIB," kata Teguh. (Tribun Jabar/Yongky Yulius)