Virus Coron Mewabah
Herd Immunity untuk Atasi Virus Corona Viral, WHO Ingatkan Bahayanya : Manusia Bukan Hewan Ternak
Beberapa negara di Eropa bahkan beranggapan jika teori Herd immunity ini akan mampu mengatasi virus corona.
TRIBUNCIREBON.COM- Belum lama ini, istilah Herd Immunity menjadi viral dan banyak dicari di mesin pencarian.
Beberapa negara di Eropa bahkan beranggapan jika teori Herd immunity ini akan mampu mengatasi virus corona.
Namun, alih-alih mendukung kepercayaan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru mengingatkan bahayanya Herd Immunity.
• Andre Taulany dan Rina Nose Dilaporkan Polisi, Diduga Menghina Marga Latuconsina, Ini Reaksi Andre
Apalagi, jika dipercaya untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Lantas, apa yang sebenarnya dimaksud dengan herd immunity dan mengapa digunakan beberapa negara untuk menghadapi wabah?
Herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan sebuah teori yang muncul dari konsep hewan.
• Sering Sakit Kepala Akibat Tekanan Darah Tinggi? Ini Cara Mengatasinya, Tak Bisa Pakai Obat Biasa
Epidemiolog dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (Cand) Global Health Security CEPH Griffith University menjelaskan, konsep awal herd immunity berasal dari kesehatan hewan yang mengutamakan kesehatan secara kelompok.
"Dengan arti lain tidak terlalu mengutamakan kesehatan individu," kata Dicky, dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com.
Dia menambahkan, terkait pada kesehatan manusia, herd immunity merupakan konsep yang dilakukan saat vaksin tersedia untuk mencegah penyakit menular.
Konsep herd immunity saat vaksin ada tersebut, lanjut Dicky, digunakan karena secara realita selalu ada kesulitan untuk mencapai cakupan imunisasi 100 persen.
"Sehingga pada beberapa kondisi, ditargetkan setidaknya (misal) 90 persen telah terimunisasi," ujar dia.
Sehingga yang telah terimunisasi ini akan menjadi barier atau benteng bagi orang yang masih belum terproteksi.
Artinya, konsep herd immunity tanpa adanya vaksin merupakan kesalahan dan juga tidak manusiawi.
"Karena berarti, mengabaikan hak kesehatan individu dan menempatkan masyarakat pada posisi berbahaya," tegas Dicky.
Menurut WHO, konsep ini justru berbahaya jika diterapkan pada manusia.