Human Interest Story
Pemulung di Indramayu Takut Terpapar Corona, Terpaksa Tetap Memulung Sampah Karena Urusan Perut
Urusan perut menjadi pilihan yang mau tak mau mesti diambil ibu lima anak ini selama 17 tahun lamanya memulung sampah.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Bergelut dengan sampah setiap harinya tidak mengendorkan semangat Rastinah (35) warga Kelurahan Lemahmekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu untuk memulung walau ditengah pandemi Covid-19.
Rastinah mengatakan, urusan perut menjadi pilihan yang mau tak mau mesti diambil ibu lima anak ini selama 17 tahun lamanya memulung sampah.
• Besok Akan Berakhir, PSBB Kota Bandung Belum Turunkan Kasus Covid-19 Secara Signifikan, Akan Lanjut?
"Sudah 17 tahun mulung, pasrah saja asal bisa makan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui tengah memulung sampah di tempat pembuangan sampah di wilayah Kelurahan Lemahmekar, Senin (4/5/2020).
Rastinah juga mengaku khawatir pekerjaan yang ia tekuni itu justru menjadi perantara dirinya terpapar Covid-19 dari sampah yang dibuang masyarakat.
Terlebih dalam aktivitasnya memulung sampah ia tidak memiliki masker untuk digunakan sebagai alat pelindung diri.
• Operasi Pekat Lodaya di Bulan Ramadhan, Polsek Kertajati Amankan Puluhan Botol Miras
"Pasrah saja asalkan anak-anak bisa makan tidak kelaparan," ujar dia.
Dirinya mengaku, memiliki 4 orang anak kandung. Anak yang paling besar masih berusia remaja dan yang paling kecil masih bayi berusia tiga tahun.
Selain itu, ia juga mengurusi satu anak yatim dari istri pertama suaminya dahulu.
Adapun suami Rastinah hanya bekerja sebagai seorang tukang servis lampu. Jika tidak ada lampu untuk diservis ia hanya berdiam diri di rumah dan mengurusi anak-anak.
Suaminya juga memiliki penyakit magh kronis yang membuatnya tidak kuat melakukan pekerjaan berat.
• Aturan PSBB Jabar, Pemprov Bolehkan Pengendara Motor Boncengan dengan Syarat Tertentu
• Update Covid-19 di Majalengka, Senin 4 Mei 2020, Jumlah ODP Meningkat Jelang PSBB
Hal ini yang membuat Rastinah mesti menanggung kebutuhan hidup suami dan 5 orang anaknya sehari-hari.
Rastinah juga mengaku enggan melibatkan anaknya untuk ikut memulung sampah menemani dirinya. Hal ini demi kesehatan anak-anaknya.
"Biar saya saja yang sakit. Tapi alhamdulillah selama 17 tahun jadi pemulung gak pernah sakit paling kaki saja sebelah yang suka kerasa sakit," ujar dia.
Kesulitan cari uang untuk makan
Hidup di pusat kota rupanya tidak menjamin kehidupan Rastinah (35) dan Umiyati (30) dapat hidup nikmat seperti masyarakat lain.
Keduanya merupakan warga Keluruhan Lemahmekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu yang biasa berkeliling dari tempat sampah ke tempat sampah lain memungut sampah untuk dijual.
• Darah Pasien Covid-19 yang Sudah Sembuh Dijual di Pasar Gelap, Digunakan untuk Hal Ini
Terlebih di tengah wabah Covid-19, keduanya mengaku penghasilan mereka turun drastis karena harga sampah yang anjlok.
Rata-rata jenis sampah yang mereka kumpulkan itu hanya dihargai Rp 1.000 saja per kilogramnya.
Rastinah mengatakan, jika pada hari-hari biasanya biasa mendapat upah dari memulung sampah Rp 30 ribu untuk menghidupi suami dan 5 orang anaknya. Kini dapat upah Rp 10 ribu saja susah.
"Kalau dapat sampah 10 kilogram, itu cuma dapat Rp 10 ribu, cuma cukup beli beras setengah sama telur tiga, padahal anak saya saja ada 5," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di tempat sampah di wilayah Kelurahan Lemahmekar, Senin (4/5/2020).
• Imbas Covid-19, Perangkat Desa Se-Kuningan Minta Manajamen Bank Kuningan Lakukan Aktivasi Asuransi
• VIDEO - Komunitas Waria Bandung Laporkan Ferdian Paleka Pelaku Prank Bingkisan Berisi Batu & Sampah
Rastinah mengatakan, rela berangkat memulung mulai pukul 01.00 WIB dini hari dan pulang pukul 11.00 WIB siang setiap harinya selama 17 tahun memulung demi menghidupi keluarga.
Ia juga mengaku mesti menahan perihnya lapar asalkan anak-anak dan suaminya bisa makan.
"Anak saya itu ada 4, anak yang paling besar masih SMP umur 14 tahun, yang nomor dua 13 tahun, yang nomor tiga 9 tahun, dan satunya masih bayi umur 3 tahun. Satu laginya itu anak yatim dari istri pertama suami saya yang saya urus dari kecil," ujarnya.
Sementara itu, suami Rastinah hanya seorang tukang servis lampu. Jika tidak ada lampu untuk diservis, ia kebanyakan di rumah mengurusi anak-anak.
• Ibu Muda Usia 17 Tahun Disekap Suami di Kontrakan, Tak Diberi Makan dan Dianiaya, Kabur Lewat Toilet
Terlebih suaminya memiliki penyakit magh kronis yang membuatnya sulit bekerja berat.
Hal ini yang membuatnya mesti menanggung seluruh biaya kebutuhan keluarga.
"Sekarang baru 5 kilogram (sampah yang terkumpul), paling cuma 5 ribu, itu gak dapat beras," ujarnya.
"Paling nanti dibelikan roti terus dibagi sedikit-sedikit dengan suami dan anak-anak," lanjut Rastinah.
Hal senada juga disampaikan, Umiyati. Bedanya, ia mesti memulung sembari membawa buah hatinya yang masih balita.
Umiyati mengatakan, terpaksa membawa anaknya tersebut karena tidak ada yang mengurus.
"Iya anak dibawa setiap hari karena enggak ada yang ngurus," ujarnya.