Human Interest Story

Nasib Pemulung di Indramayu Saat Pandemi Corona, Hanya Mampu Beli Roti Dibagi Untuk Makan 7 Orang

Hidup di pusat kota rupanya tidak menjamin kehidupan Rastinah (35) dan Umiyati (30) dapat hidup nikmat seperti masyarakat lain.

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Rastinah dan Umiyati saat memulung sampah di tempat sampah di wilayah Kelurahan Lemahmekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Senin (4/5/2020). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Hidup di pusat kota rupanya tidak menjamin kehidupan Rastinah (35) dan Umiyati (30) dapat hidup nikmat seperti masyarakat lain.

Keduanya merupakan warga Keluruhan Lemahmekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu yang biasa berkeliling dari tempat sampah ke tempat sampah lain memungut sampah untuk dijual.

Darah Pasien Covid-19 yang Sudah Sembuh Dijual di Pasar Gelap, Digunakan untuk Hal Ini

Terlebih di tengah wabah Covid-19, keduanya mengaku penghasilan mereka turun drastis karena harga sampah yang anjlok.

Rata-rata jenis sampah yang mereka kumpulkan itu hanya dihargai Rp 1.000 saja per kilogramnya.

Rastinah mengatakan, jika pada hari-hari biasanya biasa mendapat upah dari memulung sampah Rp 30 ribu untuk menghidupi suami dan 5 orang anaknya. Kini dapat upah Rp 10 ribu saja susah.

"Kalau dapat sampah 10 kilogram, itu cuma dapat Rp 10 ribu, cuma cukup beli beras setengah sama telur tiga, padahal anak saya saja ada 5," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di tempat sampah di wilayah Kelurahan Lemahmekar, Senin (4/5/2020).

Imbas Covid-19, Perangkat Desa Se-Kuningan Minta Manajamen Bank Kuningan Lakukan Aktivasi Asuransi

VIDEO - Komunitas Waria Bandung Laporkan Ferdian Paleka Pelaku Prank Bingkisan Berisi Batu & Sampah

Rastinah mengatakan, rela berangkat memulung mulai pukul 01.00 WIB dini hari dan pulang pukul 11.00 WIB siang setiap harinya selama 17 tahun memulung demi menghidupi keluarga.

Ia juga mengaku mesti menahan perihnya lapar asalkan anak-anak dan suaminya bisa makan.

"Anak saya itu ada 4, anak yang paling besar masih SMP umur 14 tahun, yang nomor dua 13 tahun, yang nomor tiga 9 tahun, dan satunya masih bayi umur 3 tahun. Satu laginya itu anak yatim dari istri pertama suami saya yang saya urus dari kecil," ujarnya.

Sementara itu, suami Rastinah hanya seorang tukang servis lampu. Jika tidak ada lampu untuk diservis, ia kebanyakan di rumah mengurusi anak-anak.

Ibu Muda Usia 17 Tahun Disekap Suami di Kontrakan, Tak Diberi Makan dan Dianiaya, Kabur Lewat Toilet

Terlebih suaminya memiliki penyakit magh kronis yang membuatnya sulit bekerja berat.

Hal ini yang membuatnya mesti menanggung seluruh biaya kebutuhan keluarga.

"Sekarang baru 5 kilogram (sampah yang terkumpul), paling cuma 5 ribu, itu gak dapat beras," ujarnya.

"Paling nanti dibelikan roti terus dibagi sedikit-sedikit dengan suami dan anak-anak," lanjut Rastinah.

Hal senada juga disampaikan, Umiyati. Bedanya, ia mesti memulung sembari membawa buah hatinya yang masih balita.

Umiyati mengatakan, terpaksa membawa anaknya tersebut karena tidak ada yang mengurus.

"Iya anak dibawa setiap hari karena enggak ada yang ngurus," ujarnya.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved