Kisah Manusia Gerobak di Saat Pandemi Covid-19, 'Jangankan Uang Ribuan, Cari Barang Bekas Pun Susah'

saat ini banyak operasional toko atau tempat usaha pada tutup. Sehingga, barang-barang di pertokoan pun jadi terbatas.

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Mega Nugraha Sukarna
Manusia gerobak melintas di Jalan RE Martadinata Kota Bandung, Senin (20/4/2020). 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

 TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Penanganan penularan virus corona berbiaya mahal. Supaya penularan berhenti, aktifitas warga dibatasi. Operasional tempat usaha ditutup. Usaha besar maupun kecil, turut terdampak.

Tak terkecuali para manusia gerobak atau mereka yang bekerja mencari barang-barang bekas atau rongsokan untuk dijual lagi.

Salah satuna adalah Yadi Supriyadi (46), warga Kabupaten Garut namun tinggal di Jalan Ahmad Yani Kota Bandung. ‎Biasanya, dia bersama istrinya, Solihat, berkeliling di Kota Bandung mengambil barang-barang bekas dari pertokoan, factory outlet hingga cafe.

"Tapi kan sekarang toko-toko di Bandung malam hari pada tutup. Jadi kerjanya siang, keliling dorong-dorong gerobak," ujar Yadi, ditemui di Jalan LLRE Martadinata, Senin (20/4/2020).

Sekadar barang bekas seperti botol air minum plastik, dus bekas hingga barang-barang remeh-temeh lainnya bisa saja terbayang mudah didapatkan Yadi dan manusia gerobak lainnya. Namun, kondisi pandemi virus corona, nyata-nyata mendapatkan barang bekas pun jadi sulit.

"Jangankan nyari uang ribuan, belasan rebu puluhan ribu pak, nyari dan dapat rongsokan saja sekarang susah," ujar Yadi, diakhiri tawa lepas, menertawakan kondisinya yang susah bahkan mendapat barang bekas.

Token Listrik Gratis PLN, Pelanggan 900 VA nonsubsidi & 1300 VA Bisa Dapat Diskon, Ini Penjelasannya

PLN Lakukan Pemadaman Listrik di Sejumlah Kawasan Kuningan, Besok Selasa 21 April 2020

Jadwal Acara TV, Senin 20 April 2020: Ada Film Death Race di GTV, Sinema Bollywood di ANTV

Alasannya, kata Yadi, karena saat ini banyak operasional toko atau tempat usaha pada tutup, sehingga barang-barang di pertokoan pun jadi terbatas. 

"Ya karena pada tutup tempat-tempat usahanya. Meskipun ada beberapa yang buka, masih ada barang bekasnya saya ambil," katanya, diamini pula oleh rekannya sesama manusia gerobak, Olih alias Solihin (40).

Gerobak yang dibawa berukuran kira-kira panjang kurang dari 4 meter dan lebar satu meter. Roda geraknya ada dua dan di ujung diberi batang kayu untuk mendorong. Di dalam gerobak, bisa muat satu atau dorang asalkan di ujung roda diganjal.

Di tengah cuaca musim hujan, tak jarang mereka kehujanan. Jika tidak menemukan tempat berteduh, Yadi, Olih dan manusia gerobak lainnya, tidak jarang masuk ke gerobak.

"Kalau kebetulan tidak ada tempat berteduh, paling-paling masuk ke dalam gerobak," ujar Olih, kembali menertawakan dirinya sendiri saat berteduh di balik hujan.

Dalam satu gerobak jika penuh barang bekas dan dijual nilainya tidak lebih dari Rp 100 ribu.

"Rata-rata per hari dapat Rp 70 ribu lah, itu se gerobak penuh ya," kata Olih, dan juga Yadi.

Biasanya, mereka sudah punya langganan masing-masing. Yadi misalnya, dia biasa dapat barang bekas di Stadion Siliwangi.

INI Kunci Jawaban Soal SD/SMP/SMA Belajar Dari Rumah di TVRI Senin 20 April 2020, Cek di Sini

21 Tenaga Kesehatan RST Ciremai Cirebon Jalani Isolasi Mandiri Gara-gara Pasien Tidak Jujur

PSBB di Bandung Raya, Suhu Tubuh Lebih dari 37 Derajat Saat Dicek Petugas, Anda Bakal Diminta Pulang

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved