Virus Corona Mewabah
Dosen Matematika ITB Memprediksi Puncak Corona Terjadi Pada Akhir Maret, Kasus Positif 600 Per Hari
penelitian mereka berusaha menjawab pertanyaan mendasar mengenai epidemi yang tengah terjadi saat ini melalui suatu model matematika.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG- Para pakar di Indonesia mulai banyak meneliti soal virus corona. Termasuk peneliti yang baru-baru ini ramai diperbincangkan di media sosial.
Tiga orang dosen program studi matematika kampus ITB itu mencoba lakukan simulasi dan pemodelan sederhana prediksi penyebaran Corona Virus Desease (COVID-19). Mereka adalah Nuning Nuraini, Kamal Khairudin S dan Mochamad Apri.
"Makanya cukup terkejut ketika tulisan ini viral dan ramai dibahas oleh warganet. Gara-gara keresahan saya ini, publik jadi semakin tahu bahwa matematika juga bisa membantu dan mengambil peran dalam menghadapi kasus pandemi," ujar perwakilan tim, Nuning Nuraini, di Kota Bandung, Kamis (19/3/2020).
Hasilnya, tim itu memprediksi Indonesia bakal mengalami puncak virus yang belum ditemukan vaksinnya ini pada akhir maret 2020. Lalu, berakhir pada pertengahan April 2020. Dengan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600.
Nuning menyatakan percobaan itu mereka beri judul "Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika".
"Ini adalah hasil pemodelan dengan satu model yang kami rasa cukup sederhana dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor yang kompleksitasnya tinggi," katanya.
• Prostitusi Online di Karawang Terbongkar, Ada PSK Kelas Gold dan Premium, 2 Muncikari Dibekuk Polisi
• ZODIAK CINTA Hari Ini, Kamis 19 Maret 2020: Aries Tinggalkan Dia Bila Tak Peka, Leo Kencan di Rumah
• Oknum PNS Guru SD Mencabuli 9 Bocah SMP, Polisi Amankan Kondom dan Handbody, Begini Modusnya
Pada saat penelitian mereka berusaha menjawab pertanyaan mendasar mengenai epidemi yang tengah terjadi saat ini melalui suatu model matematika.
Dia bersama rekannya membangun model representasi jumlah kasus virus dengan menggunakan model Richard’s Curve dan kajian kelompok pemodelan 2009 yang dibimbing Prof. Dr. Kuntjoro A. Sidarto.
"Kami punya penanganan yang mungkin sama, sesuai dengan publikasi yang ada dengan Korea Selatan. Tanpa memasukkan faktor kompleksitas lainnya seperti temperatur lingkungan, kelembaban, dan lainnya. Seharusnya kami bisa mendapat kesimpulan yang sama persis dengan apa yang ditulis pada publikasi kami," katanya.
• Ternyata Ini Obat Sakit Gigi Paling Manjur, Rugi Banget Nih Kalau Anda Enggak Tahu!
• Ekonom Senior Kritik Keras Jokowi soal Penanganan Virus Corona: Stop Proyek Termasuk Pindah Ibu Kota
• Bacaan Lengkap Doa Qunut Nazilah Yang Disarankan MUI Agar Terhindar dari Malapetaka Berikut Artinya
Hal tersebut, baginya bukan merupakan perkara mudah. Dia menilai Korea Selatan satu diantara negara di dunia yang paling baik penanganan kasus virus corona.
"Waktu terus berjalan, tentu sulit untuk bisa persis seperti mereka. Tapi setidaknya, dari tulisan ini kami bisa mengetahui bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu untuk tetap berada dalam tren yang baik," ujarnya.
Dia menuturkan tingkat penyebaran yang tinggi akan memberatkan rumah sakit. Pasalnya, tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung pasien virus corona. Sehingga krusial untuk menjaga laju penyebaran tetap berada dalam kontrol.
Menurutnya, bentuk pencegahan meluasnya penyebaran virus bisa dilakukan dengan cara memutus rantai penularan. Yakni melakukan pembatasan sosial (social distancing).
"Harapannya setiap masyarakat tidak akan menjadi penular maupun tertular. Karena tidak melakukan kontak dengan siapapun. Sehingga laju penyebaran dapat menurun atau setidaknya terjaga konstan," katanya.