LIVE STREAMING Sedang Berlangsung Diskusi Gelar Usik Galuh, Babe Ridwan Saidi Tak Hadir
Sejumlah pakar hadir menjadi pembicara, yaitu sejarawan Unpad Prof Dr Nina Herlina Lubis, guru besar Unpad Prof Dr Sobana Hardjasaputra, Rektor Unigal
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Pertemuan yang berlangsung di Ruang Pasca Sarjana Unigal tersebut ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap; meminta babeh Ridwan Saidi datang ke Ciamis dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam untuk membuktikan omongannya. Bila tidak datang ke Ciamis, babeh Ridwan Saidi akan segera dilaporkan ke pihak berwajib.
Pertemuan tersebut juga mendesak DPRD dan Pemkab Ciamis untuk bersikap, ketika nama besar Galuh dilecehkan, ketika harga diri Ciamis dijatuhkan.
Babeh Ridwan Saidi yang juga bintang ILC tersebut ketika dihubungi wartawan di Ciamis via telepon, Kamis (13/2) malam, menyatakan siap datang ke Ciamis bila diundang oleh Bupati Ciamis. Dia berharap masyarakat dan pemerintahan setempat untuk tidak terlalu berlebihan menyikapi soal kerajaaan yang sulit dibuktikan tersebut.
Beliau malah menyarankan Pemkab Ciamis untuk lebih fokus pada temuan batu susun Batu Rompe di Desa Sukaraharja Kecamatan Lumbung yang sempat viral tersebut.
Menurut Babeh Ridwan Saidi, batu susun Batu Rompe tersebut merupakan monumen luar biasa dari abad ke-5 bahwa di Ciamis pernah ada peradaban yang disebut Pariangan. Pariangan itu artinya persawahan. Pada abad ke-5 di Ciamis ada daerah yang sudah maju pertaniannya. “Ciamis harus bangga. Batu susun itu monumen yang luar biasa,” ungkap babeh Ridwan Saidi .
Babeh Ridwan Saidi juga menyebutkan kata Galuh dalam Bahasa Armenia artinya cukup jelek untuk diungkap. Beda dengan Sunda yang artinya cemerlang. Penamaan Sunda Galuh yang sekarang banyak dikenal itu katanya keliru karena galuh artinya brutal. (*)