12 Orang Tewas Akibat Konflik Dengan Buaya Sepanjang 3 Tahun Terakhir, Ini Penyebab Buaya Lebih Buas

Tak hanya itu, musim kawin buaya pada November sampai Januari, membuat buaya semakin agresif dan sering muncul di permukaan.

Editor: Mumu Mujahidin
Bangkapos.com/Sela Agustika
Proses pengangkatan buaya sebelum dikubur di kawasan Kampung Reklamasi, Air Jangkang, milik PT Timah Tbk, Sabtu (4/1/2019). 

Ketua Yayasan Konservasi Pusat Penyelamatan Satwa Alobi Foundation Bangka Belitung Langka Sani mengakui beberapa tahun lalu, jarang ditemukan konflik antara buaya dan manusia.

"Dulu Bangka Belitung masih asri habitat buaya, belum menyempit. Konflik buaya dan manusia, tidak signifikan seperti sekarang ini," tutur Langka.

"Melihat konflik tersebut sekarang seperti bencana sebab kurung waktu 3 tahunan sudah 12 orang mengalami kematian di Bangka Belitung karena serangan buaya. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi ke depannya. Sementara, langkah dan solusi dari pemerintah daerah belum ada," tambah Langka.

Alobi memberikan upaya dalam evakuasi buaya dengan melakukan penitipan sementara atau rehabilitas sebelum ditentukannya kawasan pelepasliaran buaya dari pemerintah daerah.

"Tidak seperti satwa lainnnya, buaya ini hewan buas tidak bisa sembarangan lepasliarkan. Kita baru secara lisan untuk menetapkan pelepasaan buaya. Kalau tidak ditetapkan pengontrolan buaya yang habitat bersentuhan dengan masyarakat cukup dikhawatirkan dan daya tampung buaya di PPS (Pusat Penyelamatan Satwa) kita tidak lebih dari 50 ekor," jelas Langka.

Mengenai rehabilitasi buaya setelah ditangkap atau ditemukan warga perlu waktu perawatan.

Bila terkena kail pancing dan luka di bagian pencernaan, butuh waktu sekitar 1 tahun untuk penyembuhan.

"Akan tetapi buaya hasil evakuasi dipelihara manusia malah tidak memungkinkan dilepasliarkan lagi. Sebab nanti buaya menghampiri manusia untuk meminta makan. Di sini ada tiga buaya evakuasi hasil peliharaan manusia," katanya.

Pada tahun 2014 silam, Alobi pernah melakukan pelepasliaran buaya di wilayah Bangka yang jauh dari pemukiman warga.

Serta Alobi sejak berdiri sudah melakukan pelasliaran satwa sebanyak 1.458 ekor berbagai jenis satwa ke habitat alam.

Alobi pun memiliki PPS di daerah PLN Peduli Kacang Pedang dan Kampoeng Reklasi Air Jangkang. (S2)

Konflik Buaya dan Manusia 

- Buaya panjang 3,75 meter ditangkap warga Bangka Kota, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan diketahui pernah memangsa warga Desa Bangka Kota pada, Senin (1/1/2018) lalu.

Korban yang sempat dimangsa bernama Susi (30) ibu rumah tangga yang sedang mencuci di pinggiran sungai.

- Buaya menyerang seorang warga di Desa Pagarawan, Kecamatan Merawang, Bangka, Rabu (27/3/2019).

Buaya itu menyerang Maryadi (43) warga Dusun 1 Desa Pagarawan.

Maryadi mengalami luka robek di tangan kanannya akibat digigit buaya.

Maryadi diserang saat sedang mengambil air di tambak udang menggunakan ember.

- Seekor buaya menerkam Kholil warga di Dusun Nunggal Desa Kemingking, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah, Senin (26/8/2019).

Saat itu korban sedang mencari kayu di kawasan tambang timah Kolong TB 1 Bedeng.

- Mahrom (33) seorang pencari ikan, warga Desa Bedengung, Kecamatan Payung, Kabupaten Bangka Selatan, menjadi korban keganasan buaya, Jumat (10/5/2019). Jasadnya ditemukan beberapa hari kemudian.

(Dokumen Bangka Pos)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Habitat Buaya Terganggu dan Musim Kawin, Sang Predator Semakin Agresif, 12 Orang di Babel Tewas

Sumber: Bangka Pos
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved