WASPADA, Indramayu Berpotensi Gempa Bumi Terpusat di Kecamatan Terisi, BMKG Pasang Alat Deteksi

Tercatat ada sebanyak 4 bencana alam yang berpotensi menimpa Kabupaten Indramayu mulai tahun 2019 ini.

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Siswa-siswi saat mempraktekan menolong rekan yang pingsan saat gempa terjadi di SMK Negeri 1 Sindang, Jumat (15/11/2019). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Tercatat ada sebanyak 4 bencana alam yang berpotensi menimpa Kabupaten Indramayu mulai tahun 2019 ini.

Yakni, potensi bencana kekeringan, banjir, angin puting beliung, dan gempa bumi.

Koordinator Tim Assesment BPBD Indramayu, Ismail Husni mengatakan, khusus potensi gempa bumi ini baru dimasukan ke dalam daftar potensi bencana yang bisa melanda Kabupaten Indramayu pada tahun 2019.

"Sebelumnya itu hanya ada tiga, yakni kekeringan, banjir, dan angin puting beliung saja," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat pelaksanaan simulasi bencana gempa bumi di SMK Negeri 1 Sindang Indramayu, Jumat (15/11/2019).

Oleh karena itu, BPBD Kabupaten Indramayu sekarang ini secara bertahap giat melakukan sosialisasi ke sejumlah sekolah maupun desa-desa di Kabupaten Indramayu.

Hal tersebut guna mengedukasi masyarakat bagaimana cara menyelamatkan diri bilamana bencana gembar terjadi.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Indramayu, Edi Kusdiana mengatakan, ditambahnya potensi bencana gempa bumi dalam daftar potensi bencana di wilayah Kabupaten Indramayu berdasarkan analisis yang dilakukan oleh BMKG.

"Ada satu titik patahan, pusatnya itu di Kecamatan Terisi," ujar dia.

Waspada, Pergerakan Sesar Baribis Sudah Sampai di Kecamatan Terisi Indramayu, Bisa Picu Gempa Bumi

BPBD Indramayu Gelar Simulasi Gempa Bumi Bersama Ratusan Siswa SMK Negeri 1 Sindang Indramayu

BREAKING NEWS: GEMPA Bumi 7,4 SR Guncang Maluku, Hati-hati Berpotensi Tsunami

Lanjut Edi Kusdiana, BMKG pun sudah memasang alat seismograf di wilayah Kecamatan Terisi untuk mendekteksi bilamana terjadi gempa bumi.

"BMKG juga memasang alat pendekteksi di sana, di Kecamatan," ucapnya. 

18 Sekolah Terancam

Beberapa waktu diberitakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu mencatat terdapat 18 sekolah di 8 kecamatan di Kabupaten Indramayu yang berpotensi risiko bencana gempa bumi.

Kasi Rekonstruksi BPBD Kabupaten Indramayu, Caya mengatakan, Sekolah-sekolah tersebut berpotensi bencana gempa karena terlintasi oleh Sesar Baribis.

"Kalau sesar baribis itu memang aktif pergerakannya tapi tidak seperti patahan," ujar Caya kepada Tribuncirebon.com, Minggu (7/7/2019).

Dirinya menjelaskan, sesar baribis pergerakannya di bawah tanah, berbeda dengan gempa karena patahan yang titik pusatnya itu berada di bawah laut.

Sehingga dampak yang dirasakan pun tidak akan terlalu besar.

 Galih Ginanjar Menangis Karena Kangen Sang Anak, Netizen Malah Ingin Tampol Galih

Lanjut Caya, guncangan yang disebabkan sesar baribis hanya sekitar 3,1 skala richter, dengan kedalaman antara 5-10 kilometer di bawah permukaan tanah.

Meski sesar baribis merupakan sesar aktif dan sangat berpotensi gempa, namun disampaikan Caya, potensi yang akan dirasakan hanya dalam skala kecil.

"Karena kita bukan daerah patahan, kita hanya sesar di darat saja itu pun sedikit tidak menyeluruh satu kabupaten," ujar dia.

Disebutkan dirinya, daerah yang akan paling terasa apabila terjadi gempa, ialah daerah barat Kabupaten Indramayu, karena terlintasi secara langsung oleh Sesar Baribis.

Berikut ini data Sekolah bahaya gempa bumi akibat Sesar Baribis:

1. Kecamatan Gantar, jenjang SD sebanyak 3 sekolah.
2. Kecamatan Terisi, jenjang SD sebanyak 4 sekolah dan jenjang SMK sebanyak 1 sekolah.
3. Kecamatan Widasari, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
4. Kecamatan Krangkeng, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
5. Kecamatan Karangampel, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
6. Kecamatan Juntinyuat, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
7. Kecamatan Sliyeg, jenjang SD sebanyak 2 sekolah dan jenjang SMK sebanyak 1 sekolah.
8. Kecamatan Sindang, jenjang SMP sebanyak 2 sekolah dan jenjang SMK sebanyak 1 sekolah. 

Mengarah ke Jakarta

Kompas.com pernah menulis tentang ancaman Sesar Baribis di bawah tanah Jakarta. Pada 2016, ahli geodasi Australia Achraff Koulali memublikasikan temuannya tentang sesar Baribis aktif yang membentang sepanjang 25 kilometer di selatan Jakarta.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal internasional Elsevier. Sesar ini disebut melintang dari Purwakarta, Cibatu-Bekasi, Tangerang, dan Rangkasbitung.

Jika ditarik garis lurus dari Cibatu ke Tangerang, sesar Baribis diprediksi melewati beberapa kecamatan di Jakarta.

Sebelum studi dilakukan oleh Achraff, bukti sejarah mencatat adanya gempa besar yang mengguncang Jakarta pada 5 Januari 1699 sekitar pukul 01.30 WIB.

Menurut catatan data gempa yang dibuat profesor geologi asal Jerman, Arthur Wichman, gempa besar di tahun itu merusak 40 bangunan, termasuk bangunan Hindia belanda yang kokoh, seperti Istana Daendels. 

Dalam diskusi berjatuk " Gempa Bumi Megathrust M 8,7: Siapkah Jakarta?" yang diadakan akhir Februari 2018, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut gempa itu diduga disebabkan oleh sesar Baribis yang melintasi Jakarta.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB) Sri Widiyantoro mengatakan, sesar Baribis masih menjadi perdebatan dan perlu dibuktikan dengan penelitian di lapangan.

"Memang ada studi yang mengindikasikan Sesar Baribis mengarah ke Jakarta. Kami dari tim nasional mencoba mencari bukti di lapangan. Di lapangan belum terlalu jelas," ungkap Widiyantoro.

Kepala Bidang Informasi gempa bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengungkap bahwa sesar Baribis diduga merentang dari Purwakarta, mengarah ke barat, tetapi tertimbun material sedimen.

"Dugaan itu harus kami buktikan dengan monitoring micro earthquake," katanya.

Meski demikian, ia menilai bahwa sumber gempa Jakarta tahun 1699 sangat dekat dengan Jakarta.

"Gempa 1699 itu sangat lokal. Hanya Jakarta saja yang rusak. Artinya, sumbernya ya dekat situ," ungkapnya. Masih misteri

Sependapat dengan Widiyantoro, Rovicky Dwi Putrohari yang juga ahli geologi dan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) mengatakan keberadaan patahan sesar Baribis masih dalam tahap dugaan.

"Adanya sesar Baribis ini dibuat dengan penelitian geodetik yang sangat bagus. Kemudian digabungkan dengan penelitian gempa-gempa masa lalu, termasuk gempa zaman kolonial. Tapi keberadaannya masih dalam tahap dugaan karena patahannya di bawah tanah yang sampai saat ini belum dapat dipastikan," ujarnya kepada Kompas.com saat dihubungi Rabu (3/10/2018).

Ia juga menganjurkan untuk diadakan penelitian lebih lanjut terkait sesar Baribis untuk mengetahui keberadaannya dengan lebih jelas.  

"Dan kemudian kalau dapat dipastikan keberadaannya dengan data-data yang lain, perlu dilihat apakah aktif atau tidak," imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved