Cerita Alumni Universitas Al Azhar, Pulang dari Kairo Kerja Serabutan Sampai Akhirnya Bikin Koperasi

Keyakinannya terhadap koperasi merupakan ekonomi berbasis kerakyatan. Yakni, dari anggota untuk anggota bisa saling menguntungkan semua pihak

Editor: Machmud Mubarok
Tribun Jabar/Ery Chandra
Ketua Koperasi Shakira Artha Mulia (SAM), Yusuf Saepulhaq seusai diwawancarai Tribun Jabar, di jalan Ciwangi, Kabupaten Purwakarta, Selasa (15/10/2019). 

Laporan wartawan Tribun, ery chandra

TRIBUNCIREBON.COM, PURWAKARTA- Seorang lelaki muda tampak duduk di ruang tengah Koperasi Shakira Artha Mulia (SAM) yang beralamat di jalan Ciwangi, Kabupaten Purwakarta.

Dia mengenakan seragam warna hitam bertuliskan "SAM". Selasa (15/101/2019) siang itu, Tribun Jabar belum melakukan janjian. Hanya berbekal informasi terdapat koperasi yang disebut pertama menerapkan financial technology (fintech) di Purwakarta.

Seusai mendorong pintu masuk, dia mempersilhkan masuk dan mengenalkan diri selaku Ketua Koperasi tersebut, Yusuf Saepulhaq. Dia bercerita sepenggal perjalanannya mendirikan koperasi tersebut.

Setelah kepulangannya ke tanah air dari menuntut ilmu di Kairo, Mesir pada 2011. Lelaki berusia 36 tahun ini pernah mengajar sebagai asisten dosen, lalu kerja di lembaga amil zakat, lembaga kursus, pengajian, travel umroh dan terakhir kerja di percetakan Shakira Grafika.

Ide mendirikan koperasi itu cikal bakalnya bermula saat menjadi karyawan Shakira Grafika. Mereka berpikir perlunya tabungan, membeli alat-alat elektronik, dan keperluan sehari-hari. Saat itu sudah berjalan sekitar empat tahun tanpa ada perizinan khusus.

"Daripada ke leasing ada riba mending ke syariah. 2017 akhir ada kumpul 21 orang merumuskan izin koperasi simpan pinjam koperasi syariah. Bulan Februari 2018 keluar izin," ujar Yusuf, di Koperasi SAM, Kabupaten Purwakarta, Selasa (15/10/2019).

Ahli Fengshui Ramal Cucu Presiden Jokowi 50 Tahun Lagi Bakal Jadi Pejabat Negara Hingga Negarawan

VIDEO MIYABI Alias Maria Ozawa Mantan Artis Film Panas Jepang, Lihat Perubahan Bentuk Tubuhnya

Yusuf mengatakan saat merintis koperasi yang bermodalkan awal sekitar Rp. 21 juta itu, dia mengerjakan sendiri. Dari mengurus surat-surat perizinan ke lapangan. Tetapi, idenya dibantu oleh pengawas koperasi sekarang. Bahkan, menjadi office boy hingga mengelola administrasi koperasi tersebut.

"Karena saat itu belum bisa menggaji pegawai. Alhamdulillah kini yang mengelola 9 orang," katanya.

Keyakinannya terhadap koperasi merupakan ekonomi berbasis kerakyatan. Yakni, dari anggota untuk anggota bisa saling menguntungkan semua pihak. Sehingga mampu membangun ekonomi berbasis rakyat.

"Kami melihat zaman sekarang teknologi makin canggih. Kalau kami mau maju beberapa langkah harus berbeda dari yang lain. Fintech ini memberikan kemudahan," ujar alumnus Tafsir-Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar Kairo 2004 itu.

Belum Juga Selesai, Warga Akui Sering Diganggu Mahluk Halus saat Proses Revitalisasi Tanggul Cimanuk

Menurutnya, koperasi SAM tidak bernaung di satu perusahaan. Tapi untuk seluruh masyarakat di Purwakarta. Mereka terus menarik simpati dan minat warga untuk menjadi anggota. Melalui cara layanan di koperasi itu seperti halnya di perbankan. Mulai dari membeli pulsa, tiket, menabung dan lainnya.

Terapkan Fintech Pertama 

Tantangan koperasi ke depan dinilai kian berat. Mulai dari lembaga keuangan modal besar dan kuat dari sisi teknologi informasi. Oleh karena itu, Koperasi Jasa Keuangan Syariah bernama Shakira Artha Mulia pun menerapkan financial technology (fintech).

Ketua Koperasi tersebut, Yusuf Saepulhaq (36) menyadari era industri 4.0 mesti menggunakan teknologi. Selama ini koperasi identik dengan pencatatan secara manual melalui laporan 16 buku, menulis tangan dan aplikasi excel.

"Kalau sudah menggunakan fintech menginput sudah benar, dalam waktu yang singkat hanya beberapa menit sudah menyajikan laporan akuntabel. Karena sistem melaporkan, sesuai laporan keuangan akuntansi," ujar Yusuf, di Jalan Ciwangi, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Selasa (15/10/2019).

Dia mengatakan sejak berdiri awal 2018 lalu mereka mengusung konsep Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Lantas menggunakan teknologi seperti halnya sistem perbankan dijadikan percontohan dalam jasa keuangan.

"Mulai dari transaksi, keamanan dan transparansi. Kami memakai teknologi untuk tabungan, server, program akuntansi seperti halnya di bank kami ada. Buku tabungan, cek saldo, koperasi mobile seperti bank," katanya.

Sepengetahuannya, di kabupaten purwakarta untuk koperasi serupa baru pertama kali yang menerapkan fintech. Karena perizinan hingga ke Kementerian Koperasi dan UKM cukup ketat.

"Baru-baru ini saya ikut pelatihan uji kompetensi di Kemenkop ada juga koperasi menerapakan teknologi. Seperti di Bogor, Bandung dan Cirebon. Tapi pakai program ussi," ujarnya seraya menyampaikan koperasi itu tercatat di Asosiasi Auliasoft Indonesia.

Ahli Fengshui Ramal Cucu Presiden Jokowi 50 Tahun Lagi Bakal Jadi Pejabat Negara Hingga Negarawan

Sukses dengan Film Dilan 1990 dan 1991, Bersiap Kalian Dilanisme, Film Milea Bakal Tayang Awal 2020

Meski begitu, Yusuf menuturkan fintech masih dibutuhkan pengembangan lebih lanjut. Mengingat tantangan jaringan internet yang terjadi di purwakarta kurang stabil. Sehingga dapat menganggu layanan koperasi yang kini tercatat memiliki 500 anggota tersebut.

"Ketika terjadi pemutusan internet kami yang online terjadi kerepotan. Karena tak bisa melihat transaksi," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved