Soal Penusukan Terhadap Menko Polhukam Wiranto, La Nyalla: Masa Settingan, Ususnya Dipotong 47 Cm
kondisi Wiranto mulai membaik. Berdasarkan keterangan keluarga, kata dia, Wiranto diperkirakan dapat pulang ke rumah sepekan ke depan.
TRIBUNCIREBON.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia La Nyalla Mattalitti menjenguk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto di RSPAD Jakarta Pusat pada Sabtu (12/10/2019).
Selesai menjenguk, La Nyalla memastikan kejadian yang menimpa Wiranto tidak direkayasa.
“Tapi saya menanggapi bahwa ada yang bilang kejadian ini settingan, saya yakin betul ini bukan settingan. Mana mungkin mau di settingan untuk ditikam, apalagi beliau ini kan penjabat tinggi,” ujar La Nyalla di RSPAD, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Menurut dia, Wiranto menjalani operasi pada ususnya. Usus Wiranto sepanjang 47 sentimeter harus dipotong.
“Saya tanya tadi hasil operasi itu 47 sentimeter usus dipotong baru disambung. Jadi masa settingan, mau korbankan diri kita,” kata La Nyalla.
Meski demikian, kata La Nyalla, kondisi Wiranto mulai membaik. Berdasarkan keterangan keluarga, kata dia, Wiranto diperkirakan dapat pulang ke rumah sepekan ke depan.
“Sekitar satu mingguanlah ya (bisa pulang) kita berdoa semoga beliau bisa cepat kembali ke tengah-tengah kita untuk membantu presiden,” ucap dia.
• FOTO Terbaru Sophia Latjuba Banjir Hujatan, Mantan Ariel Noah Dianggap Sengaja Pamerkan Belahan Dada
• Foto Candid Mulut Mangap Mulan Jameela Curi Perhatian, Rata-rata Memuji Kecantikan Istri Ahmad Dhani
Adapun Wiranto ditusuk saat tiba di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang usai menghadiri sebuah acara di Universitas Mathla'ul Anwar.
Menurut polisi, Wiranto menderita luka di tubuh bagian depan. Polisi mengamankan dua pelaku yang terdiri dari satu perempuan dan satu laki-laki. Keduanya berinisial SA dan FA. Polisi menyebut pelaku terpapar radikalisme ISIS dan tengah mendalami kaitannya dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara ( BIN ) Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan mengungkap motif penikaman terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Jenderal TNI AD (Purn) Wiranto.
Menkopolhukam Wiranto pun hingga saat ini masih dirawat secara intensif di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Seperti diketahui, Jendreal (Purn) Wiranto ditikam pada bagian perut di dekat pintu gerbang Lapangan Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) sekitar pukul 12.00 WIB.
Wiranto ditikam menggunakan senjata tajam oleh pasangan suami istri.
Tak hanya Wiranto, namun ada tiga orang lainnya yakni Kapolsek Menes, Kompol Daryanto, seorang tokoh masyarakat dan ajudan Danrem yang juga menjadi korban.
Pelaku laki-laki bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31) yang merupakan warga Jalan Alfaka VI No 104 Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan.
Sementara sang istri berinisial Fitri Andriana warga Gang Arjuna Barat, Dukuh Sitanggal I, Desa Sitanggal, RT 7 RW 2, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah.
Pasangan suami istri ini diketahui mengontrak di kawasan Bantenselama 7 bulan.
Keduanya pun saat ini sudah diamankan oleh polisi untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala BIN Budi Gunawan mengatakan, motif penikaman terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto oleh jaringan teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah untuk menunjukkan bahwa mereka masih eksis.
Budi G memastikan hal tersebut setelah pihaknya melakukan pemantauan secara intensif terhadap salah satu pelaku penyerangan, Abu Rara.
"Abu Rara sudah kami pantau beberapa kali mulai mengumpulkan pisau.
"Belum pada tahapan bom, tapi pola-pola seperti itu bisa juga dengan pisau senjata," ucap Kepala BIN Budi Gunawan di Gedung Paviliun RSPAD Gatot Subroto, Kamis (10/10/2019) mengutip Warta Kota.
Selain itu, Budi Gunawan meyakini bahwa jaringan Abu Rara turut menyertakan banyak kelompok teroris yang tersebar di Indonesia.
Pasalnya, pelaku kerap berpindah-pindah tempat tinggal serta terdapat kaitannya dengan jaringan teroris yang telah diamankan Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Bekasi, Jawa Barat pada, Senin (23/9/2019).
"Ini sudah pasti dari kelompok jaringan JAD, khususnya jaringan JAD Bekasi.
"Dan memang sel-sel seperti ini cukup banyak, sehingga kami mengimbau agar masyarakat tidak ikut dan memantau mengawasi sel-sel seperti ini," jelasnya.
Menurut Budi Gunawan, dari awal sudah disampaikan bahwa BIN sudah mendeteksi kelompok-kelompok JAD.
Termasuk penusuk Wiranto bernama Syahril Alamsyah atau Abu Rara.
Namun, JAD memiliki sistem sel yang masing-masing bergerak sendiri-sendiri.
Sistem inilah yang menjadi kendala aparat memantau keseluruhan pergerakan mereka.
"Karena mereka pergerakannya sistem sel. Sel itu kan titik kecil-kecil, orang per orang," ujar dia.
Budi Gunawan mengatakan, jaringan JAD banyak tumbuh di tengah masyarakat.
Untuk itu, dia berharap masyarakat ikut mengawasi perkembangan jaringan tersebut.
Kesaksian tetangga di Medan
Polisi langsung mendatangi kampung halaman Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31) di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan.
Polisi menggali informasi di kediaman kakak ipar Abu Rara Jalan Alfaka VI, Lingkungan V, Kamis (10/10/2019).
Awak media belum dipersilahkan masuk karena masih dalam proses pemeriksaan.
"Dulu dia memang tinggal di sini, tapi tahun 2016 dia pindah karena rumahnya terkena gusur pembangunan Tol Tanjung Mulia," kata warga sekitar Agus Salim (39) dikutip Surya.co.id dari Tribun Medan.
"Dia masih terdaftar di DPT, karena saya dulu pernah sebagai Ketua PPS.
Tapi memang dia tertutup dan saya tidak tahu pekerjanya apa," sambungnya.
Sementara itu, warga lainnya Ismawati (54) mengatakan bahwa dia memang lahir dan asli orang Medan.
"Kedua orangtuanya sudah meninggal. Dia enggak pernah aneh-aneh. Kadang dia suka belanja di gang depan sini," kata Ismawati.
"Memang dia tertutup orangnya. Saya pun terkejut, kok bisa dia begitu (tusuk Wiranto) ya," jelas Ismawati.
Melansir kompas.com, Syahril Alamsyah dan Fitri tinggal di rumah kontrakan di Kampung Sawah Desa Menes, Pandeglang.
Ngontrak di Banten
Ketua RT Kampung Sawah, dekat Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Mulyadi, mengatakan, keduanya tinggal di sebuah kontrakan petak yang disewa sejak Februari 2019.
"Mulai ngontrak kira-kira Februari, sudah sekitar 7 bulanlah, pertama masuk dia yang laki-laki bernama Syahril Alamsyah sama anaknya perempuan umur sekitar 13 tahun," kata Mulyadi, kepada Kompas.com, di Kampung Sawah, Desa Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Kamis (10/10/2019).
Kepada Mulyadi, Syahril mengaku berbisnis online berbagai macam barang, mulai dari madu, pakaian anak-anak, pulsa dan travel.
Saat pertama masuk ke kontrakan di Kampung Sawah, kata Mulyadi, Syahril tidak membawa istri.
Namun tiga bulan lalu, sekitar bulan Agustus, dia meminta izin akan menikah di Bogor.
"Dia minta izin menikah di Bogor, pas balik lagi ke sini sudah bawa istri, bercadar, sekitar 19-20 tahunan," kata Mulyadi.
Mulyadi mengaku, tidak menaruh curiga apapun terhadap keluarga Syahril.
Sebagai Ketua RT, dia hanya menjalankan tugasnya saja seperti menanyakan identitas dan pekerjaan sehari-hari.
"Makanya saya kaget pas tahu mereka pelakunya, enggak nyangka," kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jenguk Wiranto, La Nyalla: Mana Mungkin "Settingan", Ususnya Dioperasi 47 Cm", https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/12/17323581/jenguk-wiranto-la-nyalla-mana-mungkin-settingan-ususnya-dioperasi-47-cm.
Penulis : Cynthia Lova
Editor : Icha Rastika
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/cirebon/foto/bank/originals/menteri-politik-hukum-dan-keamanan-menko-polhukam-wiranto-nyaris-terbunuh-12345.jpg)