Kebakarah Hutan dan Lahan

Helikopter Water Bombing Baru Datang Rabu Sore, Api Masih Menyala di Puncak Mega dan Kawah Putih

Tim gabungan masih berupaya semaksimal mungkin agar api tidak semakin meluas dengan cara manual.

Editor: Machmud Mubarok
Tribun Jabar/Mumu Mujahidin
Sekitar 10 hektare lahan kawasan wisata Kawah Putih Ciwidey terbakar, Senin (7/10/2019) sore. Sampai Selasa (8/10/2019) api masih berkobar. 

Laporan Wartawan Tribun, Mumu Mujahidin

TRIBUNCIREBON.COM, RANCABALI - Helikopter Water Bombing yang akan digunakan dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kawah Putih dan Malabar baru akan tiba di Lanud Sulaiman sekitar pukul 16.00 WIB, Rabu (9/10/2019).

Heli Water Bombing ini merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepala Adm KPH Bandung Selatan Tony Sumarto di kawasan objek wisata Kawah Putih menuturkan hingga saat ini Karhutla masih terjadi di Petak 31A Puncak Mega Malabar.

Tim gabungan masih berupaya semaksimal mungkin agar api tidak semakin meluas dengan cara manual.

"Alhamdulillah sudah ada info dari BNPB, Water Bombing akan segera diturunkan. Ini kami masih menunggu untuk rapat teknis pemadamannya seperti apa," ujarnya di Kawah Putih tadi siang.

Tedy menuturkan berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Water Bombing rencananya akan landing di Husein Sastranegara Bandung sekitar pukul 16.00 WIB.

"Info sementara helikopter tiba di Husein sekitar jam 4 karena perjalanan dari Pekanbaru. Nanti transit di Lanud Sulaeman menuju pemadaman di Kawah Putih lanjut ke Malabar," katanya.

Tedy menambahkan untuk luas area terdampak Karhutla di Petak 31A Puncak Mega Malabar belum bertambah masih sekitar 26 hektar. Namun karena posisi titik api berada di tepi jurang yang cukup curam sehingga akses dan upaya pemadaman terhambat.

"Luas tidak bertambah masih di 26 Ha, tapi karena posisi di tepi jurang maka kita perlu melokalisir supaya tidak meluas. Posko dan kekuatan tim anggota gabungan dan lainnya masih bersiaga di lokasi," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, kebakaran lahan gambut yang terjadi di Gunung Malabar, Kecamatan Arjasari merambat ke Gunung Puntang, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Minggu (6/10/219) malam.

"Iya tepatnya tadi malam sekitar pukul 10 malam. Puncak Mega di Gunung Puntang terbakar, api berasal dari Arjasari, Gunung Malabar," kata Kapolsek Cimaung Iptu Joko Prihatin melalui telepon seluler, Senin (7/10/2019).

Menurutnya, lahan yang terbakar itu berupa lahan gambut di Puncak Mega. Lahan tersebut terbakar karena api dari Gunung Malabar tertiup menjalar ke arah Gunung Puntang.

"Tim gabungan sekitar 40 orang sudah naik untuk melakukan pemadaman sejak semalam. Rencananya hari ini juga akan menaikkan tim," tuturnya.

Pihaknya menyebutkan, petugas cukup kesulitan dalam melakukan pemadaman karena posisi api berada di tebing. Selain itu medan cukup curam jadi sulit melakukan pemadaman.

"Hari ini kami masih melakukan pemadaman, semoga api cepat padam. Untuk penyebab kebakaran kami belum dapat menyimpulkan karena apa, karena api berasal dari Gunung Malabar," ujarnya.

Kawasan Hutan Kawah Putih Terbakar, Pengelola Tutup Objek Wisata Kawah Putih

Di tempat terpisah, Administratur KPH Perhutani Bandung Selatan, Tedy Sumarto mengatakan bahwa proses pemadaman kebakaran di Gunung Malabar terus dilakukan.

"Topografi lokasi kebakaran menyulitkan pemadaman sehingga pemadakan dilakukan manual. Pemadaman dilanjutkan sejak pagi hari ini,"ujar Tedy via ponselnya, Senin (7/10).

‎Ia mengatakan, kebakaran lahan itu terjadi di sekitar salah satu puncak di Gunung Malabar yang bisa diakses dari Bumi Perkemahan Gunung Puntang. Lokasi kebakaran berada di lereng-lereng tebing.

"Karena medan yang terjal, maka pemadaman dilakukan dengan membuat parit diatas Puncak Gunung. Yang terbakar berupa alang-alang dan sebagian pohon Kaliandra," ujar Tedy.

Sejumlah petugas dan relawan berupaya memadamkan api yang membakar lahan dan hutan di kaki Gunung Malabar, Sabtu (5/10/2019).
Sejumlah petugas dan relawan berupaya memadamkan api yang membakar lahan dan hutan di kaki Gunung Malabar, Sabtu (5/10/2019). (Istimewa)

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung, Enjang Wahyudin menambahkan, lokasi kebakaran berada di dekat lokasi Puncak Mega di atas Gunung Puntang.

Puncak Mega ini merupakan spot favorit tujuan pendakian yang bisa diakses dari Gunung Puntang di Kecamatan Cimaung dan dari Leuweung Tiis, Kecamatan Arjasari.

"Luas yang terbakar sekitar 10 hektare berada di sekitar Puncak Mega. Sampai hari ini pemadaman terus berlangsung," ujar dia.

Tim Gabungan Berjibaku

 Tim gabungan Perhutani, TNI, Polri, Pemkab Bandung, masyarakat hutan, dan komunitas pecinta alam masih berjibaku memadamkan api yang masih menyala di lahan hutan Objek Wisata Kawah Putih, Rancabali, Kabupaten Bandung, Selasa (8/10/2019).

General Manager KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri) Wisata Ecotourism Perhutani Unit III Jabar dan Banten Wismo Tri Kencono menuturkan sejak semalam api sudah berhasil dikendalikan di lokasi Sunan Ibu, namun api terus merembet ke lokasi Sunan Rama.

"Saat ini hasil koordinasi kami dengan Kapolres, Dandim, Perhutani, BPBD, Damkar. Tim kembali berangkat untuk menempati posnya masing-masing. Jadi kami akan mencoba mengendalikan api yang mengarah ke posisi Sunan Rama dan Cipanganten," tuturnya.

Titik api di Gunung Malabar yang berada di medan curam sehingga sulit dijangkau petugas.
Titik api di Gunung Malabar yang berada di medan curam sehingga sulit dijangkau petugas. ((Dok. Perhutani Jabar Banten))

Menurutnya peristiwa kebakaran ini terjadi Senin (7/10/2019) sore sekitar pukul 14.00 WIB. Dan hingga saat ini api masih menyala di titik Sunan Rama.

"Api masih ada, tapi relatif sudah bisa dikendalikan terutama yang ke arah Sunan ibu. Luas lahan yang sudah terbakar kemarin malam itu kurang lebih 10 hektaran," ungkapnya.

Sejumlah petugas dan relawan berupaya memadamkan api yang membakar lahan dan hutan di kaki Gunung Malabar, Sabtu (5/10/2019). (Istimewa)
Sejak semalam tim gabungan sudah menurunkan 10 tim dengan jumlah personil 280 hingga 300 orang. Pemadaman api masih dilakukan dengan cara manual, dengan pembuatan ilaran (semak bakar).

"Kendalanya medan masih berat sehingga Damkar tidak bisa maksimal. Dan kami sudah meminta bantuan tapi ada tim yang sifatnya konvensional untuk pemadaman api dengan cara manual," katanya. (mud)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved