Kisah Perjuangan RI
Proklamasi di Cirebon Jadi Cikal Bakal Kemerdekaan RI yang Diproklamirkan Soekarno - Hatta
berdasarkan catatan sejarah lain, alasan lain Sjahrir menunjuk Soedarsono membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI di Cirebon karena tidak ingin menunggu
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Wartawan TribunCirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNCIREBOn.COM - Pada 15 Agustus 1945, para pejuang yang dipimpin dr Soedarsono membacakan proklamasi kemerdekaan RI di Alun-alun Kejaksan, Jl Kartini, Kota Cirebon.
Ya, kemerdekaan RI ternyata diproklamirkan pertama kali di Kota Udang.
Dua hari sebelum naskah proklamasi kemerdekaan RI dibacakan Soekarno - Hatta.
Diketahui dr Soedarsono membacakan proklamasi di Cirebon karena perintah dari Sutan Sjahrir.
• Pemeran Cewek di Video Porno Vina Garut Dibayar Rp 500 Ribu Sekali Melayani Pria Hidung Belang
• V dan A Ditetapkan Jadi Tersangka Video Vina Garut, Pelaku Sadar Saat Direkam Beraksi di Ranjang
Budayawan Cirebon, Nurdin M Noor, menyebut pembacaan proklamasi di Cirebon merupakan cikal bakal kemerdekaan RI yang dibacakan Soekarno - Hatta.
"Sebab, setelah pembacaan proklamasi di Cirebon, Soekarno dan M Hatta diculik kemudian dibawa ke Rengasdengklok," kata Nurdin M Noor saat ditemui di kediamannya di kawasan Perumnas, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Kamis (15/8/2019).
• Aurel Hermansyah Pakai Baju Terbuka, Pamer Pose Panas, Jari Ditempel di Bibir, Mata Sambil Terpejam
• 10 FAKTA Video Panas Vina Garut, Dari Video Diperjualbelikan Secara Online Hingga Identitas Pelaku
Selanjutnya Soekarno - Hatta pun membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945.
Selain itu, menurut Nurdin, suasana menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI di Cirebon haru dan banyak tekanan.

Dikarenakan para pejuang merasa khawatir ada serangan mendadak dari penjajah Jepang.
Nurdin juga menjelaskan, berdasarkan catatan sejarah lain, alasan lain Sjahrir menunjuk Soedarsono membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI di Cirebon karena tidak ingin menunggu lama.
"Kalau terlalu lama, khawatir tidak dianggap oleh dunia," ujar Nurdin M Noer. (*)