Sepatu Sudah Robek, Mau Ganti Baru Kata Nenek Disuruh Sabar Dulu

Itulah potret yang dialami oleh ratusan bocah yatim-piatu dan kurang mampu di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Editor: Machmud Mubarok
KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH
Sepatu baru yang membuat para anak yatim-piatu dan kurang mampu di Lamongan, Jawa Timur, tersenyum. 

TRIBUNCIREBON.COM - Bagi banyak orang, bergonta-ganti sepatu baru merupakan hal lumrah dalam kehidupan sehari-hari guna mengikuti tren yang tengah berkembang dan digandrungi saat ini.

Namun banyak juga orang terkadang tidak cukup beruntung, bahkan untuk bisa mencukupi fasilitas sekolah layaknya sepatu.

Mereka baru akan menggantinya bila benar-benar rusak, atau malah tetap menggunakan sepatu yang telah rusak ke sekolah, lantaran memang tidak mampu untuk membeli sepasang sepatu baru.

Mahasiswa Ini Tergila-gila pada Dosen Cantik, tapi Bu Dosen Sudah Menikah, Suaminya Anggota TNI AU

Reaksi Dosen Cantik Istri Perwira TNI AU Saat Ditembak Mahasiswanya: Mau Marah tapi Aku Kasihan

Itulah potret yang dialami oleh ratusan bocah yatim-piatu dan kurang mampu di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Kondisi ini membuat anggota komunitas berbagi dengan ikhlas (Berkas) yang dipimpin Aipda Purnomo merasa tersentuh untuk dapat berbagi dengan memberikan bantuan berupa sepatu baru kepada mereka.

"Senang, akhirnya dapat sepatu baru. Sebab sepatu saya ini sudah kekecilan, nggak muat lagi. Sudah tiga tahun nggak ganti, bapak enggak punya uang," ujar Faisal Ramadani, siswa kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hidayah, Mangkujajar, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan, yang mendapat bantuan sepatu baru dari Komunitas Berkas, Kamis (8/8/2019).

Faisal mengaku sudah memberitahu bapaknya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, sekaligus meminta untuk bisa dibelikan sepatu baru untuk belajar di sekolahan.

Namun, permintaan itu belum juga dikabulkan, hingga kemudian ia bertemu dengan salah seorang anggota dari Komunitas Berkas dan diberitahu jika ada pembagian sepatu gratis.

"Bapak memang sudah janji, tapi disuruh sabar. Kalau punya duit baru akan dibelikan. Tapi Alhamdulillah, kemarin ketemu sama orang Berkas, ditanya dan kemudian didata untuk diberi sepatu baru," ucap dia.

Akad Nikah Gagal, Yusuf Sudah Impikan Wanita Muda Berjilbab Jadi Istrinya, Ternyata Nenek-nenek

Jokowi Diuji Kesabarannya, Baru Dibuat Jengkel PLN, Kini Geram pada Jenderal TNI-Polri, Kenapa?

Senada, Aurel Putri yang masih duduk di bangku kelas 5 MI Raudhatul Tolibin, Warukulon, Kecamatan Pucuk, Lamongan mengatakan, keluarganya memang belum bisa membelikan sepatu baru karena masih banyak kebutuhan sehari-hari yang lebih mendesak, yang lebih patut didahulukan untuk dipenuhi.

"Bapak dan ibu sudah meninggal, sekarang saya ikut nenek. Sepatu sudah robek, mau ganti baru kata nenek disuruh sabar dulu," kata Aurel.

Sedangkan Aulia Nur Fida yang kini duduk di bangku kelas 4 MI Raudhatul Tolibin, Warukulon, Kecamatan Pucuk, Lamongan mengaku, dirinya sudah menjadi yatim sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK).

"Bapak meninggal pas saya masih TK B, jadi sekarang ibu yang cari nafkah buat saya dan kakak. Nggak enak kalau minta beli sepatu baru, takut ibu kepikiran," tutur Aulia.

Sementara itu, Aipda Purnomo selaku ketua Komunitas Berkas mengatakan, pemberian santunan kepada anak yatim-piatu dan kurang mampu memang menjadi titik fokus komunitasnya yang memang bergerak di bidang sosial.

"Sebelumnya kami banyak memberikan bantuan berupa uang tunai. Namun setelah kami diskusi bareng anggota lain, maka kemudian kami putuskan untuk tidak hanya membantu dengan uang tunai tapi juga barang-barang yang bermanfaat sebagai penunjang sarana belajar-mengajar si anak," kata Purnomo.

Dirikan rumah singgah

Selain pembagian sebanyak 160 pasang sepatu kepada anak yatim-piatu dan kurang mampu, Komunitas Berkas pimpinan Aipda Purnomo juga meresmikan rumah singgah di Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Lamongan, Kamis (8/8/2019).

Bangunan seluas 9x5 meter ini, bakal difungsikan sebagaimana layaknya 'panti asuhan mini' yang menampung anak yatim-piatu dan kurang mampu, yang tak lagi memiliki tempat tinggal.

"Untuk kapasitas, saya kira bisa menampung sampai 25-an anak. Tapi sekarang baru ada sekitar 21 anak yang sudah memastikan bakal tinggal," ujar Purnomo. 

Kisah Jodi, Bocah yang Bersekolah Pakai Baju Kotor, Kaget Ketika Disuapi Makan Ayam: Ini Apa? Enak

Jodi Baru Pertama Kali Makan Daging Ayam, Terungkap Saat Disuapi Ibu Guru: Bu Guru Ini Apa? Enak

Tak lupa, Purnomo dan para anggota Komunitas Berkas tetap menitikberatkan kepada pendidikan bagi anak yatim-piatu dan kurang mampu tersebut selama menghuni rumah singgah yang mereka dirikan.

"Untuk sekolahnya, kami sudah jalin kerja sama dengan beberapa sekolah di dekat sini, mulai TK, SD, hingga SMA, supaya mereka bisa tetap sekolah. Selain itu, kami juga akan didik mereka dengan ajaran agama supaya tidak terjerumus dalam hal-hal negatif," ucap dia.

Anak yatim-piatu dan kurang mampu yang akan tinggal di rumah singgah nantinya, juga bakal dirawat dan diasuh oleh anggota Berkas. Termasuk, mengenai kecukupan mereka untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

"Alhamdulillah sumbangan dari anggota Berkas sudah mulai rutin berjalan, para donatur juga semakin banyak pula yang ingin menyumbang. Sedang saya pribadi, selain menyisihkan uang dari gaji, juga ada usaha sampingan dari jualan pohon bidara untuk membantu mereka," kata dia.

Kisah KH Maimun Zubair Didatangi Rasulullah SAW dalam Mimpi Titip Dzurriyahnya Mondok

10 Fakta KH Maimun Zubair, Dari Pernah Mimpi Bertemu Rasullullah SAW Hingga Tahu Kapan Dirinya Wafat

Purnomo mengaku, sumbangan dari anggota, donatur, serta hasil jualan pohon bidara itulah yang kemudian dikelola untuk memberikan bantuan bagi mereka yang membutuhkan.

Selain untuk membelikan sepatu baru anak yatim-piatu dan kurang mampu, anggota Berkas juga kerap melakukan aktivitas sosial lain, seperti bagi-bagi nasi bungkus setiap Jumat kepada yang kurang mampu serta membantu mereka yang tertimpa musibah.

Purnomo juga berharap, apa yang dilakukan oleh pihaknya dapat membantu meringankan beban bagi mereka yang membutuhkan. Sekaligus, menjadi role model bagi berdirinya komunitas-komunitas sosial baru di Lamongan dan sekitarnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Sudah Tiga Tahun Sepatu Saya Tidak Ganti, Bapak Tak Punya Uang"", https://regional.kompas.com/read/2019/08/09/17005481/sudah-tiga-tahun-sepatu-saya-tidak-ganti-bapak-tak-punya-uang?page=all.
Penulis : Kontributor Gresik, Hamzah Arfah
Editor : Khairina

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved