22 Adegan Diperagakan Sopir Pembunuh Gadis Cantik IPB di Dua Lokasi, Pihak Keluarga Lihat Langsung

Ada 22 adegan yang diperagakan pelaku RH saat menghabisi nyawa Amelia. Rekonstruksi dilakukan di dua titik

Tribun Jabar/Ferri Amiril
Sopir pembunuh gadis cantik IPB lakukan 22 reka adegan 

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Pihak kepolisian Polresta Sukabumi Kota menggelar reka adegan pembunuhan gadis cantik lulusan IPB Amelia Ulfa Supandi (22) di Sukaraja, Sukabumi, Jumat (9/8/2019) pagi.

Ada 22 adegan yang diperagakan pelaku RH saat menghabisi nyawa Amelia. Rekonstruksi dilakukan di dua titik yakni di Sukaraja dan tempat pembuangan di Sarasa, Cibeureum.

Kapolresta Sukabumi, AKBP Susatyo Purnomo Condro, mengatakan, jajaran Polres Sukabumi Kota melaksanakan rekonstruksi 22 adegan di mana tujuannya adalah untuk mencocokkan dan melihat penyesuaian berbagai alat bukti dan keterangan saksi termasuk hasil autopsi.

"Kami adakan reka adegan di lokasi yang menjadi tempat perbuatan pelaku menghabisi dan melakukan asusila, lalu TKP kedua tersangka membuang jasad korban," ujar Susatyo.

Ia mengatakan, pada reka adegan pihak keluarga melihat langsung rangkaian perbuatan tersangka melakukan pembunuhan.

"Kami berharap rangkaian penyidikan menguatkan persidangan. Perbuatan rangkaian masih tetap pelaku tunggal jadi kami harus menguatkan alat bukti," katanya.

Sebelumnya, sempat diberitakan gadis cantik lulusan D3 IPB jurusan Teknologi Industri Benih, Amelia Nurul Supandi (22), ditemukan tewas mengenaskan di Kampung Sarasa, Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi, Senin (22/7/2019).

Warga Kaget Temukan Tas Amelia di Gekbrong, Sepatu Putih dalam Tas Bernoda Darah

Begini Kronologi Lengkap Pembunuhan Gadis Cantik Lulusan IPB, Dibekap, Diperkosa, dan Dicekik

TEKA-TEKI Pembunuhan Gadis Cantik Lulusan D3 IPB Terkuak, Pelakunya Sopir Angkot, Tak Saling Kenal

Melawan Polisi Saat Ditangkap di Cianjur, Pembunuh Gadis Cantik Lulusan IPB Ditembak di Kaki Kiri

Jenazahnya ditemukan di pinggir sawah dalam kondisi setengah tak berbusana. Amelia diidentifikasi sebagai warga Cianjur yang tinggal di Gang Mulus Tornado Jalan Prof Moch Yamin RT 02/09, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur.

Jenazahnya langsung dibawa ke Cianjur setelah diautopsi oleh pihak kepolisian Sukabumi. Jenazah tiba tengah malam dan langsung disambut Isak tangis oleh keluarga.

Ditemui selesai melakukan acara pemakaman, duka mendalam masih terlihat dirasakan oleh orangtua Amelia. Ayah Amelia, Enang Supandi (52), mengatakan, terakhir anaknya pamit untuk berangkat ke Bogor pada Sabtu (20/7/2019) menjelang Asar.

"Ia berangkat menjelang Asar, dan pamit akan salat di masjid sekitar Panembong di mana ada angkutan umum L300 yang biasa ia naik menuju Bogor," kata Enang ditemui di rumah duka, Selasa (23/7/2019) siang.

Enang mengatakan, anaknya tersebut minta izin untuk mengambil persyaratan melanjutkan kuliah ke jenjang sarjana di Bogor.

"Ia pamit pergi ke Bogor untuk mengambil persyaratan di kampus sebelumnya, ia ingin melanjutkan kuliah menjadi sarjana," kata Enang.

Ia mengatakan anaknya berniat akan kuliah di universitas Juanda, karena di kampus tersebut terdapat program yang sama.

"Sabtu kemarin ia berangkat setelah makan berangkat menuju perempatan Harimart naik angkutan umum mau naik angkutan menuju Bogor dari Panembong," kata Enang.

Enang mengatakan, ia menginap di rumah temannya pada Sabtu malam. Pada hari Minggu, kata Enang, anaknya mengabarkan akan pulang. Ia sempat berpesan agar anaknya tak pulang terlalu malam.

"Malam Senin mengabarkan mau pulang, sempat dichat jangan pulang malam-malam, ia mengabarkan lagi makan di warteg bersama temannya, lalu sekitar pukul setengah tujuh temannya mengantar sampai ke Botanic Square, dari situ anak saya sempat mengabarkan lagi naik angkutan ke Ciawi," kata Enang.

Setelah dari Ciawi, kata Enang, ia kehilangan kontak dengan anaknya. Hal itu yang menjadi misteri baginya. Ia perkirakan kehilangan kontak dengan anaknya pukul 20.00 WIB.

"Di Ciawi yang menjadi misteri bagi saya hingga saya kehilangan kontak dengannya," kata Enang.

Hingga larut malam Enang diselimuti kecemasan, pasalnya anaknya selalu mengabari kemana pun ia pergi. Pagi harinya, Enang laporan ke Polres Cianjur. Langkah tersebut ia ambil karena tak kunjung mendapat kabar dari anaknya.

"Baru sampai rumah, lalu datang polisi dari Sukabumi mengkonfirmasi, katanya menemukan korban pembunuhan dilihat dari sidik jari, namanya sama dengan anak saya, saya langsung lemas," kata Enang.

Enang mengatakan, setelah lulus dari D3 IPB anaknya saat ini bekerja di pabrik Pou Yuen sambil menunggu pendaftaran program sarjana di Juanda. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved