Ternyata Makam Terbengkalai di Lemah Abang Milik Kapiten Tionghoa Gouw Pie Sa
Makam Tionghoa kuno yang terbengkalai di Kabupaten Indramayu diduga milik seorang Kapiten Tionghoa bermarga Khouw
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Muhamad Nandri Prilatama
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Makam Tionghoa kuno yang terbengkalai di Kabupaten Indramayu diduga milik seorang Kapiten Tionghoa bermarga Khouw
• Makam Kuno Kapitan Tionghoa Ditemukan Terbengkalai di Indramayu, Begini Kondisinya
• LINK LIVE STREAMING Borneo FC vs PSS Sleman dan Barito Putera vs Persib Bandung
dengan istri bermarga Go', mereka meninggal sekitar tahun 1775.
Makam tersebut berlokasi di samping kiri atau sisi selatan belakang rumah warga bekas bangunan Pabrik Penggilingan Padi era Hindia Belanda (Rijstpellerij) di Blok Sekober, Lemah Abang, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Dedy Mushasi menyampaikan, berdasarkan keterangan dari penunggu pabrik, Kapiten Tionghoa ini dikenal dengan sebutan Gouw Pie Sa.
"Catatan tentang Opsir Tionghoa bermarga Khouw ini memang belum jelas kepastiannya," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Minggu (4/8/2019).
Namun, jika merujuk pada catatan harian (daghregister) kasteel Batavia tahun 1670-1682 membenarkan adanya jejak tokoh Tionghoa di Kawasan Indramayu-Cimanuk.
Pada Tahun 1678 yang menjadi Syahbandar Indramayu (Pelabuhan Cimanuk) adalah Tokoh bergelar "Wangsaperdana atau Angapradana" beliau dituliskan sebagai seorang Tionghoa Muslim.
Masih dalam catatan tersebut, pada tahun 1678 tertulis yang menjadi Gubernur (Kepala Kawasan/daerah) Indramayu kala itu adalah Kiai Ngabehi Wiralodra dibawah kekuasaan pemerintah Pusat Susuhunan Mangkurat Senapati Ingalaga Kartasura, Mataram.
Kemudian ditahun 1682 digantikan oleh Putranya yaitu Ngabehi Wirapati alias Kiai Ngabehi Wiralodra (II).
Ngabehi Wirapati dalam teks Daghregister sering ditambahkan kata "Javaan" sebagai penegas beliau adalah Pemuda Jawa tulen, sedangkan Angapradana biasanya didahului Kata "Chinessen" untuk menegaskan beliau adalah Seorang Tionghoa.
Kiai Ngabehi Wiralodra memiliki saudara, yaitu Broeder yang bergelar "Martapraya" dimana pada era kekuasaan Indramayu digantikan oleh Kiai Ngabehi Wirapati (Catatan Daftar tahun 1686).
Sedangkan nama Martapraya adalah sebutan bagi Kepala Desa "Chinaan/Pecinan". Sama halnya seperti gelar lainnya, yaitu "Imbassara" untuk Kepala Desa Penganjang, "Anganala" untuk Kepala Desa pabean dan "Angasara" untuk Kepala Desa Bangkir.
Menurutnya, jika Tokoh Kapiten Tionghoa bermarga Khouw ini dikuburkan pada tahun 1775 maka dapat diartikan beliau hidup di masa saat atau setelah era Gubernur Wirapati (Wiralodra II).
Atau dapat diartikan pula semasa hidupnya beliau juga melewati peristiwa Geger Pecina dan merasakan kebijakan penempatan Kampung Pecinaan dan Arab di wilayah pesisi pantai utara.