Gunung Tangkubanparahu Meletus
Mbah Surono Tak Takut Letusan Gunung Tangkubanparahu, Justru Hal Ini Yang Dikhawatirkannya
Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung. Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi
Meski begitu, letusan freatik pun masih bisa membahayakan orang di sekitarnya. "Orang tidak akan mati terkena letusan freatik, kecuali kalau dekat sekali," kata Surono.
"Namun demikian, wisata untuk Tangkuban Perahu itu terlalu dekat dengan titik letusan, kawah ratu," imbuhnya menyayangkan.
Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri.
"Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono.
"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya.
Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat. Ketika itu terjadi, hal paling buruk adalah masalah kecelakaan. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Surono terhadap erupsi mendadak Tangkuban Parahu.
"Sekarang yang bisa dipertanyakan, berapa jumlah pengelola wisata dan berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan," kata Surono. "Jadi, ini rasio jumlah pengunjung atau wisatawan yang harus diperhitungkan dengan letusan yang tiba-tiba seperti hari ini," tegasnya.
Imbauan Pemerintah
Pemerintah telah menutup Kawasan Wisata Gunung Tangkubanparahu pascaerupsi pada Jumat (26/7/2019), pukul 15.48 WIB. Berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), jatuhan abu vulkanik mencapai radius dua kilometer.
Plh. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, menyatakan distribusi abu ini teramati Di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat mendapatkan informasi bahwa abu mengarah ke Kecamatan Cisarua.
Pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu, katanya, Badan Geologi mengeluakan peringatan bahaya bagi pesawat yang melintas di sekitar wilayah gunung atau Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA).
"Notifikasi VONA berwarna oranye mengindikasikan lontaran abu masih berada di bawah 1.000 kaki. Level ini dapat membahayakan penerbangan. VONA juga menyebutkan distribusi abu vulkanik mengarah ke timur laut dan selatan," kata Agus.
Terkait dengan fenomena erupsi ini, PVMBG sedang mengevaluasi status Gunung Tangkubanparahu yang berada pada level I (Normal). Pada status ini, PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pengunjung, wisatawan, dan pendaki, tidak diperbolehkan turun mendekati dasar kawah Ratu dan Kawah Upas.
Mereka pun tidak boleh menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkubanparahu, serta ketika cuaca mendung dan hujan disebabkan terdapatnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan kehidupan manusia.
"Masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas," katanya.