Buruh Bangunan Bisa Sekolahkan Anaknya Hingga Masuk Teknik Nuklir di UGM, Sempat Bekerja Tak Dibayar

Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Walau dirinya sendiri hanya memiliki pendidikan

DOKUMENTASI UGM
Kisah inspirasi. Meskipun pekerjaannya sebagai buruh bangunan, dia mampu buktikan anaknya bisa menggapai impian kuliah di UGM. 

TRIBUNCIREBON.COM - Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Walau dirinya sendiri hanya memiliki pendidikan seadanya, seperti lulusan SD atau SMP atau bahkan tak menyelesaikan sekolah, mereka tetap ingin anak mereka meraih pendidikan yang lebih baik.

Berikut ini adalah kisah nyata yang bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua.

“Kaya tidak percaya bisa sampai seperti ini. Saya yang buruh bangunan dan hanya lulusan SMP akhirnya bisa melihat Eko masuk kuliah,” ungkap Amnidi (53) saat mendapat kabar putra sulungnya Rakhmat Eko Saputro (18) diterima kuliah di Prodi Teknik Nuklir Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Amnidi dan istri, Ermida (46 tahun) tidak pernah menyangka anaknya dapat mencapai pendidikan hingga perguruan tinggi melalui beasiswa prestasi Bidikmisi. Amnidi menuturkan, menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi bukanlah hal mudah di tengah keterbatasan perekonomian keluarga.

Tuhan tidak tidur

Penghasilannya dari bekerja sebagai buruh bangunan sekitar Rp 3 juta per bulan sangatlah pas-pasan untuk menghidupi istri dan dua puteranya.

“Jadi, buruh bangunan kerjanya tidak tentu, tergantung proyek. Kalau ada proyek ya kerja, kalau tidak ada di rumah,” kata Amnidi seperti dikutip dari laman resmi UGM.

Bahkan, Amnidi pernah merasakan kerja namun tidak dibayar. Kerja keras yang diniatkan untuk menghidupi keluarga kecilnya itu serasa tidak berguna.

“Pernah ikut proyek tapi mandornya kabur. Jadinya uang tidak keluar dan tidak ada bayaran. Risiko kerja ikut orang seperti itu,” katanya.

Amnidi berkisah, dirinya pernah menganggur hingga dua bulan lamanya. Sementara saat itu dia harus membiayai anak bungsunya yang akan masuk SMP. Momen itu menjadi masa berat baginya.

Namun, Tuhan tidak pernah tidur, selalu ada jalan yang dibukakan bagi para hamba-Nya yang selalu berusaha.

Raih prestasi nasional

Di tengah kondisi serba sulit, Eko berhasil meraih juara pertama tingkat Provinsi Kepulauan Riau dalam Olimpiade Astronomi 2018 dan menjadi wakil untuk berlaga di tingkat nasional. Prestasi itu membawa kebanggaan bagi keluarga dan daerahnya.

“Menang lomba Eko dapat uang saku. Itu digunakannya untuk membantu membiayai keperluan adiknya masuk SMP,” ucapnya menahan haru.

SBMPTN 2019, Universitas Padjadjaran Terima 3.277 Calon Mahasiswa Baru, Ini Rincian Kuotanya

Ini 5 Perguruan Tinggi Negeri yang Paling Diminati Saat SBMPTN 2019, Kampus Pilihan Kamu Termasuk?

Amnidi menuturkan, Eko merupakan anak berprestasi di sekolah. Saat SD selalu berada di peringkat 1 dan SMP serta SMA masuk 3 besar di kelas. Selain itu juga, dia kerap mengikuti perlombaan yang diadakan berbagai institusi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved