Libur Lebaran 1440 H
Pendapatan Pedagang Pinggir Jalan di Jalur Pantura Menyusut di Arus Mudik Lebaran Tahun Ini
Pendapatan para pedagang di sejumlah ruas Jalur Pantura Kabupaten Indramayu menyusut hingga 70 persen di arus mudik lebaran 2019.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Pendapatan para pedagang di sejumlah ruas Jalur Pantura Kabupaten Indramayu menyusut hingga 70 persen di arus mudik lebaran 2019.
Menurut pengakuan salah seorang pedagang pecel lele sekaligus warung kopi di ruas Jalan Jatibarang-Palimanan, Udin Saripudin mengatakan, hanya mendapat untung sedikit pada arus mudik tahun ini.
"Tidak tentu pendapatan sekarang itu, sehari paling cuma berapa ratus ribu, antara Rp 500 ribu- Rp 1 juta, tapi itu kotornya," ucap Udin Saripudin saat ditemui Tribuncirebon.com, Kamis (6/6/2019).
Lebih lanjut dirinya menuturkan, untuk modal saja bisa habis hingga Rp. 800 ribuan.
Bahkan di arus mudik tahun ini dirinya tidak berani menyewa jasa karyawan untuk membantu usaha miliknya.
• Pedagang Musiman Menjamur, Para Pedagang Tetap di Jalur Pantura Hanya Bisa Gigit Jari
Dirinya menceritakan pengalaman di arus mudik tahun lalu, tidak jarang dirinya harus merugi lantaran biaya pengeluaran lebih banyak ketimbang pendapatan.
"Dulu waktu 2014 ke sana sehari itu bisa sampai Rp 12 juta. Jadi tidak rugi mau nyewa karyawan juga," ujar dia.
Penurunan pendapatan itu, dikatakan Udin Saripudin karena beberapa faktor.
Disebutkan dia, sejak tahun 2015 atau diberlakukannya Tol Cipali pemudik lebih memilih menggunakan jalur tol untuk mudik lebaran ketimbang Jalur Pantura.
Selain itu, dampak yang paling terasa karena menjamurnya pedagang musiman yang justru merusak citra para pedagang lama.
"Adanya Tol Cipali ya itu sih kebijakan pemerintah agar Jalur Pantura tidak terlalu macet, tapi yang jadi masalahnya di para pedagang musiman ini," ucapnya.
Diakui dia, para pemudik kapok mampir beristirahat di warung-warung pinggir jalan.
• Kisah Maman Tukang Ganjal Ban Mobil, Tidak Mematok Bayaran Hanya Seikhlasnya
Mereka kapok lantaran harga yang dipatok para pedagang musiman dirasa sangat tidak wajar.
Disebutkan dia dari pengalaman pemudik, untuk satu porsi nasi goreng serta es teh manis pemudik harus membayar dengan harga Rp 55 ribu.
"Itu satu orang, bayangkan kalau mudiknya sama istri dan anak, satu kali makan bisa sampai ratusan ribu," ujarnya.
Selain itu, ada pemudik yang membeli es kelapa muda hingga harga Rp 30 ribu untuk satu buah kepala muda.
Padahal diakui Udin Saripudin, dirinya hanya menjual Rp 10 ribu per buah, karena harga beli dari pemasok hanya Rp 8 ribu saja.
Harga tersebut dinilai Udin Saripudin tidak masuk akal untuk sekelas warung pinggir jalan.